Monday, June 3, 2013

VIGNETTE || Sweet Memories





Tittle : “Sweet Memories”
Author : Shippa Kim
Main Cast
·         Kim Jong Woon (Super Junior’s Yesung)
·         Jung Hyun Hoon (OC)
·         Lee Ho Won (Infinite’s Hoya)
Genre : Romance/Hurt
Length : Vignette
Rate : PG-15
Disclaimer : Yesung dan Hoya milik Tuhan YME! Tapi Jong Woon dan Ho Won milik author *dilemparkepluto. Story adalah milik saya! Ide sudah dipatenkan dan murni hasil pemikiran saya! Don’t bash, hargai author manapun termasuk saya yang membuat Vignette ini dengan susah payah. Don’t coppast!!


``Enjoy for reading~



            BOSAN!
          Apakah hanya aku saja yang merasakan bosan? Merasa sangat bosan dengan hidup yang terlalu monoton menurutku, seperti jam pasir yang lambat laun menyusut dan habis begitu saja.

            “Annyeong,” Kusunggingkan senyuman termanisku saat namja tampan bermata sipit itu membuka pintu setelah kuketuk tak lebih dari lima ketukan saja. Kini ia yang berdiri dihadapanku, menatapku dengan tatapan tajamnya yang selalu membuatku sesak tak bisa bernafas.

            Namja tampan beriris kecokelatan itu kini menyunggingkan senyumannya membalas senyumku, dan membuatnya terlihat semakin bertambah manis.

            Ia membuka pintu lebih lebar untuk mempersilahkan aku masuk kedalam apartment mewah miliknya, sangat nyaman dengan sentuhan wallpaper ungu pada dindingnya.


            “Minumlah,” Tawarnya padaku. Memberikan segelas susu strawberry manis yang menjadi minuman favoritku sejak dulu. Tanpa aba – aba segera kutenggak habis susu strawberry ditanganku tanpa sisa, sementara dirinya kini merebahkan tubuhnya disampingku dengan tangan melingkar pada tepian sofa berwarna abu – abu itu.

            “Kemana Jong Woon?”

            Aku menoleh padanya, saat ia mengucapkan nama namja yang tak lain adalah kekasihku Kim Jong Woon. Dan hampir setiap aku berkunjung hanya pertanyaan itu yang selalu ia lontarkan. “Mungkin sedang ada kegiatan dikampusnya.” Ucapku singkat. “dan bisakah kita tidak membicarakan dia ketika kita sedang bersama, Ho Wonie? Cukup hanya membicarakan antara aku denganmu saja. hanya KITA!” Timpalku lagi dengan memberi penekanan pada kalimat yang aku ucapkan padanya.

            Namja tampan disampingku ini hanya mengangguk dan tak banyak berkomentar apapun padaku.

            Terlihat egoiskah aku?

            Egois? Ya…aku memang egois karena telah membiarkan namja tampan bernama Lee Ho Won ini masuk dalam kehidupanku. Memberikan banyak harapan padanya tentang perasaannya selama ini padaku. Aku tidak tahu sejak kapan hubungan ini terjadi, hubungan yang aku sendiripun tidak tahu namanya. Sahabat? Kami memang berteman baik, bahkan aku mengenal Ho Won jauh sebelum mengenal Jong Woon. Kekasih? Tidak…aku bahkan sangat mencintai kekasihku Jong Woon, namja yang sudah seperti separuh nyawaku sendiri. Lalu. Aku harus menyebut hubunganku dengan Ho Won itu apa? Sahabat atau kekasih? Ah…entahlah, aku bahkan tidak perduli itu semua.

            Aku sangat tahu jika Ho Won begitu mencintaiku, bahkan sangat mencintaiku! Dan akupun sangat nyaman ketika berada disampingnya, saat lengan kekarnya melingkar hangat memelukku. Tapi senyaman apapun aku berada disampingnya, aku hanya memiliki satu hati. Hati yang telah terlebih dulu diisi oleh namja tampan yang memiliki tatapan bersorot tajam bernama Kim Jong Woon. Namja yang menjadi kekasihku sejak 3 tahun lalu.

