Monday, December 24, 2012

~Oneshoot Fanfiction " Naddo Johahae " ~




Author                          : Park JiJoon
Main Cast
  • Lee Hyukjae
  •  Park Ji Joon
  • And Other Cast
Genre              : Romance, comedy a little bit sad
Length             SERIES
Warning           : Gaje akut, abal-abal kronis dan tidak sesuai EYD menurut KBBI serta masih banyak Typo  dimana-mana…
Disclaimer       : This FF is originally my own work. I didn’t copy paste from anywhere. Ide berasal dari khayalan gila author bersama suami *lirik Eunhyuk oppa ^^ .
Gomawo for my best editor Shippa Kim (http://www.facebook.com/shippa.nyaliraduiiDan kali ini ditambah satu editor hebat Rafika Diah Ayumi (http://www.facebook.com/rafika.diah.ayumi
Don’t copy, Paste..
Don’t LIKE just ignore, don’t read it…
Mian yang kena tag ^^ Banyak typo bertebaran dimana2, masih banyak kekurangan disana sini.. Mohon dimaklumi kekekek. RCL jangan Lupa, arra??
HAPPY READING ^^



                                                                          ===Story Begin===


Author POV

Yeoja bernama Park JiJoon itu seketika menghilang, menyembunyikan dirinya dibalik rerimbunan pohon yang tumbuh di sekitar kampusnya. Park JiJoon tercatat mahasiswi tingkat 2 jurusan Sastra Inggris  di Universitas Pachai. Bukan tipe yeoja yang menonjolkan dirinya bahkan lebih suka dianggap tidak ada, padahal dia termasuk dalam kategori yeoja yang banyak mendapatkan perhatian para namja dengan pipi chubby dan mata bulatnya. Tapi baginya dia tidak mau berurusan dengan makhluk berlabelkan “namja”.

Dia lebih senang berkutat dengan  buku-buku dan film. Dia gadis yang ramah namun hanya beberapa saja yang bisa masuk dalam kehidupan aneh yeoja itu dan menjadi sahabatnya.  Dan beberapa minggu ini ada sedikit hal aneh dalam hidupnya, setiap hari sejak dia membuka mata ada seseorang yang selalu ada dalam pikirannya. Bahkan namja itu tanpa ijin sering hadir dalam mimpinya.

Namja itu adalah Lee HyukJae, seorang mahasiswa tingkat 6 jurusan Sains yang  tidak lain adalah Sunbaenya. Walalupun masuk dalam Fakultas Sains tidak lantas membuat namja itu menjadi namja kutu buku, namja itu masuk ke dalam list mahasiswa yang paling terkenal di kampus. Selain pintar Hyukjae memiliki wajah yang tampan, badan yang atletis dan senyum yang menawan. Namun sampai saat ini belum pernah ada yeoja yang berhasil menyandang gelar sebagai yeojachingunya. Namja itu bisa berubah menjadi gunung es kepada yeoja yang mendekatinya.

Author POV End

JiJoon POV

Aku kembali menyembunyikan tubuhku saat HyukJae sunbae yang sedari tadi kupandangi menoleh ke arahku.  Pipiku memerah padahal belum tentu juga Hyukjae Sunbae tahu aku memandanginya. Aku masih ingat benar pertama kalinya aku bertemu dengannya. Aku sudah sangat sering mendengar teman sekelasku menyebut nama HyukJae Sunbae namun dalam hatiku sama sekali tidak ada rasa tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Menurutku, namja itu hanya akan sama dengan namja yang lainnya. Bermain-main dan hanya akan membuang waktuku. Sampai akhirnya aku mendapat perintah untuk membawa buku-buku bahasa inggris milik Fakultas Sains dan mengharuskanku masuk kesana.

Flashback

Itu pertama kalinya aku menginjakkan kakiku masuk ke dalam Fakultas Sains. Rasanya mengerikan mendengar nama Sains, mengingat aku sangat membenci Sains. Kuakui otakku memang sangat payah dalam hal hitung-menghitung. Aku terhuyung membawa satu kardus besar berisi buku-buku, tanganku hampir copot membawanya kesana kemari. Beberapa menit aku hanya berputar-putar dan belum menemukan ruangan yang harus kutuju. Dan suasana sangat sepi tidak ada siapapun disana. Semua orang berada dalam kelas mengikuti kuliah.

