Wednesday, July 24, 2013

FF Series "Dear, My Beloved Bestfriend"_SaShi story line [Part 4]




Tittle : “ Dear, My Beloved Bestfriend – Part 4“

Author : Sagari Lee & Shippa Kim (SaShi)

Main Cast
·         Super Junior’s Yesung a.k.a Kim Jong Woon
·         Super Junior’s Eunhyuk a.k.a Lee Hyuk Jae
·         Sagari Nilamsari a.k.a Park Ji Joon
·         Shippa Kim a.k.a Jung Hyun Hoon

Genre : Romance / Friendship / AU

Length : Series

Rate : General

Poster FF : YeHyun Edited (menggunakan Yesung, Eunhyuk dan Song Ah Ri (ulzzang) serta Do Hwe Ji (ulzzang) sebagai visualisi Ji Joon dan Hyun Hoon)

Disclaimer : Story milik SaShi! YeHyuk milik Tuhan YME, tapi Jong Woon dan Hyuk Jae milik kami (SaShi) *lol. Ide ini murni kolaborasi dari otak kami berdua, iseng – iseng buat FF kolaborasi dan alhasil jadi FF ini. semoga layak untuk dibaca dan jika terdapat kesamaan alur, nama dan lain – lain ini murni bukan unsur kesengajaan. Don’t Like don’t Read! Hargai karya seseorang jika ingin dihargai pula ^^



``Enjoy for reading``




[Preview]


            “Tidak cukupkah kau membuatku merasa bersalah, Joonie-ya! Aku sahabatmu, bahkan tidak tau apapun tentangmu? Dan kini kau akan kembali menyembunyikannya dariku?” seru Hyuk Jae terdengar putus asa. Namja itu kemudian melonggarkan pegangannya pada tangan Ji Joon dan tertunduk. Dia kembali mengangkat kepalanya sedikit menengadah menatap Ji Joon saat dirasakannya tangan halus membelai puncak kepalanya. Tangan Ji Joon berada disana menyibak rambut didahinya dan menemukan bekas luka yang didapatnya semasa sekolah menengah dulu.

            “Kau ingat luka ini?” tanya Ji Joon menyusuri bekas luka didahi Hyuk Jae yang sekarang hanya menyerupai garis.

            “Ne, waeyo?”




 
***



            “Semenjak melihatmu terjatuh dari balkon lantai 2 kamarmu didepan mataku beberapa tahun lalu, saat itulah aku mulai merasakan ketakutan yang berlebihan saat aku berada di tempat yang tinggi“ Ji Joon masih menelusurkan jarinya malas dibekas luka Hyuk Jae.

            “Kau? Bagaimana bisa? Jadi selama ini?”

            “Jae-ya.. Gwaenchanha. Aku sudah membaik, semuanya sudah lebih baik sekarang. Aku memang harus menghadapinya bukan?”

            “Namsan tower, atap kampus, dan yang lain.. Ka.. Kau menahannya?” ujar Hyuk Jae tergagap, berusaha mempercayai ucapan yeoja manis itu.

            “Ne, aku sering menghilang dari sisi kalian bukan?” Yeoja itu sekarang kembali terkekeh, senyumnya baru disadari Hyuk Jae sangat manis dan membuat rasa khawatirnya pada yeoja itu sedikit berkurang.

            Pikiran Hyuk Jae menerawang membawanya kembali ke masa lalunya. Baru disadarinya dari kedua sahabatnya yang lain, Ji Joon-lah yang selalu ada disisinya. Membantunya, memperhatikannya dan selalu memaafkannya apapun kesalahannya. Dia kini ingat dengan baik, bagaimana khawatirnya Ji Joon saat dia terjatuh dari balkon kamarnya dan mendapat beberapa jahitan didahinya. Terus saja yeoja itu merasa sangat bersalah karena saat itu dialah yang sedang bermain dengannya. Bukan bermain, lebih tepatnya marah dan mengejar Hyuk Jae membabibuta karena Hyuk Jae mengambil buku hariannya dan berpura-pura membacanya. Sampai tanpa sadar, Ji Joon menyudutkan HyukJae dan entah apa yang terjadi dia melihat dengan matanya sendiri Hyuk Jae terjatuh.

            “Aku tidak membaca buku harianmu, aku hanya menggodamu” ucap Hyuk Jae tiba-tiba.

            “Eoh? Buku harian apa?”

