Tittle
: “We Were One, And Will Never Be Separated”
Author
: Shippa Kim
Main
Cast
·
Kim Jong Woon as Yesung
·
Jung Hyun Hoon as Hyun Hoon (OC)
Genre
: Bromance, a little bit hurt
Length
: OneShot
Rate
: PG-15
Summary
: Kau adalah aku, dan aku adalah kau! Karena kita satu! Kau dan aku adalah
satu! *gubrak* summary apaan itu XD
Disclaimer
: Semua tokoh dalam FF ini adalah milik Tuhan dan keluarganya. Yang paten milik
author ya ceritanya lah, tapi author yakin suatu saat nanti tuh tokoh bakalan
resmi jadi milik author *dibacok yang baca :P.
Warning
: harap dibaca baik – baik ye! Ide FF ini murni dari otak author yang rada
error dikit, dikit lho *readers: banyak juga gpp thor *author nangis
gegulingan*tapi…ada tapinya neh FF ini terinspirasi sama film yang saya tonton,
film horror Thailand seh lebih jelasnya, tentang gadis kembar siam dan
selebihnya ide murni mengalir dari otak saya *banyak ngemeng neh author. Jika
terdapat kesamaan nama cast ataupun yang lainnya jangan salahkan saya, salahkan
otak saya yang cerdas berpikir ini dan akhirnya berhasil mengembang biakan ide
itu menjadi sebuah FF *PD mode on, ya walopun rada gaje seh *plak. Don’t bash….don’t
like don’t read! Tak usah review! Saya hanya menanggapi orang – orang yang
memang tulus memberikan kritik dan saran saja, bukan penjilat yang bisanya
memuji tapi malah niatnya jejek saya *lari tunggang langgang bawa yesung.
Baiklah daripada dengerin neh author banyak bacot dan keburu neh readers kabur,
yuk capcus ke ceritanya ^^ - satu lagi saya sampai lupa..kekekkeke, Big thanks
and big hug to my best editor Sagari Nilamsari yang juga adalah editor favorit
saya, gomawo sudah banyak membantu mereview setiap ff2 ku yang muncul diinboxmu
XD *hugbareng Yesung*
``Enjoy for reading``
***
[[Shippa Kim story line – We Were
One, And Will Never Be Separated]]
Hyun Hoon terbangun saat kilauan cahaya
matahari pagi menerobos masuk, menyibak tirai berwarna putih didalam kamar itu.
Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sangat pening. Anemia. Rasanya ingin sekali membenturkan kepalanya untuk
mengurangi rasa sakit kala penyakit darah rendahnya itu kambuh.
“Isshh…sakit…” Keluhnya dengan suara
yang masih terdengar sangat parau.
Ia hendak meninggalkan tempat tidur,
namun tubuhnya terhenti sejenak saat merasakan sesuatu yang hangat melingkar
dipinggang rampingnya. Hyun Hoon menolehkan pandangannya memerhatikan sosok
tampan disebelahnya itu masih memejamkan kelopak matanya. Ia mendesah
pelan…hampir saja ia melupakan sesuatu kalau semalam ia tertidur lagi dikamar
Yesung. Perlahan dan dengan sangat hati – hati Hyun Hoon menjauhkan dirinya
dari Yesung dan segera beranjak pergi menuju kamar mandi yang berada didalam
kamar Yesung.
Yesung yang terbangun dan segera
menyadari jika Hyun Hoon tidak ada disampingnya. Pemuda tampan itu menyibak
selimut yang menutupi tubuhnya lalu berjalan kearah pintu kamar mandi.
“Hyun Hoon, apa kau didalam?” Tanya
Yesung yang berdiri didepan pintu kamar mandi.
“Eoh…aku tidak akan lama! Kau
tunggulah,” Ucap Hyun Hoon dari dalam kamar mandi.
Yesung kembali melangkahkan kakinya,
ia berjalan keluar dari dalam kamarnya. Pemuda tampan itu menghampiri seorang
ahjumma didapur yang kini tengah membuatkan sarapan untuknya dan juga Hyun
Hoon. Roti panggang dengan olesan blueberry dan strawberry diatasnya, sungguh
membuat air liurnya seperti akan menetes melihat makanan favoritnya itu sudah
tertata rapi dipiring.