“Aisshh.. it just perfect! Kenapa tidak ada siapapun disini? Aigoo.. tanganku, Profesor JungSoo harus bertanggung jawab jika tanganku sampai putus nanti..” Aku meletakkan kardus itu didepan sebuah ruangan dan sibuk memijat lenganku yang terasa pegal membawa buku yang maha berat itu. Aku melihat sekelilingku, dan perhatianku tertuju pada sebuah pintu yang pintunya tidak tertutup sempurna. Terdengar musik mengalun dari sana, aku mendekat perlahan dan melongokkan kepalaku melihat apa yang ada dalam ruangan itu. Mataku terpaku pada seorang namja yang bergerak lincah mengikuti alunan musik yang didengarnya tadi. Namja itu menyita seluruh perhatianku, memaksaku untuk terus memperhatikannya, seakan aku tidak mau terlewat sedetikpun untuk  melihatnya.

“Ya.. siapa disana?” namja itu menyadari kehadiranku, dia mematikan musik dan berjalan kearahku. Sontak aku berusaha melarikan diri tapi kardus sial itu menghambatku untuk bisa segera menyembunyikan diriku lebih cepat. Aku masih membungkuk berusaha mengangkat kardus itu saat namja itu berdiri berkacak pinggang didepanku. Seketika aku menjatuhkan kardus dan menimpa kakiku sendiri, membuatku memekik kesakitan. Namja itu melihatku dengan tatapan “Apa-yang-sedang-dilakukan-yeoja-ini?” dan wajahku memerah menahan malu atas tingkah cerobohku. Sekilas kuliahat namja itu menahan senyum dibibirnya.

“Ah, mian.. Aku tidak bermaksud mengintip atau apapun itu. Aku hanya tersesat, aku harus mengantar buku-buku ini ke ruang Profesor Shin DongHee.” Aku tergagap, kemudian tergesa memasukkan beberapa buku yang tercecer tadi.

“Mwo? tersesat? apa kau bukan mahasiswa Universitas ini?” tanyanya lagi, dia berjongkok dan membantuku memasukkan buku-buku itu.

“Aniya, aku mahasiswi Universitas ini? Kau mau melihat kartu mahasiswaku?” Aku mencari-cari dompetku dan baru kusadari aku meninggalkannya di loker.

“Ah, mian aku meninggalkannya di loker. Tapi sungguh aku benar-benar mahasiswi universitas ini.” kataku berusaha meyakinkan namja itu, akan sangat memalukan jika aku diusir dari sana dengan tuduhan mengintai orang lain.

“Jinjja? bagaimana kau tidak tahu dimana ruangan Prof. Shin? Bukankah itu aneh?” namja didepanku itu kembali  mendesakku.

“Benar, aku bersumpah aku mahasiswi tingkat 2 Sastra Inggris.” ujarku putus asa.
“Tingkat 2? Kau tidak mengenalku?” Aku hanya terdiam dan memandang wajah namja itu berusaha mengaduk database otakku untuk mencari tahu apa aku mengenal namja itu. Tapi sama sekali aku tidak mengenalinya.

“Ne, mianhamnida. Tapi, apa aku mengenalmu?” Namja itu tersenyum tidak percaya, dan mengulurkan tangannya yang sedari tadi terlipat didepan dadanya.

“Lee HyukJae imnida, mahasiswa tingkat 6 Fakultas Sains. Apa sekarang kau mengenalku?”

“Lee HyukJae? Lee HyukJae?” Nama yang sering kudengar, bukankah itu nama namja yang selalu dibicarakan yeoja-yeoja dikampusnya. Mataku terbelalak, dia Lee HyukJae yang sangat terkenal bahkan mungkin alien juga mengenalnya dan aku tidak mengenalinya. Aku mengutuk diriku sendiri dalam hati.  Aku segera membungkuk meminta maaf.

“Ah, sunbae. Maafkan aku. Aku sering mendengar namamu disebut tapi baru kali ini aku bertemu denganmu, jadi maafkan aku tidak mengenalimu.” Aku menunduk bersiap menerima hukuman, bagaimana bisa seorang mahasiswa tidak mengenali ketua mahasiswanya sendiri.

“Gwaenchana, eh.. siapa namamu?”

“Park JiJoon imnida, sunbae”

“Geure, gwaenchana Joonie sshi. Apa ini pertama kalinya kau datang ke Fakultas kami?”

“Ne, Sunbae. Aku menjalankan perintah Profesor JungSoo.” ujarku takut-takut.

“Emm.. arraso. Kajja, aku akan mengantarmu. Mungkin sedikit tur gratis agar lainkali kau tidak tersesat.” Aku hanya terpaku melihat HyukJae Sunbae mengangkat kardus sial itu.

“Sunbae, gwaenchana. Biar aku yang membawanya.” Aku berusaha mengambil kembali kardus itu, namun HyukJae Sunbae menjauhkan kardus itu dari jangkauan tanganku.

“Gwaenchana, aku hanya tidak ingin ada tangan yang terlepas di teritoriku  karena beban kardus ini. Apa benar kau membawanya sendiri kemari?” Aku tersenyum malu, dia tahu aku sangat lelah mengangkat kardus itu.