            “Saat aku terjatuh hari itu” Hyuk Jae berlutut dan menangkupkan kedua telapak tangannya pada sisi wajah Ji Joon dan menatapnya dalam membuat yeoja itu gelisah.

            “Itu bukan salahmu, berhentilah merasa bersalah. Aku satu-satunya yang harus merasa bersalah padamu, aku membuatmu menderita selama ini harus menahan rasa takutmu sendiri. Berjanjilah padaku, arrachi!” Hyuk Jae melepaskan tangkupannya dan mengangkat dagu Ji Joon agar memandangnya.

            “Aku berharap kau membacanya, Jae-ya” bisik Ji Joon dalam hati, matanya lekat menatap namja yang dicintainya itu kemudian mengangguk.

            “Arraseo.. Aku tidak akan takut lagi, selama kau bersamaku Jae-ya. Ah, kau juga harus berjanji padaku.”

            “Emm? Apa?”

            “Berjanjilah padaku kau tidak akan mengatakan hal ini pada Hoonie dan Jong Woon.”kata Ji Joon dengan nada memerintah. Hyuk Jae terkekeh geli, eye smilenya kembali nampak. Hal yang dirindukan Ji Joon akhir-akhir ini.

            “Ne, aku berjanji. Sekarang apa yang akan kita lakukan? pasti Jong Woon dan Hyun Hoon sangat senang karena kita tidak mengganggu kencan mereka”

            Menghabiskan hari bersama namja ini, Lee Hyuk Jae bukanlah sesuatu yang buruk. Tentu saja tidak, inilah hal yang diinginkan Ji Joon. Hyuk Jae hanya menjadi miliknya dan hanya mencurahkan perhatiannya padanya. Egois? Ya tentu saja. Terkadang sisi lain dari dirinya memaksa untuk bersikap egois.

            “Jae-ya.. Temani aku naik bianglala besar itu ne?” Pinta Ji Joon mengejutkan Hyuk Jae.

            “Kau serius?” tanya Hyuk Jae tidak percaya karena notabenenya Bianglala itu sangat sangat tinggi. Kita bahkan bisa melihat seluruh kota saat berada dipuncaknya.

            “Emm.. Asal kau ada disampingku, itu akan baik-baik saja bukan?” ujar Ji Joon tidak begitu yakin.

            Hyuk Jae berdiri kemudian mengulurkan tangannya pada Ji Joon.

            “Kajja, aku akan berada disampingmu.” Ji Joon tersenyum menerima uluran tangan Hyuk Jae.

            Ji Joon menggenggam tangan Hyuk Jae erat ketika akhirnya mereka berada di dalam Bianglala itu. Menautkannya dalam sela-sela jarinya, tubuhnya terasa semakin memanas. Selain karena adrenalinnya yang berpacu melawan rasa takutnya, Hyuk Jae berada sangat dekat dengannya, menjaganya adalah hal yang selalu diharapkannya.

            “Kau takut?” Hyuk Jae memutar tubuh Ji Joon kearahnya, wajahnya tampak khawatir. Ji Joon mengangguk pelan. Apa yang ditanyakan namja itu benar, dia sangat takut. Dia berusaha menahan tubuhnya agar tidak menggigil, lututnya terasa lemas. Hampir saja tubuhnya ambruk tepat saat Hyuk Jae menariknya kedalam pelukannya dan menguncinya disana.

            “Pejamkan matamu, semua akan baik-baik saja. Aku ada disampingmu, bersamamu. Ini tidak akan lama, sebentar lagi akan berakhir. Bertahanlah” bisik Hyuk Jae ditelinganya.

            Ji Joon memejamkan matanya mengikuti apa yang diucapkan Hyuk Jae, melupakan rasa takutnya dan hanya merasakan setiap detak jantung Hyuk Jae dan deru nafasnya. Menghirup wangi tubuhnya dan menikmati setiap detik berada dipelukan namja itu.

            Hyuk Jae merasakan hal aneh dalam tubuhnya, jantungnya seakan berpacu melebihi kewajaran. Nafasnya terasa sesak, dan ada hal mengelitik dalam perut dan dadanya saat Ji Joon berada dalam dekapannya. Yeoja itu setinggi dagunya, sangat pas dengan tingginya. Dengan mudah Hyuk Jae bisa menghirup wangi segar lavender dari rambut Ji Joon. Bisa merasakan hangat suhu tubuh yeoja itu. Berkali-kali dia memeluk yeoja itu, namun kali ini berbeda. Ada rasa berbeda yang mencuat disana. Ingin rasanya membuat Bianglala itu berhenti bergerak dan menahannya disana sedikit lebih lama.