“Morning
ahjumma…” Ucap Yesung sambil meletakan piring berisi roti panggang itu
diatas nampan yang ia pegang. Tak lupa ia pun meletakan dua gelas susu cokelat.
“Aku akan makan dikamar bersama Hyun
Hoon,” Ucapnya lantas berlalu begitu saja.
Memasuki kamar, rupanya Hyun Hoon
sudah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah lengkap. Gadis cantik itu
kini tengah mengeringkan rambutnya dengan sebuah hairdryer yang ia ambil dikamarnya. Kamar yang terletak disamping
kamar Yesung, kamar yang pintunya tertuju langsung dengan kamar Yesung.
“Pagi ini kita sarapan dikamar
saja,” Ucap Yesung. Hyun Hoon mengangguk lantas menghampiri Yesung yang
meletakan nampan yang ia bawa diatas meja kecil.
“Aku akan mandi, jika kau sudah
lapar makanlah duluan,” Ucapnya lagi.
“Mandilah, aku akan menunggumu”
Yesung tersenyum lantas berlari kedalam kamar mandi.
***
Setelah menikmati sarapan pagi
bersama seperti biasa, keduanya pun pergi kesekolah bersama – sama.
Yesung mulai terlihat risih dengan
kelakuan Hyun Hoon yang terus menerus memandanginya saat mereka berdua memasuki
gedung sekolah.
“Yak…lihatlah dirimu ini, Yesung,”
Ucap Hyun Hoon mendahului mulut Yesung yang hendak mengeluarkan suara.
“Wae??”
“Matamu…apakah kau tadi pagi mencuri
mascara milikku? Lihatlah bulu matamu itu…”
Pertanyaan – pertanyaan konyol itu
mulai terlontar dari bibir Hyun Hoon. Yesung hanya menggeleng pasrah saat
mendengar Hyun Hoon saudara kembarnya itu mulai kacau.
“Memangnya aku ini seorang gadis,
mana mungkin aku memakai benda berwarna hitam menjijikan itu!” Pekik Yesung kesal,
lalu memukul gemas kepala Hyun Hoon.
“Tapi….itu…bulu matamu itu terlihat
seperti seorang gadis. Sial…padahal aku memimpikan sekali mendapat bulu mata
lentik seperti bulu mata milikmu, tanpa perlu memakai mascara ataupun
mengkriting bulu mataku kesalon,” Yesung hanya terkekeh geli melihat tingkah
polah Hyun Hoon yang merupakan saudara kembarnya itu.
“Sudah…sudah hentikan ocehanmu itu, nunna sayang.” Ucap Yesung yang kini
merangkul pundak Hyun Hoon. Menggoda kakak kembarnya itu.
“Aku ingin ketoilet sebentar, kau
duluan saja” Yesung mengangguk lalu pergi meninggalkan Hyun Hoon yang berjalan
berlawanan arah dengannya.
***
“Appa
dan Eomma…sepertinya mereka tidak
akan pulang lagi,” Ucap Yesung memecah keheningan. Jam istirahat keduanya hanya
duduk menikmati makanan mereka dibawah pohon rindang dihalaman sekolah dengan
Hyun Hoon yang sedang asyik melukis sebuah pohon cherry blossom dihadapannya
itu.
“Sudah biasa…dan aku berani bertaruh
jika kelak mereka tidak akan ingat dimana alamat rumah mereka” Hyun Hoon
tersenyum mengejek.
Keduanya telah terbiasa tanpa
kehadiran kedua orang tua mereka dirumah. Entahlah…mungkin karena mereka telah
terbiasa hidup berdua dari kecil, maka bagi mereka ada atau tidak adanya orang
tua itu tak menjadi masalah.
“Ini…” Yesung memberikan sekotak
brownies pada Hyun Hoon yang masih sibuk dengan objek lukisannya.
“Apa itu?”
“Brownies dari gadis kelas sebelah,”
Ucap Yesung singkat. Meletakan brownies ditangannya itu disamping Hyun Hoon
duduk.
“Siapa? penggemarmu lagi?” Yesung
mengangguk.
“Mmm…Zhai.”
“Zhai? Nuguya?”
“Bian Bao Zhai. Siswi pindahan.”
“Orang China?”
“Mungkin.”
Hyun Hoon terdiam memandangi kotak
berisikan brownies ditangannya. Sangat cantik, dengan tulisan dan hiasan lucu
yang menarik dari kotak itu.
