Saturday, June 29, 2013

ONESHOT | We Were One, And Will Never Be Separated







Tittle : “We Were One, And Will Never Be Separated”

Author : Shippa Kim

Main Cast
·         Kim Jong Woon as Yesung
·         Jung Hyun Hoon as Hyun Hoon (OC)

Genre : Bromance, a little bit hurt

Length : OneShot

Rate : PG-15

Summary : Kau adalah aku, dan aku adalah kau! Karena kita satu! Kau dan aku adalah satu! *gubrak* summary apaan itu XD

Disclaimer : Semua tokoh dalam FF ini adalah milik Tuhan dan keluarganya. Yang paten milik author ya ceritanya lah, tapi author yakin suatu saat nanti tuh tokoh bakalan resmi jadi milik author *dibacok yang baca :P.

Warning : harap dibaca baik – baik ye! Ide FF ini murni dari otak author yang rada error dikit, dikit lho *readers: banyak juga gpp thor *author nangis gegulingan*tapi…ada tapinya neh FF ini terinspirasi sama film yang saya tonton, film horror Thailand seh lebih jelasnya, tentang gadis kembar siam dan selebihnya ide murni mengalir dari otak saya *banyak ngemeng neh author. Jika terdapat kesamaan nama cast ataupun yang lainnya jangan salahkan saya, salahkan otak saya yang cerdas berpikir ini dan akhirnya berhasil mengembang biakan ide itu menjadi sebuah FF *PD mode on, ya walopun rada gaje seh *plak. Don’t bash….don’t like don’t read! Tak usah review! Saya hanya menanggapi orang – orang yang memang tulus memberikan kritik dan saran saja, bukan penjilat yang bisanya memuji tapi malah niatnya jejek saya *lari tunggang langgang bawa yesung. Baiklah daripada dengerin neh author banyak bacot dan keburu neh readers kabur, yuk capcus ke ceritanya ^^ - satu lagi saya sampai lupa..kekekkeke, Big thanks and big hug to my best editor Sagari Nilamsari yang juga adalah editor favorit saya, gomawo sudah banyak membantu mereview setiap ff2 ku yang muncul diinboxmu XD *hugbareng Yesung*





``Enjoy for reading``


***
[[Shippa Kim story line – We Were One, And Will Never Be Separated]]


            Hyun Hoon terbangun saat kilauan cahaya matahari pagi menerobos masuk, menyibak tirai berwarna putih didalam kamar itu. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sangat pening. Anemia. Rasanya ingin sekali membenturkan kepalanya untuk mengurangi rasa sakit kala penyakit darah rendahnya itu kambuh.

            “Isshh…sakit…” Keluhnya dengan suara yang masih terdengar sangat parau.

            Ia hendak meninggalkan tempat tidur, namun tubuhnya terhenti sejenak saat merasakan sesuatu yang hangat melingkar dipinggang rampingnya. Hyun Hoon menolehkan pandangannya memerhatikan sosok tampan disebelahnya itu masih memejamkan kelopak matanya. Ia mendesah pelan…hampir saja ia melupakan sesuatu kalau semalam ia tertidur lagi dikamar Yesung. Perlahan dan dengan sangat hati – hati Hyun Hoon menjauhkan dirinya dari Yesung dan segera beranjak pergi menuju kamar mandi yang berada didalam kamar Yesung.

            Yesung yang terbangun dan segera menyadari jika Hyun Hoon tidak ada disampingnya. Pemuda tampan itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu berjalan kearah pintu kamar mandi.

            “Hyun Hoon, apa kau didalam?” Tanya Yesung yang berdiri didepan pintu kamar mandi.

            “Eoh…aku tidak akan lama! Kau tunggulah,” Ucap Hyun Hoon dari dalam kamar mandi.

            Yesung kembali melangkahkan kakinya, ia berjalan keluar dari dalam kamarnya. Pemuda tampan itu menghampiri seorang ahjumma didapur yang kini tengah membuatkan sarapan untuknya dan juga Hyun Hoon. Roti panggang dengan olesan blueberry dan strawberry diatasnya, sungguh membuat air liurnya seperti akan menetes melihat makanan favoritnya itu sudah tertata rapi dipiring.

            Morning ahjumma…” Ucap Yesung sambil meletakan piring berisi roti panggang itu diatas nampan yang ia pegang. Tak lupa ia pun meletakan dua gelas susu cokelat.