            Rasa sesal menyelusup dihatinya saat Bianglala itu telah menyelesaikan putarannya dan benar-benar berhenti.

            “Joonie-ya.. Sudah berakhir, kau berhasil melewatinya.” ujar Hyuk Jae menepuk bahu Ji Joon pelan. Ji Joon mengangkat wajahnya dari dada Hyuk Jae dan tersenyum malu. Keduanya melangkah keluar bersamaan.

            “Maafkan aku, ternyata aku tidak sekuat itu”

            “Bukan awal yang buruk Joonie-ya. Aku hanya heran kenapa kau memilih Bianglala? Itu terlalu tinggi untuk pemula” Hyuk Jae kembali menautkan jemarinya ke dalam sela-sela jari Ji Joon.

            “Emm.. molla” Ji Joon menggelengkan kepala, namun sebenarnya ada hal besar yang disembunyikannya. Jika dia bisa, dia ingin meneriakkannya pada Hyuk Jae.

            “Karena aku tahu sebuah mitos bahwa, bila kau melewati satu putaran Bianglala bersama  orang yang kau cintai maka cintamu akan abadi bersamanya. Karena hal itu Jae-ya, karena aku ingin bersamamu. Karena aku ingin cintaku abadi bersamamu, aku bodohkan? Iya.. Karena aku terlalu mencintaimu” teriak Ji Joon dalam hati. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, hanya matanya lekat memandang Hyuk Jae.

            “Waeyo? Kau masih pusing? Mengapa memandangku seperti itu?”

            “Anniya, kajja. Pasti Hoonie dan Jong Woon sudah menunggu kita”


***



            Hyun Hoon dan JongWoon tersenyum, saat keduanya tanpa sengaja melihat keduanya sahabatnya begitu dekat manakala mereka menaiki bianglala bersama – sama.

            Hyun Hoon menatap wajah tampan kekasihnya itu lekat, memerhatikan sepasang kelopak mata indah Jong Woon tanpa berkedip sedikitpun. Ia bisa merasakan apa yang Ji Joon rasakan sekarang, perasaan Ji Joon pada Hyuk Jae sama besar seperti yang dirasakannya pada Jong Woon, namja yang selalu bersamanya dan melindunginya selama ini.

            Jong Woon membelai lembut rambut indah Hyun Hoon yang hanya dibiarkan tergerai itu, dan membuat kesadarannya kembali.

            “Sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Jong Woon lembut, suara baritonnya yang terdengar husky itu menggelitik indera pendengarannya.

            “Hanya memikirkan sesuatu yang mungkin sedang dirasakan oleh Ji Joon,” Ujarnya membuat Jong Woon menyipitkan matanya.

            “Mwoya?” Jong Woon menautkan lengannya melingkar lembut dilekukan leher Hyun Hoon, membuat gadis itu memundurkan jaraknya namun berhasil dikunci oleh satu lengan Jong Woon pada Pinggang rampingnya.

            “Ya… Apa yang kau lakukan, Woonie. Apa kau tidak malu, eoh? orang – orang tengah memerhatikan kita,” Bisik Hyun Hoon dengan wajahnya yang bersemu merah.

            “Memangnya apa peduliku dengan orang – orang yang melihat kita, eoh? Ayolah sayangku, mereka semua tahu jika kita sepasang kekasih,” Ucap Jong Woon dengan nada menggoda, dan membuat Hyun Hoon berdecak kesal lalu mendaratkan satu pukulan kecil dikepala Jong Woon.

            “Ya! Appo!” Pekik Jong Woon mengelus kepalanya.

            “Hukuman untukmu pabbo, dan itu juga hukuman untuk malam itu.”

            Hyun Hoon melangkahkan kakinya, yeoja itu kembali menoleh lalu menjulurkan lidahnya dan membuat Jong Woon begitu gemas dan mengejarnya tanpa ampun.

            Seperti kembali kemasa kanak – kanak, Jong Woon dan Hyun Hoon, sepasang muda – mudi itu begitu menikmati kebersamaan yang tinggal menghitung hari. Tepat tanggal 6 Mei mendatang, Jong Woon akan pergi selama 2 tahun untuk melanjutkan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. Negara yang memberinya beasiswa, dan memberikan kesempatan pada kekasihnya itu untuk lebih mengasah kemampuannya.