“Ne, aku membawanya sendiri. Aku pikir itu tidak begitu berat, tapi harus membawanya sejauh ini ternyata cukup melelahkan” . Kami bertatapan beberapa saat dan dia tersenyum.

“Damn it, itu senyuman terindah yang pernah kulihat.” batinku berontak ingin berteriak, namun bertemu dengannya dalam keadaan yang aneh cukup membuatku malu dan aku tidak mau lebih malu lagi kalau aku berteriak seperti orang gila hanya karena senyumannya.


Tidak berapa lama kardus sial itu telah berpindah tangan kepada orang yang berhak. Tugasku selesai saat kardus itu sampai ditangan Prof.Shin, dia “Lee HyukJae” masih berada disampingku mengantarku keluar dari Fakultas Sains itu. Keadaannya jauh berbeda dengan tadi, disepanjang jalan banyak mahasiswa fakultas Sains yang sudah menyelesaikan kelasnya. Dan mereka menatapku dengan pandangan aneh, sangat menyebalkan.

“Sunbae, apa mereka akan selalu menatap orang asing dengan pandangan seperti itu?” gumamku sambil mempercepat langkah, mengimbangi langkah HyukJae Sunbae.

“Mwo? Mereka? hahaha, biarkan saja. Mereka hanya yeoja yang selalu menggangguku, aku membenci yeoja seperti mereka. Mengikutiku, dan mengganggu hidupku.”

“Mereka mungkin menyukaimu Sunbae, dan pasti mereka mengira aku salah satu pesaingnya.”

“Eoh? jadi kau bukan?”

“Emm.. anii.. emm bukan..maksudku aku em..”  Aku tergagap, ingin rasanya menyumpalkan apa saja kemulut usilku. Kebiasaan burukku, mengucapkan apapun tanpa berpikir dulu.

“Hahaha, gwaenchana. Aku hanya bercanda” HyukJae Sunbae tertawa renyah, aku merasa semakin kecil dan bodoh. Hanya satu yang kuinginkan, segera meninggalkan tempat itu. Ini lebih buruk dari Gost House yang kukunjungi bersama YoungAh dan HyunHoon sahabatku.

“Sunbae, gomawo. Jeongmal gomawo, mungkin tanganku akan benar-benar lepas jika Sunbae tidak menolongku. Terimakasih banyak.” ucapku berpamitan, sesampainya kami di depan Fakultas Sains.

“Ne, cheonma.  Itu sudah tugasku, lain kali kau yang harus menjadi pemandu wisataku di Fakultas bahasa ne?” Hyukjae Sunbae kembali masuk ke dalam kerajaannya. Aku mengelap peluh didahiku, merasa lega terbebas dari rasa gugupku.

“Gugup? Kenapa aku harus gugup didepannya? Aissh molla..”


Flashback END

“Yak!! Park JiJoon.. Apa yang kau lakukan disini eoh? Kami mencarimu sejak tadi.” Aku terlompat kaget mendengar teriakan seseorang didekatku. Ya, YoungAh dan Hyunhoon memandangku dengan pandangan mematikan.

“SShhhhttt..” Aku mendekatkan jari  telunjuknya didepan bibirnya menyuruh kedua sahabatnya diam dan melihat sekeliling memastikan HyukJae Sunbae tidak melihatnya.

“Mwo? Apa yang kau lakukan disini? Aku lapar, kami menunggumu sejak tadi.” HyunHoon menpoutkan bibirnya pada Jijoon.

“Ah, ne. Mian.. Aku lupa memiliki janji dengan kalian. Kajja, aku yang akan mentraktir kalian” JiJoon mendorong bahu kedua sahabatnya meninggalkan tempat itu.

JiJoon POV end

HyukJae POV

Aku tersenyum simpul melihat tingkah yeoja yang kutahu dari tadi mengamatiku sejak tadi. Dia bersembunyi dibalik semak-semak tidak jauh dari tempatku duduk bersama teman-temanku mengerjakan tugas. Mungkin aku terlalu percaya diri, tapi aku sangat yakin yeoja itu mengamatiku sejak beberapa hari belakangan ini. Dia selalu memperhatikanku diam-diam dan  berusaha menghilang seolah takut aku mengetahuinya.

Aku sangat penasaran, apa yang membuatnya terus memperhatikan aku diam-diam? Dari apa yang kuingat, kami bertemu di Gedung Fakultas Sains dan aku menolongnya waktu itu. Bahkan kami sudah saling memperkenalkan diri saat itu.

“Shh.. kenapa yeoja itu lebih senang melihatku diam-diam daripada menyapaku? Bukankah kami sudah saling mengenal?” tanyaku dalam hati. Tanpa sengaja aku hanya menatap buku dihadapanku tanpa mendengarkan ucapan DongHae yang sedang mengutarakan pendapatnya tentang tugas yang diberikan Profesor Shin. Aku kembali tersadar saat DongHae melambaikan tangannya didepan wajahku.