“Mungkin saja dia menyukaimu,
Yesung.”
“Entahlah…mungkin saja memang benar
dia menyukaiku.”
“Lalu bagaimana?”
“Bagaimana apa nya?”
“Kau…apakah kau menyukai gadis China
itu?”
“Entah…”
Seketika bibir kecil Hyun Hoon
bungkam. Ia kembali merasakan perasaan aneh itu menjalar diarea paling
sensitive baginya. Ya…ia merasakan perasaan aneh itu dalam hatinya saat gadis
lain mencoba mendekati kembarannya itu. kembali…untuk kesekian kalinya Hyun
Hoon memandangi kotak berisi brownies ditangannya itu, memikirkan hal – hal
secara acak yang membuat kepalanya terasa pening dan sakit. Memang benar, ini
bukan pertama kalinya ia merasa tidak senang saat orang lain mendekati adik
kembarnya itu.
Yesung, kembarannya itu adalah
tipikal orang yang memiliki sikap periang dan menyenangkan, terbukti ia
memiliki banyak penggemar bukan hanya dari kalangan gadis – gadis saja, melainkan
dulu pernah ada seorang pemuda yang berani mengatakan jika ia mencintai adik
kembarnya itu, pemuda itu mencintai Yesung.
Lalu…lalu bagaimana dengannya,
bagaimana dengan Hyun Hoon? kakak sekaligus saudara kembar Yesung. Hyun Hoon
adalah gadis yang sangat cantik, bukan tidak ada yang mencintainya, semua
pemuda bermimpi mendapatkan kembaran Yesung itu. Akan tetapi, jangan salahkan
pemuda – pemuda itu jika mereka berlari menjauh dan melupakan jika mereka
pernah tergila – gila dengan Hyun Hoon. Hyun Hoon adalah kebalikan dari Yesung,
Hyun Hoon sangat tertutup dan tak pernah bertegur sapa dengan siapapun selain
dengan Yesung dan sahabat – sahabat terdekatnya saja. Ia tak pernah bisa
membuka diri dengan siapapun, terlebih dengan orang – orang yang belum pernah
ia kenal. Akibat sikapnya itulah pemuda – pemuda yang mengejarnya lebih memilih
menyerah.
“Habiskan saja. Sengaja tak kumakan,
karena aku tahu saudara kembarku ini sangat menyukai brownies,” Ucap Yesung
tulus.
“Apa kau tidak keberatan? Gadis itu
memberikan ini untukmu…”
Yesung menghela nafasnya panjang dan
kembali menatap Hyun Hoon yang masih sibuk bergelut dengan objek lukisannya kali
ini. “Tidak masalah…bukankah kita sudah terbiasa berbagi…”
Hyun Hoon terkekeh. Ia merasa sangat
puas dengan ucapan Yesung, karena ia yakin Yesung akan selalu mengutamakan
dirinya dibanding kepentingannya sendiri.
“Gomawo.”
***
Saat ini jam menunjukan pukul 10
malam, Hyun Hoon tak hentinya – hentinya mengusap peluhnya. Walaupun mesin
pendingin ruangan sudah bekerja diatas maksimal, tapi tetap saja gadis cantik
itu terlihat kepanasan. Hyun Hoon masih enggan untuk beranjak dari kegiatannya
yang kini tengah bermain game dengan I-pad milik Yesung, ia masih merasa nyaman
dengan posisinya sekarang yang tengah duduk diatas kasur empuknya itu.
Detik berikutnya terdengar pintu
penghubung antara kamarnya dan juga Yesung terbuka. Seorang pemuda tampan kini
berdiri dan mulai berjalan mendekat padanya.
Yesung memandangi Hyun Hoon yang
masih tak sadar dengan kehadirannya itu. Ia mulai melangkah, mendekat kemudian
menaiki tempat tidur Hyun Hoon. Menempatkan dirinya tepat dibelakang Hyun Hoon yang
tengah duduk memainkan I-pad.
Yesung merengkuh tubuh Hyun Hoon
dari belakang. Membuat Hyun Hoon mulai kehilangan konsentrasinya bermain game.
“Waeyo?”
Pemuda bermata sipit itu tak
menjawab. Ia hanya terdiam dan menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Hyun
Hoon.
Tak perlu mendapat jawaban dari
Yesung langsung pun, Hyun Hoon sudah dapat mengetahui dan merasakan apa yang
terjadi pada saudara kembarnya itu.