            “Dapat, kau tidak bisa lari Jung Hyun Hoon-ssi” Jong Woon berhasil meraih tubuh kekasihnya dan memeluk tubuh Hyun Hoon begitu erat.

            “…..” Tak ada ucapan dari keduanya, Jong Woon dan Hyun Hoon hanya terdiam dan hanya desahan nafas yang saling bersahutan yang terdengar sekarang.

            Hyun Hoon mengusap lembut tangan Jong Woon yang memeluknya begitu erat, yeoja cantik itu memejamkan kelopak mata almondnya. Tanpa sadar, Hyun Hoon menangis dalam diam, tidak ada isakan yang terdengar seperti biasa dari bibirnya. Tetapi, Jong Woon dapat merasakan jika punggung tangannya basah, basah oleh airmata Hyun Hoon. Jong Woon semakin mempererat pelukannya dan menelungkupkan wajahnya pada lekukan leher Hyun Hoon.

            “Uljimma.”

            Hanya itu yang ia ucapkan. Jong Woon membalikan tubuh Hyun Hoon dan menatap wajah kekasihnya itu begitu lekat. Ia memperdekat jarak wajahnya pada wajah Hyun Hoon, perlahan bibir kissablenya berhasil menyapu lembut bibir tipis Hyun Hoon, mengecap sekilas lalu melepaskan kecupannya. 

            “Itu hukuman untukmu, aku tidak akan segan – segan memberikan hukuman itu setiap hari jika kau seperti ini lagi, Arrachi!” Hyun Hoon terkekeh, lalu mengusap buliran bening yang membasahi pipinya.

            “Kemarilah, dan peluklah namja tampanmu ini sepuas yang kau mau, chagi” Ujar Jong Woon merentangkan tangannya.

            “2 tahun hanya sebentar, chagi. Ini untuk masa depan kita berdua bukan? Aku berjanji, akan secepatnya menyelesaikan semua urusanku disana dan ketika aku pulang nanti kau harus berjanji satu hal padaku…” Jong Woon menghentikan kalimatnya, membuat yeoja cantiknya itu mengernyitkan satu alisnya.

            “Mwonde?” Tanya Hyun Hoon dengan rasa penasarannya.

            “Kau harus berjanji satu hal padaku, jika kau hanya akan menikah denganku. Aku tidak akan membiarkan namja manapun merebutmu dariku, dan ingat satu hal Jung Hyun Hoon-ssi, jika selama aku pergi kau berani macam – macam, maka tak ada ampun bagimu!!” Ancaman Jong Woon membuat Hyun Hoon mencubit sepasang pipi chubby milik kekasihnya itu.

            “Arra, Jong Woon-ssi. Aku hanya akan memakai marga Kim untuk nama anak – anakku kelak” Jong Woon terkekeh lembut saat mendengar ucapan polos itu keluar dari bibir kekasihnya.

            “Ya... Berhenti mempertontonkan kemesraan kalian didepan kami??” Ucap Hyuk Jae dan Ji Joon kompak. Keduanya muncul bersamaan tanpa diketahui Hyun Hoon dan Jong Woon.

            “Salah kalian, mengapa tidak melakukan hal yang sama seperti kami, eoh?” Kali ini Jong Woon dan Hyun Hoon menjulurkan lidah mereka kompak pada Hyuk Jae dan Ji Joon. membuat kedua sahabatnya itu secara bersamaan mengejar mereka secara bergantian.


***



            Hyuk Jae mendorong jendela Ji Joon membukanya sedikit  memberikan akses udara segar untuk memasuki ruangan itu. Angin semilir menggerakkan tirai jendela  Ji Joon bergerak bergelombang.

            Hyuk Jae kembali duduk ditepi tempat tidur Ji Joon menatap yeoja khawatir. Hyun Hoon beberapa waktu lalu meneleponnya, memintanya menjaga Ji Joon selama dia pergi ke kampus untuk menyelesaikan pekerjaannya. Wajah yeoja itu nampak pucat dan sedikit sayu, berbeda dari biasanya. Biasanya yeoja itu akan selalu tampak ceria, pipinya memerah dan senyum sangat sering terpampang diwajah bulatnya. Kalaupun tidak pout atau cemberut yang kadang ditampakkannya saat dia marah atau digoda masih terasa lebih bernyawa dan menyenangkan dibandingkan melihatnya tergeletak lemah seperti sekarang ini. Semenjak kecil, Ji Joon memang memiliki pencernaan yang lemah. Saat tubuhnya kelelahan atau terlalu banyak memikirkan sesuatu, pasti kondisi tubuhnya akan lemah seperti sekarang ini.