            “Aku akan makan dikamar bersama Hyun Hoon,” Ucapnya lantas berlalu begitu saja.

            Memasuki kamar, rupanya Hyun Hoon sudah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah lengkap. Gadis cantik itu kini tengah mengeringkan rambutnya dengan sebuah hairdryer yang ia ambil dikamarnya. Kamar yang terletak disamping kamar Yesung, kamar yang pintunya tertuju langsung dengan kamar Yesung.

            “Pagi ini kita sarapan dikamar saja,” Ucap Yesung. Hyun Hoon mengangguk lantas menghampiri Yesung yang meletakan nampan yang ia bawa diatas meja kecil.

            “Aku akan mandi, jika kau sudah lapar makanlah duluan,” Ucapnya lagi.

            “Mandilah, aku akan menunggumu” Yesung tersenyum lantas berlari kedalam kamar mandi.


***


            Setelah menikmati sarapan pagi bersama seperti biasa, keduanya pun pergi kesekolah bersama – sama.

            Yesung mulai terlihat risih dengan kelakuan Hyun Hoon yang terus menerus memandanginya saat mereka berdua memasuki gedung sekolah.

            “Yak…lihatlah dirimu ini, Yesung,” Ucap Hyun Hoon mendahului mulut Yesung yang hendak mengeluarkan suara.

            Wae??

            “Matamu…apakah kau tadi pagi mencuri mascara milikku? Lihatlah bulu matamu itu…”

            Pertanyaan – pertanyaan konyol itu mulai terlontar dari bibir Hyun Hoon. Yesung hanya menggeleng pasrah saat mendengar Hyun Hoon saudara kembarnya itu mulai kacau.

            “Memangnya aku ini seorang gadis, mana mungkin aku memakai benda berwarna hitam menjijikan itu!” Pekik Yesung kesal, lalu memukul gemas kepala Hyun Hoon.

            “Tapi….itu…bulu matamu itu terlihat seperti seorang gadis. Sial…padahal aku memimpikan sekali mendapat bulu mata lentik seperti bulu mata milikmu, tanpa perlu memakai mascara ataupun mengkriting bulu mataku kesalon,” Yesung hanya terkekeh geli melihat tingkah polah Hyun Hoon yang merupakan saudara kembarnya itu.

            “Sudah…sudah hentikan ocehanmu itu, nunna sayang.” Ucap Yesung yang kini merangkul pundak Hyun Hoon. Menggoda kakak kembarnya itu.

            “Aku ingin ketoilet sebentar, kau duluan saja” Yesung mengangguk lalu pergi meninggalkan Hyun Hoon yang berjalan berlawanan arah dengannya.




***


            Appa dan Eomma…sepertinya mereka tidak akan pulang lagi,” Ucap Yesung memecah keheningan. Jam istirahat keduanya hanya duduk menikmati makanan mereka dibawah pohon rindang dihalaman sekolah dengan Hyun Hoon yang sedang asyik melukis sebuah pohon cherry blossom dihadapannya itu.

            “Sudah biasa…dan aku berani bertaruh jika kelak mereka tidak akan ingat dimana alamat rumah mereka” Hyun Hoon tersenyum mengejek.

            Keduanya telah terbiasa tanpa kehadiran kedua orang tua mereka dirumah. Entahlah…mungkin karena mereka telah terbiasa hidup berdua dari kecil, maka bagi mereka ada atau tidak adanya orang tua itu tak menjadi masalah.

            “Ini…” Yesung memberikan sekotak brownies pada Hyun Hoon yang masih sibuk dengan objek lukisannya.

            “Apa itu?”

            “Brownies dari gadis kelas sebelah,” Ucap Yesung singkat. Meletakan brownies ditangannya itu disamping Hyun Hoon duduk.

            “Siapa? penggemarmu lagi?” Yesung mengangguk.

            “Mmm…Zhai.”

            “Zhai? Nuguya?”

            “Bian Bao Zhai. Siswi pindahan.”

            “Orang China?”

            “Mungkin.”

            Hyun Hoon terdiam memandangi kotak berisikan brownies ditangannya. Sangat cantik, dengan tulisan dan hiasan lucu yang menarik dari kotak itu.

            “Mungkin saja dia menyukaimu, Yesung.”