            3 tahun~ bukankah hubungan yang berjalan 3 tahun bukanlah hubungan yang singkat? Aku dan Jong Woon bukan remaja belia lagi yang hanya bermain – main dengan hubungan yang kami jalani selama ini. hanya saja? aku merasa bosan dengan hubungan kami yang terkesan MONOTON. Jong Woon bukanlah tipikal namja yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan sebuah ucapan. Ia cenderung dingin dan hanya menunjukan perhatiannya padaku dengan bahasa tubuh yang kadang sulit untuk aku artikan. Sebaliknya dengan Ho Won, namja tampan disampingku ini adalah tipikal namja hangat yang tak segan – segan mengucapkan perasaannya padaku, contoh kecil seperti “Aku mencintaimu” tak pernah absen memenuhi layar ponsel milikku setiap saat.

            “Maafkan aku…aku tidak akan mengungkit namanya ketika kita sedang bersama. Karena saat ini Jung Hyun Hoon adalah milikku, milik Lee Ho Won!” Ucapnya dengan nada penuh penekanan.

            Ucapan Ho Won membuat buliran bening itu membasahi pelupuk mataku. Sebesar itukah cinta seorang Lee Ho Won padaku??



***

            Setiap orang pasti membutuhkan seseorang untuk menopangnya agar tetap kuat. Seseorang yang menjadi penyangga ketika dalam kesulitan. Dan aku menemukan itu dalam diri Ho Won.

            “Jong Woon marah padaku. Aku lupa jika kemarin ada janji dengannya dan aku malah merawatmu seharian disini sampai demammu benar – benar turun, Hiks…” Isakku yang berada dipelukan Ho Won.

            “Eotthe?”

            “Kau tenanglah, aku akan melakukan apapun agar Jong Woon memaafkanmu. Hatiku sakit jika melihatmu menangis seperti ini,”

            Hangat dan nyaman…

            Itulah yang aku rasakan saat ini. saat jemarinya membelai sayang sebagian rambutku yang tergerai. Aku menyukainya, bahkan sangat menyukai seorang Lee Ho Won!
                       

***

Aku mencintainya…
Aku mencintai seorang Kim Jong Woon, kekasihku!
Tapi akupun membutuhkan Lee Ho Won…
Terlalu egoiskah aku?
Aku membutuhkan keduanya…
Kim Jong Woon seperti separuh nyawaku..
Tapi…Lee Ho Won adalah penyangga yang nyaman bagiku…


            Dan hari itupun datang, hari dimana Jong Woon mengetahui apa yang aku lakukan dibelakangnya.

            “Siapa namja itu??”

            DEG~

            Tubuhku seketika dingin dan membeku saat mendengar suara itu, suara kekasihku Kim Jong Woon yang terdengar dingin dan…apakah ia marah?

            Kulepaskan tautan tangan kami –aku dan Ho Won saat melihat namja tampan berambut hitam itu berdiri tepat didepan pintu rumahku.

            “Siapa namja itu!”

            Jong Woon mengulang perkataannya tadi dan tetap dengan nada yang terkesan dingin.

            “D-ia sahabatku…Lee Ho Won,” Ucapku dengan nada yang sedikit terbata. Aku tidak menyangka jika hal ini terjadi secepat ini.

            “Apa benar yang dikatakan Hyun Hoon?” Tanya Jong Woon lagi, namun pertanyaannya kali ini ditujukan pada namja disampingku.

            “Nde, dia sahabatku…” Lalu Ho Won meraih lenganku, menatapku yang nampak gugup kala itu. “Sahabat yang sangat aku cintai…” Lanjut Ho Won, dan…

            BUGH~

            Tubuhnya terkapar saat Jong Woon memukul bagian wajahnya dengan sangat keras.

            “JANGAN GANGGU KEKASIHKU LAGI! DIA MILIKKU DAN AKAN SELAMANYA MILIKKU! KAU…BERHENTI MENEMUI HYUN HOON, ATAU AKU TAK AKAN SEGAN – SEGAN MELAKUKAN HAL YANG LEBIH DARI INI!!!” Ancam Jong Woon, lalu menarik lenganku kuat menjauhkan jarakku dengan Ho Won yang kini berusaha bangkit dengan darah menetes disudut bibirnya.