            "Apa yang kau pikirkan eoh, anak ayam cerewet? Aku sangat benci melihatmu sakit seperti ini" Hyuk Jae membelai lembut helaian anak rambut Ji Joon yang jatuh didahinya.

            Hyuk Jae kembali memfokuskan pandangannya pada Ji Joon yang masih tertidur lelap nafasnya teratur seakan sangat menikmati tidurnya. Bibirnya juga tidak semerah biasanya, dan juga tidak mengucapkan kata-kata keras yang ternyata sangat dirindukannya. Diraihnya kembali handuk kecil yang mulai mengering karena suhu tubuh yeoja itu masih sedikit tinggi. Hyuk Jae membasahi handuk itu lagi dengan air hangat dan kembali meletakkannya didahi Ji Joon dengan hati-hati untuk mengompresnya.

            “Saranghae..” bisik Ji Joon membuat Hyuk Jae menjatuhkan komik yang sedang dibacanya.
           
            “Kau mengigau eoh? Siapa yang kau cintai emm? Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentangmu. Bagaimana aku bisa menyebut diriku sebagai sahabatmu.. Jinjja…” Hyuk Jae membenarkan letak selimut JiJoon dan kembali meneruskan kegiatan membacanya.

            “Nan saranghaeyo Jae-ya..” ujar Ji Joon perlahan.

            Tubuh Hyuk Jae menegang, perlahan menyingkirkan komik yang menghalangi pandangannya pada Ji Joon yang masih terbaring. Yeoja itu membuka mata dan menatap Hyuk Jae dengan mata bulatnya.

            “Eoh, ka.. kau sudah bangun Joonie-ya? Kau baru saja mengigau, apa suhu tubuhmu masih begitu tinggi?” ujar Hyuk Jae gugup, kembali memeriksa dahi Ji Joon. Hyuk Jae menoleh kaget saat tangan yeoja itu menguncinya disana.

            “Anniya, Jae-ya. Aku benar-benar menyayangimu, aku harus mengatakannya. Aku tidak lagi mau menyembunyiannya, aku lelah…”

            “Mworago?” Ji Joon menghela nafasnya dalam.

            “Saranghae nae chingu Lee Hyuk Jae.” lanjutnya.

            “Ini lucukan? Aku tidak pernah bermaksud mencintaimu dalam arti berbeda, hanya perasaan ini datang tanpa bisa kukendalikan.”

            Hyuk Jae menggeleng mendengar apa yang diucapkan yeoja itu.

            “Anniyo, aku tidak mengatakan ini lucu. Sejak kapan?”

            “Haruskah aku mengatakannya?” Hyuk Jae mengangkat bahunya, namun mengancam dengan mengerutkan alis tebalnya.

            “Sejak kau melindungiku dari yeoja–yeoja disekolah yang menyukaimu, saat mereka menyakitiku dan Hoonie karena mereka berpikir aku dan Hoonie menempel mengikutimu dan Jong Woon kemana saja.”

            “Bukankah itu benar?” Hyuk Jae tertawa lebar.

            “Yaa.. Uhukk” Ji Joon terbatuk, berusaha menarik nafasnya panjang untuk menahan sesuatu yang mengisi kerongkongannya siap untuk keluar.

            “Hoek..” Ji Joon serentak bangun dari tidurnya dan menutupkan telapak tangan kemulutnya. Hyuk Jae terlihat kaget dan segera menyodorkan kedua tangannya pada JiJoon.

            “Cha.. keluarkan disini.”

            Ji Joon menggeleng keras, menolak tawaran Hyuk Jae. Wajahnya kembali pucat dan keringat dingin mengalir didahinya. Ji Joon berusaha menopang dirinya dan turun dari tempat tidur. Namun kakinya ternyata tidak sekuat itu hampir saja dia terjatuh tepat saat Hyuk Jae menyambarnya. Kemudian tanpa persetujuan Ji Joon membawanya ke kamar mandi.

            “Kha… jebal aku tidak mau kau melihatku seperti ini” ujar Ji Joon berusaha keras menahan mual diperutnya. Hyuk Jae mengalah dan berdiri didepan pintu kamar mandi Ji Joon. Sangat jelas terdengar yeoja itu memuntahkan semua isi diperutnya.