            “Entahlah…mungkin saja memang benar dia menyukaiku.”

            “Lalu bagaimana?”

            “Bagaimana apa nya?”

            “Kau…apakah kau menyukai gadis China itu?”

            “Entah…”

            Seketika bibir kecil Hyun Hoon bungkam. Ia kembali merasakan perasaan aneh itu menjalar diarea paling sensitive baginya. Ya…ia merasakan perasaan aneh itu dalam hatinya saat gadis lain mencoba mendekati kembarannya itu. kembali…untuk kesekian kalinya Hyun Hoon memandangi kotak berisi brownies ditangannya itu, memikirkan hal – hal secara acak yang membuat kepalanya terasa pening dan sakit. Memang benar, ini bukan pertama kalinya ia merasa tidak senang saat orang lain mendekati adik kembarnya itu.

            Yesung, kembarannya itu adalah tipikal orang yang memiliki sikap periang dan menyenangkan, terbukti ia memiliki banyak penggemar bukan hanya dari kalangan gadis – gadis saja, melainkan dulu pernah ada seorang pemuda yang berani mengatakan jika ia mencintai adik kembarnya itu, pemuda itu mencintai Yesung.

            Lalu…lalu bagaimana dengannya, bagaimana dengan Hyun Hoon? kakak sekaligus saudara kembar Yesung. Hyun Hoon adalah gadis yang sangat cantik, bukan tidak ada yang mencintainya, semua pemuda bermimpi mendapatkan kembaran Yesung itu. Akan tetapi, jangan salahkan pemuda – pemuda itu jika mereka berlari menjauh dan melupakan jika mereka pernah tergila – gila dengan Hyun Hoon. Hyun Hoon adalah kebalikan dari Yesung, Hyun Hoon sangat tertutup dan tak pernah bertegur sapa dengan siapapun selain dengan Yesung dan sahabat – sahabat terdekatnya saja. Ia tak pernah bisa membuka diri dengan siapapun, terlebih dengan orang – orang yang belum pernah ia kenal. Akibat sikapnya itulah pemuda – pemuda yang mengejarnya lebih memilih menyerah.

            “Habiskan saja. Sengaja tak kumakan, karena aku tahu saudara kembarku ini sangat menyukai brownies,” Ucap Yesung tulus.

            “Apa kau tidak keberatan? Gadis itu memberikan ini untukmu…”

            Yesung menghela nafasnya panjang dan kembali menatap Hyun Hoon yang masih sibuk bergelut dengan objek lukisannya kali ini. “Tidak masalah…bukankah kita sudah terbiasa berbagi…”

            Hyun Hoon terkekeh. Ia merasa sangat puas dengan ucapan Yesung, karena ia yakin Yesung akan selalu mengutamakan dirinya dibanding kepentingannya sendiri.

            Gomawo.”



***



            Saat ini jam menunjukan pukul 10 malam, Hyun Hoon tak hentinya – hentinya mengusap peluhnya. Walaupun mesin pendingin ruangan sudah bekerja diatas maksimal, tapi tetap saja gadis cantik itu terlihat kepanasan. Hyun Hoon masih enggan untuk beranjak dari kegiatannya yang kini tengah bermain game dengan I-pad milik Yesung, ia masih merasa nyaman dengan posisinya sekarang yang tengah duduk diatas kasur empuknya itu.

            Detik berikutnya terdengar pintu penghubung antara kamarnya dan juga Yesung terbuka. Seorang pemuda tampan kini berdiri dan mulai berjalan mendekat padanya.

            Yesung memandangi Hyun Hoon yang masih tak sadar dengan kehadirannya itu. Ia mulai melangkah, mendekat kemudian menaiki tempat tidur Hyun Hoon. Menempatkan dirinya tepat dibelakang Hyun Hoon yang tengah duduk memainkan I-pad.

            Yesung merengkuh tubuh Hyun Hoon dari belakang. Membuat Hyun Hoon mulai kehilangan konsentrasinya bermain game.

            Waeyo?

            Pemuda bermata sipit itu tak menjawab. Ia hanya terdiam dan menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Hyun Hoon.

            Tak perlu mendapat jawaban dari Yesung langsung pun, Hyun Hoon sudah dapat mengetahui dan merasakan apa yang terjadi pada saudara kembarnya itu.