            Apa ini??? apa yang sedang terjadi??? Tuhan jika ini mimpi, kumohon bangunkan aku!!



***

            Semuanya berakhir…
            Sejak kejadian 3 bulan yang lalu itu aku tidak pernah bertemu dengan Ho Won. Dan Ho Won pun menghilang bak ditelan bumi. Pernah suatu hari aku mencoba menghubungi ponselnya, namun hasilnya pun mengecewakanku. Tidak ada lagi sapaan lembut kala ia membangunkanku dipagi hari, suaranya yang terkesan sangat sexy itu selalu berhasil membuatku kembali terjaga. Tak ada lagi senyuman bulan sabitnya yang begitu lucu dan tak ada lagi genggaman hangatnya saat ia berusaha menenangkanku. Kemana namja itu? apakah dia membenciku? Apakah ia sudah melupakanku dan tak MENCINTAIKU?

            Aku kembali tersadar, sebab ini semua hanyalah kesalahan. Tak seharusnya aku mengkhianati kekasihku Jong Woon, namja yang kini akan menjadi suamiku.

            Sepasang tangan kini melingkar lembut dipinggangku. “Sedang memikirkan apa?” Ucap Jong Woon yang kini semakin memperat pelukannya padaku.

            “Tidak ada, hanya sedang memikirkan tentang rencana pernikahan kita,” Sangkalku padanya. Tidak mungkin aku mengatakan jika aku sedang memikirkan namja lain selain dirinya, terlebih namja yang sangat Jong Woon benci yaitu Lee Ho Won.

            Baby-a, besok aku akan pergi bersama teman – temanku ke Jeju-do, apakah aku boleh pergi merayakan pesta lajangku sebelum aku benar – benar menikah denganmu?”

            DEGH!

            Terasa seperti angin segar untukku, akupun mengangguk mengiyakan permintaannya. Kusunggingkan senyuman paling manis untuknya.

            “Tentu saja kau boleh pergi, bagaimana mungkin aku melarangmu” Ucapku membuatnya mengangguk lalu mendaratkan kecupan lembut tepat dikeningku.

***

            “chagi-ya aku lapar…” Rengek Ho Won sambil memegangi perutnya yang mengeluarkan bunyi aneh itu. aku rasa saat ini cacing diperutnya benar – benar meminta jatah makan malam padanya.

            “Arraseo, kau tunggu diruang tamu sebentar, aku akan membuatkan makan malam untukmu” Aku berlalu menuju dapur miliknya dan mulai mengambil beberapa bahan untuk kujadikan makanan favoritnya yaitu nasi goreng kimchi.

            Berkutat cukup lama didapur milik Ho Won, akhirnya nasi goreng kimchi buatanku kini telah tertatap rapi dipiring. “Taddaaa…nasi goreng kimchi ala chef Hyun Hoon.” Ho Won terkekeh saat aku meletakkan satu piring berukuran besar dihadapannya. “Silahkan menikmati Lee Ho Won-sshi” Ucapku lagi.

            “Neomu mashita…” Ucapnya dengan mulut penuh makanan.

            “Aish…makanlah dengan hati – hati Ho Wonie.” Perintahku padanya. Membuat namja tampan dihadapanku ini mengangguk dengan mengembungkan sepasang pipinya. TAMPAN! Bahkan saat bertingkah anehpun  Ho Won selalu terlihat sangat TAMPAN.

            Kubersihkan sisa makanan disudut bibirnya, dan…

            GREP~

            Ho Won mengunci tanganku dengan pergelangan tangan miliknya sangat kuat, dan  berhasil menghentikan aktifitasku membersihkan sisa makanan dibibirnya.

            “Waeyo?” Ucapku bingung.

            “Bagaimana jika kau membersihkannya dengan ini?” Tanyanya sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat dibibirku.