“Aku merindukan eomma dan appa. Tapi saat
bersamamu semua kerinduanku pada mereka lenyap, Aku tidak peduli sekarang
apakah mereka masih mengingat kita sebagai anak mereka atau tidak…yang aku tahu
aku hanya memiliki dirimu. Tidak apa jika aku kehilangan mereka, yang penting
aku tidak kehilanganmu.”
Hyun Hoon dan Yesung adalah anak
kembar. Meskipun bukan kembar identik, tetapi ikatan batin mereka sangat kuat,
disaat salah satu dari mereka terluka maka satu dari mereka pun akan terluka.
Tumbuh dan besar bersama dan hanya dibesarkan oleh seorang ahjumma membuat
mereka saling bergantung satu sama lain. Dimana Yesung akan selalu menjaga
kakak sekaligus saudara kembarnya itu dan akan lebih mementingkan kepentingan Hyun
Hoon dibandingkan dirinya. Begitu pun sebaliknya, Hyun Hoon akan menjelma
menjadi sosok kakak yang akan melindungi dan menjaga adik kembarnya itu dengan
sangat baik.
“Aku juga tidak membutuhkan mereka.
Aku hanya tahu kaulah keluarga yang aku punya. Aku hanya tahu kaulah pengganti appa dan eomma.” Ucap Hyun Hoon dengan kedua tangannya memegang erat tangan
Yesung yang memeluk tubuhnya.
“Sudahlah…kajja…kita tidur.”
***
“Gadis itu menyukaiku.”
“Nuguya?”
“Zhai.
Dia mengatakan perasaannya padaku…”
“Oooohhh…” Hyun Hoon hanya ber”Oh”
ria. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya…perasaannya sedikit aneh sekarang.
Sesaat ia menempelkan tangan pada dadanya yang terasa sedikit sakit.
“Ada apa? Apa kau baik – baik saja?”
Tanya Yesung memerhatikan tingkah Hyun Hoon.
“Aku baik – baik saja.”
Keduanya kini tengah berdiri didekat
koridor sekolah. Waktunya istirahat siang, namun baik Yesung ataupun Hyun Hoon
sama sekali enggan pergi ke kantin sekolah untuk makan siang. Mereka lebih
memilih untuk membeli beberapa makanan kecil saja sambil mengobrol bersama
dikoridor sekolah. Semua berlangsung seperti biasa, sampai ketika Yesung membuka
obrolan mereka tentang gadis yang menyatakan perasaan padanya.
Awalnya Hyun Hoon hanya menanggapi
biasa saja. Tapi entah mengapa saat Yesung menunjuk gadis yang menyukainya itu
perasaan Hyun Hoon menjadi aneh. Ada sesuatu yang membuatnya merasa gundah saat
Yesung mulai mencoba mendekatkan dirinya pada gadis lain selain dirinya.
“Bagaimana menurutmu?”
“Apa?”
Hyun Hoon hanya diam. Mulutnya
seakan terkunci rapat. Apalagi ketika sosok yang diceritakan Yesung sekarang
tengah berjalan kearah mereka berdua. Gadis yang sangat manis, itulah
penggambaran Hyun Hoon tentang Bian Bao Zhai, gadis yang menyukai saudara
kembarnya itu.
“Bolehkah hari ini aku pergi
bersamanya?”
“Eoh….tentu saja kau boleh pergi.”
“Baiklah, sampai bertemu nanti malam
dirumah.”
Gadis itu datang dan membungkuk
ramah. Ia nampak membisikan sesuatu pada Yesung, entah apa…tak ada yang dapat
Hyun Hoon lakukan selain mengangguk saat Yesung pamit untuk pergi. Kini Hyun
Hoon melihat Yesung pergi bersama orang lain, tertawa bersama orang lain dan bukan
dengannya.
***
Malamnya, Yesung belum juga pulang
kerumah. Ia tak langsung pulang dan pamit akan pulang telat karena pergi
menonton bersama Zhai. Hyun Hoon, gadis mungil itu tengah duduk dilantai yang
beralaskan karpet bergambar koala dengan mata tertuju pada layar datar televisi
dihadapannya itu. kamarnya memang sangat luas, walaupun kamar ini telah
dipenggal menjadi dua, tapi tetap saja luas. Satu tempat tidur queen size,
dilengkapi dengan televisi flat 32 inch, satu komputer dan tak lupa sebuah
kulkas mini yang terdapat didalam kamar itu. Tentu saja kedua orang tua Hyun
Hoon dan Yesung yang memberikan fasilitas itu, sebagai pengganti kebersamaan
mereka yang memang lebih mementingkan bisnis dibanding anak kembarnya itu.