            “Aku merindukan eomma dan appa. Tapi saat bersamamu semua kerinduanku pada mereka lenyap, Aku tidak peduli sekarang apakah mereka masih mengingat kita sebagai anak mereka atau tidak…yang aku tahu aku hanya memiliki dirimu. Tidak apa jika aku kehilangan mereka, yang penting aku tidak kehilanganmu.”

            Hyun Hoon dan Yesung adalah anak kembar. Meskipun bukan kembar identik, tetapi ikatan batin mereka sangat kuat, disaat salah satu dari mereka terluka maka satu dari mereka pun akan terluka. Tumbuh dan besar bersama dan hanya dibesarkan oleh seorang ahjumma membuat mereka saling bergantung satu sama lain. Dimana Yesung akan selalu menjaga kakak sekaligus saudara kembarnya itu dan akan lebih mementingkan kepentingan Hyun Hoon dibandingkan dirinya. Begitu pun sebaliknya, Hyun Hoon akan menjelma menjadi sosok kakak yang akan melindungi dan menjaga adik kembarnya itu dengan sangat baik.

            “Aku juga tidak membutuhkan mereka. Aku hanya tahu kaulah keluarga yang aku punya. Aku hanya tahu kaulah pengganti appa dan eomma.” Ucap Hyun Hoon dengan kedua tangannya memegang erat tangan Yesung yang memeluk tubuhnya.

            “Sudahlah…kajja…kita tidur.”



***


            “Gadis itu menyukaiku.”

            Nuguya?”

            “Zhai. Dia mengatakan perasaannya padaku…”

            “Oooohhh…” Hyun Hoon hanya ber”Oh” ria. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya…perasaannya sedikit aneh sekarang. Sesaat ia menempelkan tangan pada dadanya yang terasa sedikit sakit.

            “Ada apa? Apa kau baik – baik saja?” Tanya Yesung memerhatikan tingkah Hyun Hoon.

            “Aku baik – baik saja.”

            Keduanya kini tengah berdiri didekat koridor sekolah. Waktunya istirahat siang, namun baik Yesung ataupun Hyun Hoon sama sekali enggan pergi ke kantin sekolah untuk makan siang. Mereka lebih memilih untuk membeli beberapa makanan kecil saja sambil mengobrol bersama dikoridor sekolah. Semua berlangsung seperti biasa, sampai ketika Yesung membuka obrolan mereka tentang gadis yang menyatakan perasaan padanya.

            Awalnya Hyun Hoon hanya menanggapi biasa saja. Tapi entah mengapa saat Yesung menunjuk gadis yang menyukainya itu perasaan Hyun Hoon menjadi aneh. Ada sesuatu yang membuatnya merasa gundah saat Yesung mulai mencoba mendekatkan dirinya pada gadis lain selain dirinya.

            “Bagaimana menurutmu?”

            “Apa?”

            Hyun Hoon hanya diam. Mulutnya seakan terkunci rapat. Apalagi ketika sosok yang diceritakan Yesung sekarang tengah berjalan kearah mereka berdua. Gadis yang sangat manis, itulah penggambaran Hyun Hoon tentang Bian Bao Zhai, gadis yang menyukai saudara kembarnya itu.

            “Bolehkah hari ini aku pergi bersamanya?”

            “Eoh….tentu saja kau boleh pergi.”

            “Baiklah, sampai bertemu nanti malam dirumah.”                 
           
            Gadis itu datang dan membungkuk ramah. Ia nampak membisikan sesuatu pada Yesung, entah apa…tak ada yang dapat Hyun Hoon lakukan selain mengangguk saat Yesung pamit untuk pergi. Kini Hyun Hoon melihat Yesung pergi bersama orang lain, tertawa bersama orang lain dan bukan dengannya.


***


            Malamnya, Yesung belum juga pulang kerumah. Ia tak langsung pulang dan pamit akan pulang telat karena pergi menonton bersama Zhai. Hyun Hoon, gadis mungil itu tengah duduk dilantai yang beralaskan karpet bergambar koala dengan mata tertuju pada layar datar televisi dihadapannya itu. kamarnya memang sangat luas, walaupun kamar ini telah dipenggal menjadi dua, tapi tetap saja luas. Satu tempat tidur queen size, dilengkapi dengan televisi flat 32 inch, satu komputer dan tak lupa sebuah kulkas mini yang terdapat didalam kamar itu. Tentu saja kedua orang tua Hyun Hoon dan Yesung yang memberikan fasilitas itu, sebagai pengganti kebersamaan mereka yang memang lebih mementingkan bisnis dibanding anak kembarnya itu.