“Ya, HyukJae-ah. Kau tidak mendengarkanku?” sungutnya kesal. DongHae kemudian duduk didepanku memainkan i-padnya.

“Ah, mian DongHae-ya. Apa yang kau katakan? Mian, aku benar-benar kehilangan konsentrasiku. Sampai dimana kita?” DongHae menatapku.

“Apa penjelasanku begitu membosankan HyukJae-ah?” Dia bertanya padaku dengan wajah menyedihkan. Namja yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP itu merajuk marah. Dia sangat tidak suka ketika orang lain tidak menghiraukan ucapannya.

“Anniya, hanya saja tadi tiba-tiba aku melihat sesuatu” DongHae meolehkan badannya mengikuti arah pandaganku.
“Nugu?”

“Annia, bukan siapa-siapa.” DongHae kembali menyipitakan matanya, berusaha melihat apa yang kulihat.

“3 yeoja itu? Bukankah itu YoungAh? Donghae menunjuk salah satu dari ketiga yeoja yang berjalan menjauh.

“Ya.. Lee HyukJae, kau tahukan aku menyukai  YoungAh. Kau memperhatikan dia? Dia yang membuatmu melamun tadi?”

“Anni, arrayo. Aku tahu kau menyukainya, mana mungkin aku melamunkan yeoja sahabatku”  Kutepuk pundaknya untuk meyakinkannya.

“Lalu, siapa yang kau perhatikan? Marhaeba.. Ayo katakan padaku! Kau menyukai seseorang?” Tanya DongHae antusias. Dia pasti sangat ingin tahu, karena ini pertama kalinya aku bertingkah aneh gara-gara seorang yeoja.

“Eobseo.. Aku tidak menyukai siapapun DongHae-ya. Palli kita selesaikan ini, kita harus melatih beberapa gerakan dance lagi hari ini”

“Aisshh.. kau ini” Aku bernafas lega DongHae tidak lagi menanyakan hal itu lebih jauh.


==XX==


Aku berjalan menelusuri pinggiran taman kampus, bermaksud ingin pulang setelah latihan dance yang melelahkan hari ini. DongHae pergi beberapa menit sebelumku, dia mengatakan mempunyai kencan dengan  YoungAh di Toko buku. Jadi, dia pergi tergesa meninggalkanku sendiri.
Matahari masih menyisakan sedikit sinarnya saat aku melihat seorang yeoja duduk di taman Kampus menulis sesuatu di buku catatannya. Itu JiJoon, yeoja itu terlihat menulis dengan serius sesekali membetulkan letak kaca mata yang membingkai manis wajahnya. Aku hanya memperhatikannya dari jauh, tanpa kusadari hatiku berdesir dan degupan jantungku meningkat semakin cepat.

“Apa yang membuat jantungku berdebar cepat?” batinku penasaran. Aku tidak melakukan aktifitas apapun, aku hanya memandangnya. Dan terus memandangnya, dan degupan jantungku masih saja cepat ditambah lagi seakan ada perasaan mengelitik diperutku. Ada perasaan hangat yang membuncah dalam hatiku dan hanya ingin tersenyum saat melihat yeoja itu. Park Jijoon.

 Aku menekan dadaku berusaha mengkontrol degupan jantungku untuk tidak berdegup liar. Kupejamkan mataku dan kuhirup dalam oksigen sebanyak-banyaknya memenuhi paru-paruku dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diriku.

“Mengapa ini terjadi padaku? Apa yang terjadi padaku?” Aku mengangkat wajahku dan mengembalikan pandanganku ketempat semula dimana aku melihat Jijoon. Tapi hanya tempat duduk dan meja kosong yang kulihat. Yeoja itu sudah tidak ada disana. Aku mengedarkan pandanganku dan aku melihat sosok yeoja itu berjalan keluar dari  area kampus.

Aku membetulkan letak tas yang terselempang dipundakku dan berjalan menuju tempat parkir, ada rasa kecewa yang menelusup dihatiku. Aku tidak bisa lagi memandang yeoja itu, aku tidak bisa lagi menikamti senymannya yang indah memnyegarkan bola mataku.

“Wae? Kenapa aku harus kecewa? Isshh.. ini semakin aneh” keluhku. Segera kupacu motor sport berwarna merahku  menuju dorm Universitas.