            BLUSH~

            Aku yakin jika saat ini wajahku berubah merah merona. Kya…Lee Ho Won! Kau sukses membuatku seperti terkena sengatan listrik 5000 watt.

            “Aigoo…kau terlihat sangat cantik dengan pipimu yang merona merah seperti itu,” Ucap Ho Won tak lupa dengan kekehannya yang terdengar sangat khas itu.

            Namja ini, selalu saja menggodaku. Tapi aku sangat menyukainya, menyukai setiap perlakuannya padaku.

            “Nappeun!” Desisku menahan malu.

            CHU~

            Aku membulatkan kedua mataku saat sesuatu yang lembut menempel dipipiku. Ho Won menciumku!

            “Saranghae-yo,” Hanya itu yang diucapkannya saat melepaskan bibirnya dari pipiku. Sungguh manis, bahkan lebih manis dari makanan manis apapun didunia ini.

            Aku tersadar dari lamunanku mengingat kenangan manis itu. dan saat ini aku tengah berdiri tepat didepan pintu apartment namja yang banyak memberikanku kenangan manis disetiap detik itu. Ya…walaupun itu sekarang hanyalah sebuah kenangan saja. Tapi bolehkah jika saat ini aku ingin mengingatnya?

            TETT~TETT~

            Kutekan berulang kali bel yang berada disudut pintu apartment Ho Won. Sangat sepi…bahkan tak terdengar sambutan hangat darinya saat ia membukakan pintu untukku.

            “Jeongmal mianhae, Ho Wonie?” Ucapku dengan nada bergetar. kulangkahkan kakiku dengan gontai saat Ho Won tak kunjung membukakan pintunya untukku. Sakit, bahkan rongga dadaku seperti tertimpa beban berton – ton dan yang bisa aku lakukan hanya  menangis.

            “Hyu…Hyun Hoon”

            DEG~

            Spontan kutolehkan pandanganku pada seseorang yang memanggil namaku. Kuseka perlahan airmata yang sedari tadi membasahi pipiku, menatapnya yang kini mencoba tersenyum seperti biasa padaku.

            GREB~

            Ho Won menarikku kedalam pelukannya, pelukan yang selalu aku rindukan. Bahkan aku masih merasakan jika perasaan ini masih sama seperti perasaanku beberapa bulan yang lalu padanya.

            Pabbo-ya yeoja. Apa kau lupa, eoh…hatiku sakit jika melihatmu menangis seperti ini. jangan pernah menangis lagi, apalagi karena aku…jeball?”
.
.
.
.
.
            Kupandangi setiap sudut apartment milik Ho Won, masih sama seperti dulu. namja itu bahkan tak pernah mengubah wallpaper ungu pada dindingnya. Hanya saja ada satu hal yang kutangkap berbeda diruangan ini. Tak ada foto – foto aneh kami menghiasi setiap sudut ruangan apartmentnya. Entah ia kemanakan semua itu? semarah itukah dia padaku, sehingga membuang begitu banyak kenangan manis yang telah kita lewati bersama?

            “Kemana kekasihmu itu?”

            Kenapa pertanyaan itu yang meluncur pertama kali dari bibirnya. Mengapa ia tak menanyakan apakah aku baik – baik saja selama ini? apakah aku makan dengan baik setiap harinya sejak kejadian itu?

            “Kau lupa, eoh? Aku tidak suka kau membicarakannya setiap kita berdua,”

            Ho Won hanya terkekeh menanggapi perkataanku.

            “Kau belum berubah” Ucapnya lalu mengacak rambutku.

            “Ho Wonie, apa kau lapar? Aku buatkan makanan?” Ho Won mengangguk. Kulangkahkan kaki mengitari dapur yang terlihat sama seperti dulu, rapi dan sangat bersih. Pertanda jika Ho Won tak pernah menggunakannya. Kubuka lemari pendingin miliknya, tapi…bukan bahan makanan yang aku temukan disana. Aku hanya menemukan berkaleng – kaleng soju menghiasi setiap tahapan lemari pendingin itu.

            “Ho Wonie…kenapa hanya ini yang ada dilemari pendinginmu? Kemana perginya ikan, daging dan sayuran?”