            Awalnya kamar Hyun Hoon dan Yesung itu jadi satu. Namun karena khawatir, akhirnya kedua orang tua mereka memenggal kamar mereka menjadi dua bagian. Satu bagian menjadi kamar Hyun Hoon dan satu bagian lagi menjadi kamar Yesung dengan satu pintu didalam agar mereka masih bisa terhubung satu sama lain.

            Hyun Hoon memeluk kedua lututnya, menyandarkan tubuhnya pada tepian tempat tidur. Suasana kamarnya kali ini terasa berbeda, hampa tanpa adanya Yesung. Berkali – kali ia mengetik sebuah pesan untuk Yesung, namun tak ada satu pun pesan yang ia kirimkan pada Yesung.

            Hampir tengah malam, terdengar pintu kamar Yesung terbuka.

            Hyun Hoon melongokan wajahnya menatap pintu kamarnya yang terhubung langsung dengan kamar Yesung. Ia dapat melihat jika saudara kembarnya itu sudah pulang, berjalan kearahnya dengan seragam yang masih lengkap.

            Yesung tersenyum lembut, tetapi Hyun Hoon membalasnya dengan senyuman sinis.

            “Belum tidur?” Tanya Yesung.

            “Mmmm…” Hyun Hoon mengangguk lalu kembali fokus menatap televisi.

            Yesung mengernyitkan keningnya. Sejak kapan saudara kembarnya itu jadi senang bergadang? Merasa ada yang aneh, ia menghampiri Hyun Hoon. duduk dihadapan Hyun Hoon, menghalangi pandangan saudara kembarnya itu.

            “Bukakan dasi seragamku, nunna,” Ucap Yesung beraegyo ria.

            Hyun Hoon terdiam beberapa saat, matanya mendelik kesal namun tangannya tetap membukakan dasi seragam Yesung.

            “Apa ada sesuatu yang kau pikirkan? Apa ini ada hubungannya denganku dan Zhai?”

            DEG~

            Mau ditutupi seperti apapun, mau berbohong seperti apapun…toh pada kenyataannya Yesung mampu menerka apa yang saat ini Hyun Hoon pikirkan.

            Kedua pipi Hyun Hoon seketika berubah semerah buah Cherry favorit Yesung.

            “Apa tebakanku benar?”

            PUK~

            Hyun Hoon memukul kepala Yesung gemas. Sementara Yesung hanya terkekeh geli melihat tingkah saudara kembarnya itu.

            “Aku hanya cemas padamu bodoh! Kau pergi sampai selarut ini!” Pekik Hyun Hoon kesal.

            “Mengapa kau tak menghubungi aku?”

            “Eoh…itu…aku lupa.”

            “Oh ya? Padahal aku sangat berharap kau menghubungiku.”

            Pipi Hyun Hoon kembali memerah. Kali ini badannya terasa gemetaran padahal hawa diruangan tidak dingin. Jika ia tengah berdiri mungkin saja ia akan jatuh karena lemas, dan untungnya kali ini ia berada pada posisi duduk menyandar.

            “Sudah malam dan cepatlah mandi!” Perintah Hyun Hoon yang sengaja mengalihkan pertanyaan Yesung tadi.

            Arra!

            Hyun Hoon melangkahkan kakinya menuju ketempat tidur. Ia menarik selimut tebal itu sampai menutupi wajahnya. Pikirannya saat ini kacau tak menentu. Perasaan – perasaan aneh itu berlalu lalang diotaknya silih berganti.

            “Yesung…bagaimana kencanmu tadi…”

            “Eoh…benarkan kau ingin tahu tentangku dan Zhai?” Goda Yesung lagi.

            “Yak!”

            Yesung terkekeh. Ia kembali melangkahkan kakinya mendekat dan duduk ditepian tempat tidur Hyun Hoon. Hyun Hoon mengubah posisinya dan ia pun duduk berhadapan dengan Yesung.

            “Bagaimana menurutmu?”

            “Bagimana apanya?”