Aku keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan duduk menyalakan TV. Dongahe tentu saja belum pulang, dia pasti akan kembali disaat terakhir batas jam malam. Aku mengganti-ganti chanel TV beberapa kali, tidak ada yang menarik perhatianku.
Ada hal yang terlintas dalam otakku, aku meraih i-padku dan mulai mengetikkan beberapa kata. Aku sangat penasaran dengan alasan yang membuat jantungku berdegup cepat saat aku menatap JiJoon.
Ya, hanya menatap Park JiJoon aku merasakan hal aneh itu terjadi.  Aku mengacak rambut yang basahku, frustasi belum menemukan jawaban yang memuaskan rasa ingin tahuku.

HyukJae POV end

JiJoon POV

“Joonie-ah..” Panggil YoungAh pelan menyadarkanku dari lamunanku. Yeoja itu pulang denga wajah berseri-seri. Dia pergi berkencan dengan namja bernama  Lee DongHae, Donghae adalah Sunbae kami, dia orang yang sangat ramah, romatis dan kadang kekanakan. YoungAh sangat menyukai namja itu, mungkin tidak lama lagi mereka menjadi sepasang kekasih.

“Ah, kau YoungAh-ya. Bagaimana kencanmu?” Sekilas aku melirik jam yang tertera dilayar Laptopku. Jam 9 malam, pantas saja YoungAh sudah pulang. Jadi aku sudah hampir 3 jam duduk termenung disini tanpa melakukan apapun. Aku sendiri pun bingung apa yang membuatku seperti ini.

“Sangat menyenangkan, kau tahu. Mulai hari ini aku adalah kekasih Lee DongHae.” Pekiknya senang memelukku. Tepat seperti dugaanku, aku senang melihatnya begitu bahagia.

“Ah Jinjja? Kau adalah yeojachingu ketua klub sepak bola yang mahir dance dan memiliki IQ diatas rata-rata?” tanyaku antusias.  YoungAh mengangguk senang, matanya terlihat berbinar cerah.

“Dan aku tahu, ternyata DongHae Oppa tinggal di dorm yang sama dengan  HyukJae Sunbae. Mereka berbagi kamar sejak pertama kali mereka masuk Universitas ini.”
“HyukJae Sunbae??” Jantungku mulai berdegup lebih cepat saat seseorang menyebut nama HyuJae Sunbae. Entah mengapa hatiku terasa senang dan aku ingin mendengar lebih tentangnya.

“Ne..” jawab YoungAh kemudain sibuk memainkan handphone miliknya, sedangkan aku kembali termenung. Dalam, memikirkan perasaan dan tingkah anehku akhir-akhir ini. Aku tidak sadar ternyata YoungAh memperhatikanku.

“Joonie-ya, waeyo? Apa yang kau pikirkan?” YoungAh duduk disebelahku dan menatapku meminta jawaban.

“Emm.. Anniya. Hanya saja, bolehkan aku bertanya sesuatu padamu?”

“Ne, tentu saja. Apa? Katakan?”

“Em, apa yang kau rasakan saat kau mulai menyukai DongHae Sunbae?” tanyaku malu, ini pertama kalinya aku menanyakan hal semacam ini.

“Aku? Umm.. Aku selalu memikirkannya, dan merindukannya” jawabnya.

“Apakah kau ingin selalu melihat seseorang dan selalu ingin tahu tentangnya? Apa itu juga perasaan yang sama dengan yang kau rasakan pada DongHae Sunbae?”Aku meremas tanganku gugup.

“Bisa jadi itu hal sama dengan yang kurasakan. Eh, kau menyukai seseorang?” YoungAh menyipitkan matanya memandangku lekat.

“Emm, molla. Aku hanya merasa sangat aneh dengan diriku sendiri. Aku memimpikannya, selalu ingin melihatnya, ingin tahu tentangnya. Tapi aku sangat malu dan gugup saat berada didekatnya.  Aku sering melamun, dan aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.” Jelasku panjang lebar pada YoungAh.  YoungAh kemudian memelukku erat sambil berceloteh.

“JiJoon-ah.. Kau jatuh cinta..!! Akhirnya.. Aku senang..!” pekiknya senang.

“Mwo? Jatuh cinta??” Aku tidak percaya dengan apa yang diucapkan sahabatku, semudah itukah jatuh cinta? Aku menggelengkan kepala kua-kuat menyangkal ucapan YoungAh.

“Anni, mana mungkin aku jatuh cinta YoungAh-ya. Aku tidak mengenalnya begitu baik, aku hanya bertemu dengannya bebeapa kali. Hanya itu..”

“Ya..! Kau tidak perlu bertemu dengan orang itu ratusan kali untuk meyakinkan bahwa kau menyukainya. Semua itu datang dari hatimu.”

“Geure, gomawo YoungAh-ya.. Jadi kau bilang tadi HyukJae Sunbae tinggal bersama DongHae Sunbae? Itu pasti akan sangat menyenangkan” ujarku tanpa sadar.

“Mwo? menyenangkan? Joonie-ya, kau menyukai HyukJae Sunbae?” YoungAh mendekatiku dengan mata ingin tahunya. Aku meyesali kebodohanku sendiri.

