Tittle : “ Dear, My Beloved Bestfriend –
Part 4“
Author : Sagari Lee & Shippa Kim
(SaShi)
Main Cast
·
Super Junior’s Yesung a.k.a Kim Jong
Woon
·
Super Junior’s Eunhyuk a.k.a Lee Hyuk
Jae
·
Sagari Nilamsari a.k.a Park Ji Joon
·
Shippa Kim a.k.a Jung Hyun Hoon
Genre : Romance / Friendship / AU
Length : Series
Rate : General
Poster FF : YeHyun Edited (menggunakan
Yesung, Eunhyuk dan Song Ah Ri (ulzzang) serta Do Hwe Ji (ulzzang) sebagai
visualisi Ji Joon dan Hyun Hoon)
Disclaimer : Story milik SaShi! YeHyuk milik
Tuhan YME, tapi Jong Woon dan Hyuk Jae milik kami (SaShi) *lol. Ide ini murni
kolaborasi dari otak kami berdua, iseng – iseng buat FF kolaborasi dan alhasil
jadi FF ini. semoga layak untuk dibaca dan jika terdapat kesamaan alur, nama
dan lain – lain ini murni bukan unsur kesengajaan. Don’t Like don’t Read!
Hargai karya seseorang jika ingin dihargai pula ^^
``Enjoy
for reading``
[Preview]
“Tidak cukupkah kau
membuatku merasa bersalah, Joonie-ya! Aku sahabatmu, bahkan tidak tau apapun
tentangmu? Dan kini kau akan kembali menyembunyikannya dariku?” seru Hyuk Jae
terdengar putus asa. Namja itu kemudian melonggarkan pegangannya pada tangan Ji
Joon dan tertunduk. Dia kembali mengangkat kepalanya sedikit menengadah menatap
Ji Joon saat dirasakannya tangan halus membelai puncak kepalanya. Tangan Ji
Joon berada disana menyibak rambut didahinya dan menemukan bekas luka yang
didapatnya semasa sekolah menengah dulu.
“Kau ingat luka ini?”
tanya Ji Joon menyusuri bekas luka didahi Hyuk Jae yang sekarang hanya
menyerupai garis.
“Ne, waeyo?”
***
“Semenjak melihatmu terjatuh dari
balkon lantai 2 kamarmu didepan mataku beberapa tahun lalu, saat itulah aku
mulai merasakan ketakutan yang berlebihan saat aku berada di tempat yang
tinggi“ Ji Joon masih menelusurkan jarinya malas dibekas luka Hyuk Jae.
“Kau? Bagaimana bisa? Jadi selama
ini?”
“Jae-ya.. Gwaenchanha. Aku sudah
membaik, semuanya sudah lebih baik sekarang. Aku memang harus menghadapinya bukan?”
“Namsan tower, atap kampus, dan yang
lain.. Ka.. Kau menahannya?” ujar Hyuk Jae tergagap, berusaha mempercayai
ucapan yeoja manis itu.
“Ne, aku sering menghilang dari sisi
kalian bukan?” Yeoja itu sekarang kembali terkekeh, senyumnya baru disadari
Hyuk Jae sangat manis dan membuat rasa khawatirnya pada yeoja itu sedikit
berkurang.
Pikiran Hyuk Jae menerawang
membawanya kembali ke masa lalunya. Baru disadarinya dari kedua sahabatnya yang
lain, Ji Joon-lah yang selalu ada disisinya. Membantunya, memperhatikannya dan
selalu memaafkannya apapun kesalahannya. Dia kini ingat dengan baik, bagaimana
khawatirnya Ji Joon saat dia terjatuh dari balkon kamarnya dan mendapat
beberapa jahitan didahinya. Terus saja yeoja itu merasa sangat bersalah karena
saat itu dialah yang sedang bermain dengannya. Bukan bermain, lebih tepatnya
marah dan mengejar Hyuk Jae membabibuta karena Hyuk Jae mengambil buku
hariannya dan berpura-pura membacanya. Sampai tanpa sadar, Ji Joon menyudutkan
HyukJae dan entah apa yang terjadi dia melihat dengan matanya sendiri Hyuk Jae
terjatuh.