Awalnya kamar Hyun Hoon dan Yesung
itu jadi satu. Namun karena khawatir, akhirnya kedua orang tua mereka memenggal
kamar mereka menjadi dua bagian. Satu bagian menjadi kamar Hyun Hoon dan satu
bagian lagi menjadi kamar Yesung dengan satu pintu didalam agar mereka masih
bisa terhubung satu sama lain.
Hyun Hoon memeluk kedua lututnya,
menyandarkan tubuhnya pada tepian tempat tidur. Suasana kamarnya kali ini
terasa berbeda, hampa tanpa adanya Yesung. Berkali – kali ia mengetik sebuah
pesan untuk Yesung, namun tak ada satu pun pesan yang ia kirimkan pada Yesung.
Hampir tengah malam, terdengar pintu
kamar Yesung terbuka.
Hyun Hoon melongokan wajahnya
menatap pintu kamarnya yang terhubung langsung dengan kamar Yesung. Ia dapat
melihat jika saudara kembarnya itu sudah pulang, berjalan kearahnya dengan
seragam yang masih lengkap.
Yesung tersenyum lembut, tetapi Hyun
Hoon membalasnya dengan senyuman sinis.
“Belum tidur?” Tanya Yesung.
“Mmmm…” Hyun Hoon mengangguk lalu
kembali fokus menatap televisi.
Yesung mengernyitkan keningnya.
Sejak kapan saudara kembarnya itu jadi senang bergadang? Merasa ada yang aneh,
ia menghampiri Hyun Hoon. duduk dihadapan Hyun Hoon, menghalangi pandangan
saudara kembarnya itu.
“Bukakan dasi seragamku, nunna,” Ucap Yesung beraegyo ria.
Hyun Hoon terdiam beberapa saat,
matanya mendelik kesal namun tangannya tetap membukakan dasi seragam Yesung.
“Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?
Apa ini ada hubungannya denganku dan Zhai?”
DEG~
Mau ditutupi seperti apapun, mau berbohong
seperti apapun…toh pada kenyataannya Yesung mampu menerka apa yang saat ini
Hyun Hoon pikirkan.
Kedua pipi Hyun Hoon seketika
berubah semerah buah Cherry favorit Yesung.
“Apa tebakanku benar?”
PUK~
Hyun Hoon memukul kepala Yesung
gemas. Sementara Yesung hanya terkekeh geli melihat tingkah saudara kembarnya
itu.
“Aku hanya cemas padamu bodoh! Kau
pergi sampai selarut ini!” Pekik Hyun Hoon kesal.
“Mengapa kau tak menghubungi aku?”
“Eoh…itu…aku lupa.”
“Oh ya? Padahal aku sangat berharap
kau menghubungiku.”
Pipi Hyun Hoon kembali memerah. Kali
ini badannya terasa gemetaran padahal hawa diruangan tidak dingin. Jika ia
tengah berdiri mungkin saja ia akan jatuh karena lemas, dan untungnya kali ini
ia berada pada posisi duduk menyandar.
“Sudah malam dan cepatlah mandi!”
Perintah Hyun Hoon yang sengaja mengalihkan pertanyaan Yesung tadi.
“Arra!”
Hyun Hoon melangkahkan kakinya
menuju ketempat tidur. Ia menarik selimut tebal itu sampai menutupi wajahnya.
Pikirannya saat ini kacau tak menentu. Perasaan – perasaan aneh itu berlalu
lalang diotaknya silih berganti.
“Yesung…bagaimana kencanmu tadi…”
“Eoh…benarkan kau ingin tahu
tentangku dan Zhai?” Goda Yesung lagi.
“Yak!”
Yesung terkekeh. Ia kembali
melangkahkan kakinya mendekat dan duduk ditepian tempat tidur Hyun Hoon. Hyun
Hoon mengubah posisinya dan ia pun duduk berhadapan dengan Yesung.
“Bagaimana menurutmu?”
“Bagimana apanya?”