“Anniya.. bukan. Aku tidak punya keberanian untuk menyukainya.”

“Aigoo, wae? Mungkin saja kau satu-satunya yeoja yang akan bisa meluluhkan hatinya Joonie-ya..  Ah baiklah, aku hanya  akan bersabar menunggu kabar baik darimu. Kau sudah makan? Aku yang akan memasak hari ini” Aku hanya mengangguk setuju dengan usulnya, yeoja itu beranjak masuk ke kamarnya mengganti bajunya dan mulai disibukkan dengan peralatan dapur. Sedangkan aku masih saja menatap lurus layar laptopku tanpa melakukan apapun. Kubiarkan pikiranku berlari menggembara kemanapun.

==XX==

Seperti biasanya sore itu aku duduk ditaman kampus baru saja menyelesaikan tugas-tugas yang harus segera kukerjakan, taman ini adalah spot favoritku untuk mengerjakan tugas kuliahku dan bersantai tentu saja. Udaranya yang segar dan pemandanganan yang indah membuat otakku bisa bekerja dengan lebih baik disana. Udara sore itu sangat menyenangkan, aku meraih kertas dalam buku catatanku dan mulai menulis:

I’m curious about this heart.
Why can I just see you face everytime when I close my eyes?  
I can’t see you directly, but I always see you secretly.
Honestly, this feeling is so strange.
I feel like standing over a cloud.
DO I START TO LIKE YOU?

Aku menyelesaikan tulisanku dan membacanya perlahan ketika tiba-tiba Handphoneku berdering. Aku melirik layar Handphoneku dan melihat nama HyunHoon disana.

“Ne, yeoboseo?”

“Joonie, eodiya?” ujarnya terburu-buru.

“Aku baru saja selesai mengerjakan tugas, waeyo?”

“Bisakah kau mengantarku melihat Kompetisi menyanyi Yesung Oppa? Aku harus datang hari ini, YoungAh sebenarnya akan menemaniku, tapi ternyata Profesor JungSoo menyuruh YoungAh membantunya dalam laihan pementasan drama.” suara HyunHoon terdengar putus asa.

“Ne, tentu saja. Aku akan pulang sekarang, tunggu aku sebentar lagi.”

“Gomawo Joonie-ya” Aku menutup telepon dan dengan tergesa memasukkan buku-bukuku kedalam tas , aku tidak menyadari sesuatu tertinggal disana.

JiJoon POV END

HyukJae POV

Aku kembali melihatnya, entah mengapa tubuhku memerintahkanku untuk datang ke taman setiap jam-jam itu. Aku hanya berdiri disana dan melihat JiJoon mengerjakan sesuatu. Hari ini dia pergi tergesa setelah menerima telepon, mungkin ada hal penting yang harus dilakukannya. Kulangkahkan kakiku menuju spot favorit JiJoon, dan aku menemukan secarik kertas dengan tulisan tangan yang rapi. Kertas itu bertuliskan bahasa Inggris, apa itu milik JiJoon? Aku membacanya:


Aku penasaran tentang hati ini.
Mengapa aku hanya bisa melihat wajahmu setiap kali aku menutup mataku?
Aku tidak bisa melihatmu secara langsung, aku selalu melihatmu diam-diam.
Sejujurnya, perasaan ini sangat aneh.
Aku merasa seperti berdiri di sebuah awan.
APAKAH AKU MULAI MENYUKAIMU?


“Siapa yang dilihatnya diam-diam? Siapa yang disukainya?” Pertanyaan itu berputar didalam kepalaku. Rasa marah dan kecewa tiba-tiba menyelusup dalam hatiku membayangkan ada seorang namja yang disukai JiJoon.

“Tapi bagaimana jika namja itu aku.”

“Apakah dia menyukaiku? Aku selalu melihatnya memperhatikan aku diam-diam dan tidak pernah berani memandang mataku sejak terakhir aku membantunya. Apa dia menyukaiku?” gumamku perlahan.

“Yak.. Apa yang kau lakukan disini??!!” teriak DongHae mengagetkanku. Aku tersenyum masam pada namja ikan itu.

“Kau mau membunuhku eoh? Jantungku hampir copot, kau tahu?” Donghae tertawa mendengar gerutuan kesalku. Namja itu ikut duduk disebelahku.

“Ya, apa itu?”

“Em.. catatan milik seseorang..” DongaHae mengambilnya dari tanganku dan membacanya. Dia hanya diam setelah membacanya dan mengembalikan kertas itu padaku.

“DongHae-ya, menurutmu apa yang terjadi padaku?”

“Apa yang terjadi padamu?”