“Aku tidak membaca buku harianmu,
aku hanya menggodamu” ucap Hyuk Jae tiba-tiba.
“Eoh? Buku harian apa?”
“Saat aku terjatuh hari itu” Hyuk Jae
berlutut dan menangkupkan kedua telapak tangannya pada sisi wajah Ji Joon dan
menatapnya dalam membuat yeoja itu gelisah.
“Itu bukan salahmu, berhentilah
merasa bersalah. Aku satu-satunya yang harus merasa bersalah padamu, aku
membuatmu menderita selama ini harus menahan rasa takutmu sendiri. Berjanjilah
padaku, arrachi!” Hyuk Jae melepaskan tangkupannya dan mengangkat dagu Ji Joon
agar memandangnya.
“Aku berharap kau membacanya,
Jae-ya” bisik Ji Joon dalam hati, matanya lekat menatap namja yang dicintainya
itu kemudian mengangguk.
“Arraseo.. Aku tidak akan takut
lagi, selama kau bersamaku Jae-ya. Ah, kau juga harus berjanji padaku.”
“Emm? Apa?”
“Berjanjilah padaku kau tidak akan
mengatakan hal ini pada Hoonie dan Jong Woon.”kata Ji Joon dengan nada
memerintah. Hyuk Jae terkekeh geli, eye smilenya kembali nampak. Hal yang
dirindukan Ji Joon akhir-akhir ini.
“Ne, aku berjanji. Sekarang apa yang
akan kita lakukan? pasti Jong Woon dan Hyun Hoon sangat senang karena kita
tidak mengganggu kencan mereka”
Menghabiskan hari bersama namja ini,
Lee Hyuk Jae bukanlah sesuatu yang buruk. Tentu saja tidak, inilah hal yang
diinginkan Ji Joon. Hyuk Jae hanya menjadi miliknya dan hanya mencurahkan
perhatiannya padanya. Egois? Ya tentu saja. Terkadang sisi lain dari dirinya
memaksa untuk bersikap egois.
“Jae-ya.. Temani aku naik bianglala
besar itu ne?” Pinta Ji Joon mengejutkan Hyuk Jae.
“Kau serius?” tanya Hyuk Jae tidak
percaya karena notabenenya Bianglala itu sangat sangat tinggi. Kita bahkan bisa
melihat seluruh kota saat berada dipuncaknya.
“Emm.. Asal kau ada disampingku, itu
akan baik-baik saja bukan?” ujar Ji Joon tidak begitu yakin.
Hyuk Jae berdiri kemudian
mengulurkan tangannya pada Ji Joon.
“Kajja, aku akan berada disampingmu.”
Ji Joon tersenyum menerima uluran tangan Hyuk Jae.
Ji Joon menggenggam tangan Hyuk Jae
erat ketika akhirnya mereka berada di dalam Bianglala itu. Menautkannya dalam
sela-sela jarinya, tubuhnya terasa semakin memanas. Selain karena adrenalinnya
yang berpacu melawan rasa takutnya, Hyuk Jae berada sangat dekat dengannya,
menjaganya adalah hal yang selalu diharapkannya.
“Kau takut?” Hyuk Jae memutar tubuh
Ji Joon kearahnya, wajahnya tampak khawatir. Ji Joon mengangguk pelan. Apa yang
ditanyakan namja itu benar, dia sangat takut. Dia berusaha menahan tubuhnya
agar tidak menggigil, lututnya terasa lemas. Hampir saja tubuhnya ambruk tepat
saat Hyuk Jae menariknya kedalam pelukannya dan menguncinya disana.