            Hyuk Jae kembali melangkah masuk dan melihat yeoja itu terduduk lemas didepan kloset, wajahnya benar-benar pucat. Ditepuk-tepuknya bahu Ji Joon perlahan.

            “Kha..”

            “Diamlah!” ujar Hyuk Jae tidak peduli pada penolakan Ji Joon. Beberapa saat kemudian Hyuk Jae membaringkan Ji Joon kembali ditempat tidurnya dan memberikannya segelas air.

            “Apa kau mau minum lagi?” Ji Joon menggeleng lemas.

            “Kha.. aku baik-baik saja. Aku akan merepotkanmu dan ini menjijikkan”

            “Mengapa kau terus saja menyuruhku pergi eoh? Cha.. tidurlah aku akan menjagamu, berhentilah mengatakan hal-hal bodoh. Aku tidak akan meninggalkan orang yang mencintaiku dalam keadaan seperti ini” Hyuk Jae menggenggam jemari Ji Joon dan menepuknya perlahan.

            “Cepatlah sembuh Joonie-ya, aku akan menjawab pengakuanmu saat kau sembuh, arra?”



***


            “Apa JiJoon sudah tidur, Jae?” Hyuk Jae hanya mengangguk, namja tampan itu kemudian duduk disamping Hyun Hoon. ia hanya terdiam, berbeda dari Hyuk Jae yang biasanya, sesekali HyukJae hanya menghela nafasnya yang terasa sangat berat, seolah beban berat tengah dialaminya saat ini.

            Hyun Hoon mengusap bahu Hyuk Jae lembut, membuat namja tampan itu menoleh pada kedua sahabatnya itu. Ia memang tak bisa menutupi apapun dari Hyun Hoon dan Jong Woon, perasaan Hyun Hoon yang begitu peka membuat Hyuk Jae tak pernah berhasil menyembunyikan gundah dihatinya.

            “Apakah sesuatu yang buruk terjadi hari ini?” Tanya Hyun Hoon dan Hyuk Jae hanya mengangguk.

            “Apa ini ada hubungannya dengan Ji Joon?” Lagi – lagi Hyuk Jae mengangguk.

            “Gadis bodoh itu mengungkapkan perasaannya padaku…” Hyuk Jae hanya terkekeh, sesaat kemudian raut wajahnya berubah suram.

            “Lalu, bagaimana dengan perasaanmu padanya?” 

            “Aku berjanji akan menjawabnya setelah Ji Joon pulih nanti.”

            Hyuk Jae meraih secangkir gelas berisi air dingin dihadapannya, namja tampan itu menenggak habis secangkir air dingin itu tanpa sisa sedikitpun.

            “Apa kau mencintainya, Jae-ya?” Hyuk Jae memerhatikan kedua sahabatnya itu secara bergantian.

            “Apa yang bisa kalian lihat? apakah jika aku mengatakan aku tidak mencintainya, kalian akan percaya?” Hyun Hoon dan Jong Woon hanya menggeleng.

            “Aku melihat ada cinta diantara kalian, dari perhatian yang kau tunjukan untuk Ji Joon dan dari caramu menatap JiJoon seperti tadi,” Hyun Hoon terkekeh, yeoja cantik itu menyandarkan kepalanya dibahu Jong Woon.

            “Aku memang mencintai Ji Joon. Aku juga baru saja menyadarinya, keundae nan…”



[TBC]



Jeder…jeder…jeder….
Demi apa ini FF uda TBC aja…kekekek *ditimpukberjamaah XD
Kenapa sama Hyuk Jae tuh? Katanya dia cinta sama Ji Joon, tapi kok ada tapinya…hayo…penasaran gak?
Yang penasaran kajja angkat tangannya tinggi tinggi…mau lanjutannya gak?
Yang mau lanjutannya tunggu di DMBB part 5 ya?
Saya dan Sagari mau pamit dulu ah…takut dilempar bom atau granat…hahahaha
Seperti biasa setelah membaca tentu gak afdol donk kalo belum komentar, kasih kritik dan sarannya gitu…hehehehhe
RCL…RCL woy jangan lupa, annyeong :*
*kecupbasah

2 comments:

  1. Keren eon :D saeng suka persahabatan mereka^^ jangan jangan hyuk mau ngomong dia masih suka hyun hoon?*plakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. kekekekkeek....makasih uda mau mampir saeng :*
      hyuk mau bilang apa ya? mmm...ditunggu aja ya part 5 nya :D

      Delete