“Aku selalu suka melihat seseorang, dan tiap kali aku melihatnya jantungku berdegup kecang dan ada perasaan menggelitik di perutku. Menurutmu apa aku menyukainya?”

“Molla? Kau tidak tahu? Yak.. apa gunanya IQ mu sangat tinggi. Masalah seperti ini kau tidak tahu?” Aku hanya menggeleng pasrah mendengar ejekannya.

“Kau jatuh cinta, dude! Kau menyukainya..” jawabnya lantang, seperti biasa tidak mempedulikan orang-orang disekitar kami yang memandang heran ke arah kami.

“Tapi aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya, aku hanya bertemu dengannya beberapa kali. Dia bahkan selalu menghindariku, tidak seperti yeoja-yeoja yeng mengejar-ngejarku”

“Come on, dude. Cinta bisa muncul kapan saja dan tidak pernah membutuhkan alasan untuk tumbuh dan berkembang dalam hatimu.”

“Jinjja?”

“Kau mungkin mengalahkannku dalam dance dan ujian. Tapi untuk yang satu ini, NO NO NO.. Kau masih pemula, dude. Percayalah padaku, siapa yeoja itu? Apa salah satu dari ketiga yeoja waktu itu?” DongHae menggoyangkan jari telunjuknya didepan mukaku.

“Aku tidak akan memberitahumu ikan..” Aku bergegas menyambar tasku dan pergi, tidak ingin rahasiaku terbongkar di tangannya.

***

Sore hari berikutnya aku menunggunya datang. Aku menunggu Park JiJoon datang ke tempat favoritnya. Dadaku bergemuruh sekan menanti waktu untuk meledak. Tidak berapa lama yeoja itu muncul, berjalan menuju taman dengan mengenakan sweter coklat muda, jas  berwarna coklat yang ditenteng dan tas berwarna senada dengan rambut panjang lembutnya yang terurai.



Tidak berapa lama dia duduk meletakkan barang-barangnya dimeja dan mencari – cari sesuatu. Aku yakin kertas inilah yang dicarinya. Aku memberanikan diri, melangkahkan kakiku mendekatinya.

“Kau mencari ini JiJoon-ah?” Aku meyodorkan kertas yang kubaca berulang-ulang tadi malam. Gadis itu menoleh kaget ke arahku.

“Ah, Sunbae. A.. annyeonghaseyo.” dia tergagap menyapaku. Pipinya memerah sangat menggemaskan.

“Apa ini milikmu?”

“Ne, Sunbae. Bagaimana Sunbae tahu?”

“Aku menemukannya kemarin.”

“A.. benar aku meninggalkannya kemarin.” Aku heran melihatnya kembali mengemasi barang-barangnya dan beranjak pergi.

“Sunbae, aku harus pergi. Sampai Jumpa.” Dengan sigap aku menahan pergelangan tangannya. Aku tidak akan melepaskanya lagi. Aku sudah menyia-nyiakan waktuku begitu lama hanya memandangnya dari jauh.

“Sunbae, waeyo?” Dia terlihat kaget dengan perlakuanku.

“JiJoon-ah, harusnya aku yang menanyakannya padamu. Mengapa kau selalu menghindariku?” Aku menatap tajam kedalam manik matanya.

“Menghindarimu? Anni, aku memang harus pergi Sunbae.” Dia kembali menundukkan kepalanya menghindari tatapan mataku.

“Ayolahh, Park JiJoon. Baiklah, lalu kertas ini? Siapa yang kau maksud?” Aku menunjuk selembar kertas yang kubawa tadi.

“Anni, itu hanya tulisanku saja, tidak ada hubungannya dengan siapapun. Jadi biarkan pergi, aku ha…” Aku tidak tahu lagi dimana kekuatan ini berasal, aku hanya meneriakkan kata-kata yang ada dalam otakku memotong ucapannya.

“Aku menyukaimu”

HyukJae POV END

JiJoon POV

Namja itu, Lee HyukJae baru saja mengatakan dia menyukaiku. Benarkah yang kudengar? Atau aku sudah gila?

“Aku menyukaimu, sangat” Dia mengucapkannya lagi. Kali ini aku yakin tidak ada yang salah denga telingaku.

“Sunbae? Kau sadar dengan yang kau ucapkan?”

“Tentu saja, kau yang memulainya. Sekarang bertanggung jawablah dengan perbuatanmu” Ujarnya mengukir evil smile dibibirnya.

“Aku? Apa yang kulakukan sampai aku harus bertanggung jawab Sunbae?”

“Kau sungguh keras kepala. Aku tahu kau sering memperhatikanku, sangat sering. Apa aku masih salah?”
Aku terpaku mendengar ucapannya. Jadi dia tahu selama ini aku sering memperhatikannya. Mengikutinya? Sangat memalukan.