“Pejamkan matamu, semua akan
baik-baik saja. Aku ada disampingmu, bersamamu. Ini tidak akan lama, sebentar
lagi akan berakhir. Bertahanlah” bisik Hyuk Jae ditelinganya.
Ji Joon memejamkan matanya mengikuti
apa yang diucapkan Hyuk Jae, melupakan rasa takutnya dan hanya merasakan setiap
detak jantung Hyuk Jae dan deru nafasnya. Menghirup wangi tubuhnya dan
menikmati setiap detik berada dipelukan namja itu.
Hyuk Jae merasakan hal aneh dalam
tubuhnya, jantungnya seakan berpacu melebihi kewajaran. Nafasnya terasa sesak,
dan ada hal mengelitik dalam perut dan dadanya saat Ji Joon berada dalam
dekapannya. Yeoja itu setinggi dagunya, sangat pas dengan tingginya. Dengan
mudah Hyuk Jae bisa menghirup wangi segar lavender dari rambut Ji Joon. Bisa
merasakan hangat suhu tubuh yeoja itu. Berkali-kali dia memeluk yeoja itu,
namun kali ini berbeda. Ada rasa berbeda yang mencuat disana. Ingin rasanya
membuat Bianglala itu berhenti bergerak dan menahannya disana sedikit lebih
lama.
Rasa sesal menyelusup dihatinya saat
Bianglala itu telah menyelesaikan putarannya dan benar-benar berhenti.
“Joonie-ya.. Sudah berakhir, kau
berhasil melewatinya.” ujar Hyuk Jae menepuk bahu Ji Joon pelan. Ji Joon
mengangkat wajahnya dari dada Hyuk Jae dan tersenyum malu. Keduanya melangkah
keluar bersamaan.
“Maafkan aku, ternyata aku tidak
sekuat itu”
“Bukan awal yang buruk Joonie-ya.
Aku hanya heran kenapa kau memilih Bianglala? Itu terlalu tinggi untuk pemula”
Hyuk Jae kembali menautkan jemarinya ke dalam sela-sela jari Ji Joon.
“Emm.. molla” Ji Joon menggelengkan
kepala, namun sebenarnya ada hal besar yang disembunyikannya. Jika dia bisa,
dia ingin meneriakkannya pada Hyuk Jae.
“Karena aku tahu sebuah mitos bahwa,
bila kau melewati satu putaran Bianglala bersama orang yang kau cintai maka cintamu akan abadi
bersamanya. Karena hal itu Jae-ya, karena aku ingin bersamamu. Karena aku ingin
cintaku abadi bersamamu, aku bodohkan? Iya.. Karena aku terlalu mencintaimu”
teriak Ji Joon dalam hati. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, hanya
matanya lekat memandang Hyuk Jae.
“Waeyo? Kau masih pusing? Mengapa
memandangku seperti itu?”
“Anniya, kajja. Pasti Hoonie dan
Jong Woon sudah menunggu kita”
***
Hyun Hoon dan JongWoon tersenyum,
saat keduanya tanpa sengaja melihat keduanya sahabatnya begitu dekat manakala
mereka menaiki bianglala bersama – sama.
Hyun Hoon menatap wajah tampan
kekasihnya itu lekat, memerhatikan sepasang kelopak mata indah Jong Woon tanpa
berkedip sedikitpun. Ia bisa merasakan apa yang Ji Joon rasakan sekarang,
perasaan Ji Joon pada Hyuk Jae sama besar seperti yang dirasakannya pada Jong Woon,
namja yang selalu bersamanya dan melindunginya selama ini.
Jong Woon membelai lembut rambut
indah Hyun Hoon yang hanya dibiarkan tergerai itu, dan membuat kesadarannya
kembali.
“Sedang memikirkan sesuatu?” Tanya
Jong Woon lembut, suara baritonnya yang terdengar husky itu menggelitik indera
pendengarannya.
“Hanya memikirkan sesuatu yang
mungkin sedang dirasakan oleh Ji Joon,” Ujarnya membuat Jong Woon menyipitkan
matanya.