            “Apa aku harus menerima perasaan Zhai?”

            “Kau menyukainya?”

            Yesung terdiam dengan senyuman yang sulit diartikan. “Aku tidak tahu? Tapi jika menurutmu Zhai gadis yang baik, aku akan mempertimbangkan dan memberinya kesempatan.”

            Sampai kapan hal ini akan terus berlanjut? Sampai kapan Hyun Hoon lah yang selalu menjadi orang yang selalu Yesung andalkan?

            Bukankah kelak…bukankah kelak mereka akan hidup terpisah dengan menyusuri jalan berbeda?

            “Dia gadis yang baik menurutku. Tak ada salahnya jika kau berikan kesempatan itu pada Zhai,” Ucap Hyun Hoon lirih. Karena merasa tak nyaman, akhirnya gadis itu berbalik membelakangi Yesung. Menghentikan percakapan mereka berdua secara paksa.




***


            Jika Hyun Hoon mengatakan air garam itu rasanya manis, maka Yesung pun akan berpendapat sama.

            Jika Hyun Hoon mengatakan matematika itu adalah pelajaran yang membuatnya pusing, maka Yesung pun akan berpendapat sama.

            Jika Hyun Hoon mengatakan teriris pisau itu tidak menyakitkan, maka Yesung pun akan berpendapat sama.

            Dan jika Hyun Hoon mengatakan obat itu rasanya enak, maka Yesung pun akan berpendapat sama walaupun benda itu adalah benda yang paling ia benci sekalipun.

            Yesung akan berkata “Setuju”, “Ya” dan “Benar”. Karena selama perkataan itu keluar dari mulut saudara kembarnya jalan yang salah pun akan terasa benar dimatanya.

            Sekarang, disinilah Hyun Hoon berada. Memerhatikan Yesung bercengkrama hangat bersama gadis asal China itu. Yesung menyentuh tangan gadis bernama Zhai itu, tersenyum pada gadis itu bahkan sesuai saran Hyun Hoon akhirnya Yesung menerima cinta gadis China itu.

            Dikoridor sekolah yang sangat sepi, saat semua siswa sudah meninggalkan sekolah. Hyun Hoon, gadis itu justru harus menyaksikan saudara kembarnya. Yesung nampak dengan setia menunggu Zhai keluar dari dalam kelas, saling menautkan tangannya dan berjalan dengan tangan Yesung yang sesekali membelai lembut surai hitam pekat milik Zhai, kekasih saudara kembarnya itu.

            Harusnya Hyun Hoon bahagia…ya…saat ini ia memang bahagia, kebahagiaan yang telah susah payah ia tunjukan, sebuah kebahagiaan palsu agar hatinya tak terlalu sakit.

            Ia berjalan menjauh dan lebih memilih mencari jalan lain, hatinya tak sanggup melihat apa yang dilakukan Yesung dihadapannya.

            Hari ini giliran Hyun Hoon yang pulang sangat terlambat. Pukul 10 malam gadis itu baru sampai rumah. Ia berjalan gontai melangkah menuju kamar tidurnya yang berada dilantai atas. Ia merasa tubuhnya sangat lelah, benar saja sangat lelah karena ia berkeliaran seharian tanpa tujuan.

            Hyun Hoon menghela nafasnya dalam dan membuka pintu kamarnya dengan sangat hati – hati.

            “Mengapa baru pulang??”

            Rupanya Yesung sedang berada dikamarnya, menunggunya dengan sangat cemas.

            “Hanya mencari udara segar sampai lupa jika hari sudah gelap.”

            “Benarkah?”

            Yesung menatap Hyun Hoon tajam. Ia tahu saat ini saudara kembarnya itu tengah membohonginya.

            “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?”

            “Tidak ada apa – apa.”

            Lagi – lagi Hyun Hoon membohonginya. Padahal jelas – jelas itu semua karena Yesung, sikapnya seperti ini karena Yesung.

            Yesung berjalan mendekati Hyun Hoon yang membelakanginya. Menyentuh punggung Hyun Hoon. “Ada apa? Aku tahu saat ini kau sedang membohongiku…”

            Dengan kasar Hyun Hoon menepis tangan Yesung. Menjauhkan tangan Yesung darinya.

            “Jangan menyentuhku!!” Pekik Hyun Hoon.