            “Aku buang! Aku tidak suka makanan yang merepotkan seperti itu. lagipula siapa yang akan menggunakannya?? Aku lebih senang kaleng – kaleng itu yang memenuhi lemari pendinginku!” Ucap Ho Won dengan tatapan dinginnya saat pandangan kami tak sengaja bertemu.

            Aku hanya mematung mendengar ucapannya yang terkesan dingin dan tatapan matanya, tatapan mata Ho Won seolah menyimpan kekecewaan mendalam padaku.

            “ Ho Won….bukannya dulu kau….”

            “BERHENTI MEMBERI HARAPAN PALSU ITU LAGI PADAKU JUNG HYUN HOON!! APA TIDAK CUKUP KAU MEMBUATKU HAMPIR GILA SELAMA INI???” Ucap Ho Won yang tiba – tiba memotong kalimatku.

            “Ta…pi…a…ku…”

            “CUKUP! KUMOHON HENTIKAN SEKARANG! Atau aku akan benar – benar kehilangan kewarasanku dan kembali berharap padamu…kumohon jangan paksa aku melakukan hal yang sulit aku lakukan sekarang, komohon pergi dan biarkan aku mencoba melupakanmu!” Pinta Ho Won sambil menundukan wajahnya, bahunya nampak bergetar dan aku sangat tahu jika namja tampan dihadapanku ini tengah menangis.

            Kudekati tubuh Ho Won lantas memeluknya dengan sangat erat. Membiarkan ia meluapkan emosinya. “Mian…jeongmal mianhae. Aku telah banyak menyakitimu, membuatmu menderita karena mencintaiku selama ini”

            Tidak ada ucapan apapun yang dilontarkan Ho Won. Hanya sesekali terdengar isakan kecil darinya yang membuat hati ini sesak dan pedih.

            Kulepaskan pelukanku padanya. Menjauhkan jarakku dengannya.

            Mianhae…”

            Kutatap wajah Ho Won yang memalingkan wajahnya dariku. Seakan ia terlalu benci melihatku.

            “Aku berjanji tidak akan menemuimu lagi, membuatmu terluka lagi” Kuhela nafas ini yang terasa sesak.

            “Berbahagialah setelah ini, aku yakin kau akan menemukan yeoja yang jauh lebih baik dariku”

            Jeongmal gomawo, Ho Wonie…atas semua cinta yang kau berikan untukku selama ini” Kutatap wajahnya yang kini mulai memudar akibat terhalang oleh buliran bening yang menggenang dipelupuk mataku.

            “Rasa sakit ini akan segera berakhirkan???” Gumanku saat melangkah pergi meninggalkannya.

            Kuhentikan sesaat langkahku, berbalik menatap Ho Won yang masih tak bergeming dan bahkan masih enggan untuk menoleh kearahku.

            Kututup pintu apartment Ho Won sekaligus menutup kisah cintaku dengannya. Aku harus memulai kehidupan baru bersama Jong Woon tanpa ada Ho Won didalamnya. Begitu pula dengan Ho Won, namja itupun harus memulai kehidupan barunya dan iapun pantas mendapatkan yeoja yang jauh lebih baik daripada aku yang lebih sering menyakitinya. Dan hari ini semua kisahku bersama Ho Won berakhir sampai disini. Mencoba menghapus semua kenangan manis yang masih melekat kuat dalam ingatanku sampai kapanpun.

            “Selamat tinggal Lee Ho Won.” Ucapku mantap saat benar – benar meninggalkan apartmentnya.


_FIN_
Kya…FF apa ini? anehkah? Ajaibkah? Semua kalimat dan penggunaan bahasanya masih sangat berantakan, dan ini sekaligus Curahan hati saya untuk seseorang *curcol :P Dan semoga tidak membuat reader mual karena membaca FF buatan saya ini.^^v seperti biasa setelah membaca tentunya tak afdol dong kalo cuma baca aja tapi gak mau tingalin jejak buat saya :) saya menunggu kritik dan saran yang membangun dari reader semua. *deepbow XD

No comments:

Post a Comment