“Apa aku harus menerima perasaan
Zhai?”
“Kau menyukainya?”
Yesung terdiam dengan senyuman yang
sulit diartikan. “Aku tidak tahu? Tapi jika menurutmu Zhai gadis yang baik, aku
akan mempertimbangkan dan memberinya kesempatan.”
Sampai kapan hal ini akan terus
berlanjut? Sampai kapan Hyun Hoon lah yang selalu menjadi orang yang selalu
Yesung andalkan?
Bukankah kelak…bukankah kelak mereka
akan hidup terpisah dengan menyusuri jalan berbeda?
“Dia gadis yang baik menurutku. Tak
ada salahnya jika kau berikan kesempatan itu pada Zhai,” Ucap Hyun Hoon lirih.
Karena merasa tak nyaman, akhirnya gadis itu berbalik membelakangi Yesung.
Menghentikan percakapan mereka berdua secara paksa.
***
Jika Hyun Hoon mengatakan air garam
itu rasanya manis, maka Yesung pun akan berpendapat sama.
Jika Hyun Hoon mengatakan matematika
itu adalah pelajaran yang membuatnya pusing, maka Yesung pun akan berpendapat
sama.
Jika Hyun Hoon mengatakan teriris pisau itu tidak menyakitkan, maka
Yesung pun akan berpendapat sama.
Dan jika Hyun Hoon mengatakan obat
itu rasanya enak, maka Yesung pun akan berpendapat sama walaupun benda itu
adalah benda yang paling ia benci sekalipun.
Yesung akan berkata “Setuju”, “Ya”
dan “Benar”. Karena selama perkataan itu keluar dari mulut saudara kembarnya
jalan yang salah pun akan terasa benar dimatanya.
Sekarang, disinilah Hyun Hoon
berada. Memerhatikan Yesung bercengkrama hangat bersama gadis asal China itu.
Yesung menyentuh tangan gadis bernama Zhai itu, tersenyum pada gadis itu bahkan
sesuai saran Hyun Hoon akhirnya Yesung menerima cinta gadis China itu.
Dikoridor sekolah yang sangat sepi,
saat semua siswa sudah meninggalkan sekolah. Hyun Hoon, gadis itu justru harus
menyaksikan saudara kembarnya. Yesung nampak dengan setia menunggu Zhai keluar
dari dalam kelas, saling menautkan tangannya dan berjalan dengan tangan Yesung yang
sesekali membelai lembut surai hitam pekat milik Zhai, kekasih saudara
kembarnya itu.
Harusnya Hyun Hoon bahagia…ya…saat
ini ia memang bahagia, kebahagiaan yang telah susah payah ia tunjukan, sebuah
kebahagiaan palsu agar hatinya tak terlalu sakit.
Ia berjalan menjauh dan lebih
memilih mencari jalan lain, hatinya tak sanggup melihat apa yang dilakukan
Yesung dihadapannya.
Hari ini giliran Hyun Hoon yang
pulang sangat terlambat. Pukul 10 malam gadis itu baru sampai rumah. Ia
berjalan gontai melangkah menuju kamar tidurnya yang berada dilantai atas. Ia
merasa tubuhnya sangat lelah, benar saja sangat lelah karena ia berkeliaran
seharian tanpa tujuan.
Hyun Hoon menghela nafasnya dalam
dan membuka pintu kamarnya dengan sangat hati – hati.
“Mengapa baru pulang??”
Rupanya Yesung sedang berada
dikamarnya, menunggunya dengan sangat cemas.
“Hanya mencari udara segar sampai
lupa jika hari sudah gelap.”
“Benarkah?”
Yesung menatap Hyun Hoon tajam. Ia
tahu saat ini saudara kembarnya itu tengah membohonginya.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak ada apa – apa.”
Lagi – lagi Hyun Hoon membohonginya.
Padahal jelas – jelas itu semua karena Yesung, sikapnya seperti ini karena
Yesung.
Yesung berjalan mendekati Hyun Hoon
yang membelakanginya. Menyentuh punggung Hyun Hoon. “Ada apa? Aku tahu saat ini
kau sedang membohongiku…”
Dengan kasar Hyun Hoon menepis
tangan Yesung. Menjauhkan tangan Yesung darinya.
“Jangan menyentuhku!!” Pekik Hyun
Hoon.