            “Aku tidak mau bersentuhan denganmu. Tangan itu sudah kau pakai untuk menyentuh gadis itu!! itu menjijikan!!”

            Yesung terdiam kaku. Ini pertama kalinya Hyun Hoon berlaku kasar padanya, ucapannya sungguh membuat hati Yesung sakit. Apalagi penolakan yang dilakukan oleh saudara kembarnya itu, itulah yang menyakiti hatinya.

            Hyun Hoon menundukan kepalanya, gadis itu melangkah menjauhkan dirinya dari Yesung. “Aku ingin mandi. Kau pergilah!”

            Langkah kaki Hyun Hoon terlihat gontai, bahkan berkali – kali tubuhnya oleng. Ia akhirnya jatuh tersungkur kelantai yang terasa dingin mengenai kulitnya. Kepalanya terasa sangat berat dan sakit, bahkan cahaya lampu yang temaram pun begitu mengganggu pengelihatannya. Sampai pada akhirnya tubuhnya terhempas membentur lantai dan kedua matanya tertutup.

            “Hyun Hoon.”

            Gadis itu membuka matanya dan terkejut saat tubuhnya tak lagi tergelatak dilantai melainkan sudah berada dikasur empuknya. Hyun Hoon terkejut saat pertama kali membuka matanya yang ia lihat adalah wajah Yesung yang berjarak begitu dekat dengannya.

            Hyun Hoon mendorong tubuh Yesung, menjauhkan pemuda tampan itu dari sisinya. Yesung bangkit lalu kembali mendekati Hyun Hoon, menarik tubuh kembarannya itu kedalam dekapannya. Namun Hyun Hoon terus memberontak. Meronta, meraung dan berusaha menjauhkan tubuhnya dari Yesung, berusaha melepaskan pelukan Yesung padanya.

            Yesung cukup kewalahan dibuatnya. Bukan karena tenaga Hyun Hoon lebih kuat darinya, melainkan karena Hyun Hoon menolaknya…kembarannya itu, belahan jiwanya itu menolaknya.

            “Aku akan menjauhinya. Aku akan menjauhi Zhai, jika itu bisa membuatmu tenang!” Jerit Yesung.

            Lambat laun jeritan penolakan itu tak terdengar lagi. Hyun Hoon mulai tenang, terbukti dari nafasnya yang mulai teratur dan berhenti meronta seperti tadi.

            “Jangan bergurau!”

            “Untuk apa dilanjutkan, jika aku hanya menyakiti dirimu!”

            Lagi – lagi Yesung lebih mementingkan perasaan kembarannya itu dibanding perasaannya sendiri.

            “Jangan Egois seperti ini. kau juga harus memikirkan perasaan kekasihmu.”

            “Aku tidak peduli! Bukahkah kita sudah lebih dulu egois?? Bukankah kita hanya butuh satu sama lain?? aku tidak butuh yang lain! Percuma jika aku butuh yang lain, tapi kau…kau terluka karena aku!” Teriakan Yesung cukup membuatnya terdiam. Membuatnya bungkam menutup rapat bibirnya.

            Ia sadar, akan tiba saat dimana Yesung dan dirinya akan berjalan berlawanan arah. Saling mencari arah dan jalan yang berbeda, menuju kehidupan yang berbeda.

            Ia sadar, akan tiba saat dimana ia harus membelokan langkahnya untuk berjalan menjauh dari Yesung.

            Ia tak mungkin terus menerus memilih warna yang serupa, makanan dan barang – barang yang sama. Ia tak mungkin terus menggantungkan hidupnya pada Yesung.

            Akan ada saat dimana ia harus bisa menentukan sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri.

            Akan ada saat dimana Yesung pun harus menentukan pilihan yang baik untuk dirinya sendiri.

            Dan saat yang disebutkan itu adalah sekarang, sekaranglah saatnya…

            “Jangan lakukan itu.”

            Hyun Hoon berucap lirih. Perlahan Yesung menjauhkan tubuhnya dari Hyun Hoon, menatap gadis cantik yang kini terisak pilu dihadapannya.

            “Kita harus berhenti. Bagaimana pun kau berhak mencari kebahagiaanmu dan aku tidak ingin egois lagi.”

            Ucapan Hyun Hoon membuat Yesung lemah. Hyun Hoon secara tak sadar menolaknya dan memerintahnya untuk pergi.