“Apa yang harus kukatakan?” Aku menundukkan kepalaku dalam, rasanya aku tidak lagi punya keberanian untuk menatapnya. Dia meraih tanganku lembut, membuatku memaksa diriku untuk mengangkat wajahku dan menatap bola matanya. Meyakinkan diriku bahwa namja itu sedang tidak bermain-main denganku.

“Emm.. Ya Sunbe, aku menyukaimu. Sangat sangat menyukaimu. Aku hampir gila menahan perasaanku sendiri. Maafkan aku, aku tidak akan menampakkan diriku lagi didepanmu” Aku berbalik bersiap meninggalkan namja bermata indah itu. Tapi dia kembali menahanku.

“Ya, kenapa kau meminta maaf? dan mengapa harus menghindari aku?”

“Aku masih ingat dengan jelas, Sunbae tidak pernah menyukai yeoja yang mengejarmu. Kau tidak nyaman dan merasa terganggu” ujarku sarkastik.

“Itu karena aku tidak menyukai yeoja-yeoja itu, aku hanya menyukai yeoja bernama Park JiJoon. Apa itu cukup?”

“Mereka semua yeoja cantik dan sempurna, bahkan pintar? Apa Sunbae masih bisa mengatakan Sunbae menyukaiku? gadis biasa yang sama sekali membenci Sains dan itu berarti aku tidak pintar?”

“Kau juga, banyak namja tampan yang pandai merayumu dengan kata-kata indah disampingmu? Mengapa kau masih memperhatikan aku yang tidak pernah bisa merangkai kata-kata indah untukmu? Dan setiap orang pandai dalam bidang mereka masing-masing. Aku tahu kau mahasiswa berbakat dari Fakultas Sastra Inggris” Aku kembali terkejut dengan ucapannya. Harus berulang kali kukatakan pada diriku sendiri “Apakah ini mimpi?”.

“Kita tahu benar apa yang kita rasakan. Aku menyukaimu Park JiJoon, mungkin aku sudah mulai mencintaimu. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan aku mulai menyukaimu, itu tidak penting bagiku.” Dia menarik nafas dalam menungguku merespon ucapannya.

Aku juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan HyukJae Sunbae. Demi apapun aku menyukainya. Apa aku harus mengatakannya? Atau aku harus menunggu sedikit lebih lama?

“TIDAK PARK JIJOON, KAU BODOH JIKA MELAKUKANNYA” teriak batinku berontak. Ini satu-satunya kesempatan yang terbuka untukku. Aku tidak akan menyiakannya.Tentu saja!

“Aku juga menyukaimu, sangat menyukaimu. Aku juga sama sepertimu, aku tidak tahu kapan perasaan ini muncul dan memenuhi hatiku. Jadi..” Aku tidak sanggup lagi meneruskan ucapanku. Hal yang paling aneh dalam hidupku. Aku tidak pernah segugup ini sebelumnya, bahkan dalam setiap kompetisi sastra yang pernah kuikuti aku akan menghadapinya dengan percaya diri. Tapi namja bermata cemerlang dan bersuara teduh ini membuatku tidak berdaya.

“Jadi..?” dia hanya mengulangi ucapanku. Kami berdua tertawa lepas. Dia menariku dalam pelukannya, menyandarkan dagunya pada puncak kepalaku dan mendekapku erat. Aku bisa merasakan harum tubuhnya, merasakan detak jantungnya yang sama cepatnya seperti detak jantungku.

“Jadi Park JiJoon, maukah kau menjadi menyandang gelar kehormatan sebagai yeojachinguku? Dan bersama belajar tentang perasaan yang baru kita kenal ini?” Dia menjauhkanku dari pelukannya dan menatap mataku dengan gummy smilenya yang sangat sangat sangat charming.

What a good day, aku adalah orang terbodoh didunia jika aku melewatkan yang satu ini.

“Ne, I will.. Aku mau menjadi yeojachingumu Sunbae” jawabku pasti. Aku tersenyum bahagia, sangat bahagia. Berada didekat namja ini membawa kebahagian yang lebih dari pergaulanku dengan buku-buku dan film yang kugemari selama ini.

“Berhenti memanggilku Sunbae, panggil aku Oppa arra?” Namja itu kembali memelukku erat, ditaman kesukaanku. Disini aku mennemukan cintaku.

Diam-diam YoungAh, DongHae, HyunHoon dan Yesung tertawa bahagia menyaksikan dua orang bodoh yang baru mengenal cinta  itu menjadi kekasih.

Tara...!!!!  ini dia FF terbaru saya :D
Sedikit bosan dengan genre sad dan berair mata, kali ini coba nulis dengan alur manis tanpa setetespun air mata kekekeke~~
RCL juseyoo.. butuh saran dan kritiknya :D
Dont be a silence reader please *tebar recehan

No comments:

Post a Comment