“Aku tidak mau bersentuhan denganmu.
Tangan itu sudah kau pakai untuk menyentuh gadis itu!! itu menjijikan!!”
Yesung terdiam kaku. Ini pertama
kalinya Hyun Hoon berlaku kasar padanya, ucapannya sungguh membuat hati Yesung
sakit. Apalagi penolakan yang dilakukan oleh saudara kembarnya itu, itulah yang
menyakiti hatinya.
Hyun Hoon menundukan kepalanya,
gadis itu melangkah menjauhkan dirinya dari Yesung. “Aku ingin mandi. Kau
pergilah!”
Langkah kaki Hyun Hoon terlihat
gontai, bahkan berkali – kali tubuhnya oleng. Ia akhirnya jatuh tersungkur
kelantai yang terasa dingin mengenai kulitnya. Kepalanya terasa sangat berat
dan sakit, bahkan cahaya lampu yang temaram pun begitu mengganggu
pengelihatannya. Sampai pada akhirnya tubuhnya terhempas membentur lantai dan
kedua matanya tertutup.
“Hyun Hoon.”
Gadis itu membuka matanya dan
terkejut saat tubuhnya tak lagi tergelatak dilantai melainkan sudah berada
dikasur empuknya. Hyun Hoon terkejut saat pertama kali membuka matanya yang ia
lihat adalah wajah Yesung yang berjarak begitu dekat dengannya.
Hyun Hoon mendorong tubuh Yesung,
menjauhkan pemuda tampan itu dari sisinya. Yesung bangkit lalu kembali
mendekati Hyun Hoon, menarik tubuh kembarannya itu kedalam dekapannya. Namun
Hyun Hoon terus memberontak. Meronta, meraung dan berusaha menjauhkan tubuhnya
dari Yesung, berusaha melepaskan pelukan Yesung padanya.
Yesung cukup kewalahan dibuatnya.
Bukan karena tenaga Hyun Hoon lebih kuat darinya, melainkan karena Hyun Hoon
menolaknya…kembarannya itu, belahan jiwanya itu menolaknya.
“Aku akan menjauhinya. Aku akan
menjauhi Zhai, jika itu bisa membuatmu tenang!” Jerit Yesung.
Lambat laun jeritan penolakan itu
tak terdengar lagi. Hyun Hoon mulai tenang, terbukti dari nafasnya yang mulai
teratur dan berhenti meronta seperti tadi.
“Jangan bergurau!”
“Untuk apa dilanjutkan, jika aku
hanya menyakiti dirimu!”
Lagi – lagi Yesung lebih
mementingkan perasaan kembarannya itu dibanding perasaannya sendiri.
“Jangan Egois seperti ini. kau juga
harus memikirkan perasaan kekasihmu.”
“Aku tidak peduli! Bukahkah kita
sudah lebih dulu egois?? Bukankah kita hanya butuh satu sama lain?? aku tidak
butuh yang lain! Percuma jika aku butuh yang lain, tapi kau…kau terluka karena
aku!” Teriakan Yesung cukup membuatnya terdiam. Membuatnya bungkam menutup
rapat bibirnya.
Ia sadar, akan tiba saat dimana
Yesung dan dirinya akan berjalan berlawanan arah. Saling mencari arah dan jalan
yang berbeda, menuju kehidupan yang berbeda.
Ia sadar, akan tiba saat dimana ia
harus membelokan langkahnya untuk berjalan menjauh dari Yesung.
Ia tak mungkin terus menerus memilih
warna yang serupa, makanan dan barang – barang yang sama. Ia tak mungkin terus
menggantungkan hidupnya pada Yesung.
Akan ada saat dimana ia harus bisa
menentukan sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri.
Akan ada saat dimana Yesung pun
harus menentukan pilihan yang baik untuk dirinya sendiri.
Dan saat yang disebutkan itu adalah
sekarang, sekaranglah saatnya…
“Jangan lakukan itu.”
Hyun Hoon berucap lirih. Perlahan
Yesung menjauhkan tubuhnya dari Hyun Hoon, menatap gadis cantik yang kini terisak
pilu dihadapannya.
“Kita harus berhenti. Bagaimana pun
kau berhak mencari kebahagiaanmu dan aku tidak ingin egois lagi.”
Ucapan Hyun Hoon membuat Yesung
lemah. Hyun Hoon secara tak sadar menolaknya dan memerintahnya untuk pergi.