            Bukankah mereka kembar? Bukankah saudara kembar itu satu jiwa? lantas jika mereka egois, lantas jika mereka ingin memiliki satu sama lain apakah itu suatu hal yang salah?

            “Mengapa kau berbicara seperti itu? apakah aku tidak boleh egois? Selama ini kita terus bersikap demikian bukan? Aku tidak peduli dengan orang lain, aku hanya peduli padamu! mengapa sekarang kau menyuruhku untuk berhenti, mengapa kau memaksa aku untuk berubah?”

            Yesung menangis, Kristal bening itu tak kuasa ia tahan lagi. Pemuda tampan itu kini menundukan wajahnya. Hati Hyun Hoon seperti teriris saat melihat kembarannya, belahan jiwanya itu menangis.

            “Aku tidak akan pernah bahagia jika terpisah darimu. Aku tidak akan pernah sampai ketujuan dan akan tersesat jika terpisah darimu.”

            Hyun Hoon terdiam. Ia mengusap lembut Kristal bening yang menggenang dan jatuh dipelupuk mata Yesung.

            “Kau tahu mengapa aku tidak akan pernah bahagia jika terpisah darimu?” Hyun Hoon menggeleng lembut.

            “Karena kita adalah satu. Kau adalah aku, dan aku adalah kau. Kita dua raga satu jiwa, dan kitapun hanya memiliki satu hati. Hati yang telah terpatri kuat didalam diri kita masing – masing.” Ucap Yesung tegas.

            “bagaimana dengan…”

            Yesung membersihkan sisa kristal bening diwajahnya. Sesaat kemudian pemuda tampan itu tersenyum tulus dan kembali mendekap tubuh Hyun Hoon erat.

            “Aku memang menyukai Zhai. Tapi…” Ucapan Yesung terputus.

            “Tapi?”

            “Tapi aku lebih menyukai dirimu. Aku lebih menyukai kembaranku, aku lebih rela kehilangan seribu gadis yang mencintaiku dibandingkan harus kehilangan dirimu, kehilangan hatiku, belahan jiwaku.”



***


            Ini bukanlah cinta…tapi ini lebih dari sekedar cinta…

            Cinta ini tumbuh alami seiring berjalannya waktu…

            Cinta ini tumbuh alami seiring kami tumbuh menjadi dewasa bersama…

            Yesung menghampiri Hyun Hoon yang tengah duduk menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon. Kini keduanya kembali bersama, seperti yang seharusnya biasa mereka lakukan.

            “Bagaimana? Apa Zhai mau melepaskanmu?” Yesung mengangguk.

            “Lalu bagaimana sekarang?” Tanya Hyun Hoon.

            “Sekarang? kau ingin aku melakukan apa?” Yesung menatap Hyun Hoon lembut. Membuat gadis cantik itu terdiam.

            “Entahlah…” Ucapnya dengan mengangkat kedua bahunya.

            “Akan aku lakukan apa yang seharusnya aku lakukan dari dulu padamu.”

            “Maksudmu?”

            Yesung mendekatkan wajahnya, menarik kerah seragam sekolah Hyun Hoon lembut. Menyatukan bibirnya dengan bibir cherry milik Hyun Hoon. Hanya sebatas itu, sebatas menyalurkan perasaan anehnya pada saudara kembarnya, bukan ciuman dengan nafsu yang menggebu. Ini hanya sekedar bukti jika Hyun Hoon lah yang diinginkan Yesung, bukan Zhai ataupun gadis lainnya.

            “Aku hanya menginginkanmu, bukan yang lain. aku tidak butuh siapapun didunia ini. aku hanya butuh dirimu yang selalu ada bersama dan menemaniku…saranghae


_FIN_

Kya…FF gaje lagi…lalaalallalala*nari hula hula bareng Yesung XD. FF macam apa ini?? *kamera Zoom In Zoom Out. Bodo amat ah..yang penting ide dalam otak saya tersalurkan, maaf sedikit ngelantur alurnya :D *ngakak setan. Dan maaf membuat mata readers jadi katarak setelah membaca FF yang membuat ngantuk ini -__- *poorauthor ._. yeorobun?? *Oy….Review yuk, masih banyak typo tuh…kekekkekekeke *deepbow

           

           

                       

           
           

No comments:

Post a Comment