Bukankah mereka kembar? Bukankah
saudara kembar itu satu jiwa? lantas jika mereka egois, lantas jika mereka
ingin memiliki satu sama lain apakah itu suatu hal yang salah?
“Mengapa kau berbicara seperti itu?
apakah aku tidak boleh egois? Selama ini kita terus bersikap demikian bukan?
Aku tidak peduli dengan orang lain, aku hanya peduli padamu! mengapa sekarang
kau menyuruhku untuk berhenti, mengapa kau memaksa aku untuk berubah?”
Yesung menangis, Kristal bening itu
tak kuasa ia tahan lagi. Pemuda tampan itu kini menundukan wajahnya. Hati Hyun
Hoon seperti teriris saat melihat kembarannya, belahan jiwanya itu menangis.
“Aku tidak akan pernah bahagia jika
terpisah darimu. Aku tidak akan pernah sampai ketujuan dan akan tersesat jika terpisah
darimu.”
Hyun Hoon terdiam. Ia mengusap
lembut Kristal bening yang menggenang dan jatuh dipelupuk mata Yesung.
“Kau tahu mengapa aku tidak akan
pernah bahagia jika terpisah darimu?” Hyun Hoon menggeleng lembut.
“Karena kita adalah satu. Kau adalah
aku, dan aku adalah kau. Kita dua raga satu jiwa, dan kitapun hanya memiliki
satu hati. Hati yang telah terpatri kuat didalam diri kita masing – masing.”
Ucap Yesung tegas.
“bagaimana dengan…”
Yesung membersihkan sisa kristal
bening diwajahnya. Sesaat kemudian pemuda tampan itu tersenyum tulus dan
kembali mendekap tubuh Hyun Hoon erat.
“Aku memang menyukai Zhai. Tapi…”
Ucapan Yesung terputus.
“Tapi?”
“Tapi aku lebih menyukai dirimu. Aku
lebih menyukai kembaranku, aku lebih rela kehilangan seribu gadis yang
mencintaiku dibandingkan harus kehilangan dirimu, kehilangan hatiku, belahan
jiwaku.”
***
Ini bukanlah cinta…tapi ini lebih
dari sekedar cinta…
Cinta ini tumbuh alami seiring
berjalannya waktu…
Cinta ini tumbuh alami seiring kami
tumbuh menjadi dewasa bersama…
Yesung menghampiri Hyun Hoon yang
tengah duduk menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon. Kini keduanya kembali
bersama, seperti yang seharusnya biasa mereka lakukan.
“Bagaimana? Apa Zhai mau
melepaskanmu?” Yesung mengangguk.
“Lalu bagaimana sekarang?” Tanya
Hyun Hoon.
“Sekarang? kau ingin aku melakukan
apa?” Yesung menatap Hyun Hoon lembut. Membuat gadis cantik itu terdiam.
“Entahlah…” Ucapnya dengan
mengangkat kedua bahunya.
“Akan aku lakukan apa yang seharusnya
aku lakukan dari dulu padamu.”
“Maksudmu?”
Yesung mendekatkan wajahnya, menarik
kerah seragam sekolah Hyun Hoon lembut. Menyatukan bibirnya dengan bibir cherry
milik Hyun Hoon. Hanya sebatas itu, sebatas menyalurkan perasaan anehnya pada
saudara kembarnya, bukan ciuman dengan nafsu yang menggebu. Ini hanya sekedar
bukti jika Hyun Hoon lah yang diinginkan Yesung, bukan Zhai ataupun gadis
lainnya.
“Aku hanya menginginkanmu, bukan
yang lain. aku tidak butuh siapapun didunia ini. aku hanya butuh dirimu yang
selalu ada bersama dan menemaniku…saranghae”
_FIN_
Kya…FF
gaje lagi…lalaalallalala*nari hula hula bareng Yesung XD. FF macam apa ini??
*kamera Zoom In Zoom Out. Bodo amat ah..yang penting ide dalam otak saya
tersalurkan, maaf sedikit ngelantur alurnya :D *ngakak setan. Dan maaf membuat
mata readers jadi katarak setelah membaca FF yang membuat ngantuk ini -__-
*poorauthor ._. yeorobun?? *Oy….Review yuk, masih banyak typo tuh…kekekkekekeke
*deepbow
No comments:
Post a Comment