“Mwoya?” Jong Woon menautkan
lengannya melingkar lembut dilekukan leher Hyun Hoon, membuat gadis itu
memundurkan jaraknya namun berhasil dikunci oleh satu lengan Jong Woon pada
Pinggang rampingnya.
“Ya… Apa yang kau lakukan, Woonie.
Apa kau tidak malu, eoh? orang – orang tengah memerhatikan kita,” Bisik Hyun
Hoon dengan wajahnya yang bersemu merah.
“Memangnya apa peduliku dengan orang
– orang yang melihat kita, eoh? Ayolah sayangku, mereka semua tahu jika kita
sepasang kekasih,” Ucap Jong Woon dengan nada menggoda, dan membuat Hyun Hoon
berdecak kesal lalu mendaratkan satu pukulan kecil dikepala Jong Woon.
“Ya! Appo!” Pekik Jong Woon mengelus
kepalanya.
“Hukuman untukmu pabbo, dan itu juga
hukuman untuk malam itu.”
Hyun Hoon melangkahkan kakinya,
yeoja itu kembali menoleh lalu menjulurkan lidahnya dan membuat Jong Woon
begitu gemas dan mengejarnya tanpa ampun.
Seperti kembali kemasa kanak – kanak, Jong Woon dan Hyun Hoon, sepasang muda – mudi itu begitu menikmati kebersamaan yang tinggal menghitung hari. Tepat tanggal 6 Mei mendatang, Jong Woon akan pergi selama 2 tahun untuk melanjutkan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. Negara yang memberinya beasiswa, dan memberikan kesempatan pada kekasihnya itu untuk lebih mengasah kemampuannya.
“Dapat, kau tidak bisa lari Jung Hyun
Hoon-ssi” Jong Woon berhasil meraih tubuh kekasihnya dan memeluk tubuh Hyun
Hoon begitu erat.
“…..” Tak ada ucapan dari keduanya,
Jong Woon dan Hyun Hoon hanya terdiam dan hanya desahan nafas yang saling
bersahutan yang terdengar sekarang.
Hyun Hoon mengusap lembut tangan
Jong Woon yang memeluknya begitu erat, yeoja cantik itu memejamkan kelopak mata
almondnya. Tanpa sadar, Hyun Hoon menangis dalam diam, tidak ada isakan yang
terdengar seperti biasa dari bibirnya. Tetapi, Jong Woon dapat merasakan jika
punggung tangannya basah, basah oleh airmata Hyun Hoon. Jong Woon semakin
mempererat pelukannya dan menelungkupkan wajahnya pada lekukan leher Hyun Hoon.
“Uljimma.”
Hanya itu yang ia ucapkan. Jong Woon
membalikan tubuh Hyun Hoon dan menatap wajah kekasihnya itu begitu lekat. Ia
memperdekat jarak wajahnya pada wajah Hyun Hoon, perlahan bibir kissablenya
berhasil menyapu lembut bibir tipis Hyun Hoon, mengecap sekilas lalu melepaskan
kecupannya.
“Itu hukuman untukmu, aku tidak akan
segan – segan memberikan hukuman itu setiap hari jika kau seperti ini lagi,
Arrachi!” Hyun Hoon terkekeh, lalu mengusap buliran bening yang membasahi
pipinya.
“Kemarilah, dan peluklah namja
tampanmu ini sepuas yang kau mau, chagi” Ujar Jong Woon merentangkan tangannya.
“2 tahun hanya sebentar, chagi. Ini
untuk masa depan kita berdua bukan? Aku berjanji, akan secepatnya menyelesaikan
semua urusanku disana dan ketika aku pulang nanti kau harus berjanji satu hal
padaku…” Jong Woon menghentikan kalimatnya, membuat yeoja cantiknya itu
mengernyitkan satu alisnya.
“Mwonde?” Tanya Hyun Hoon dengan
rasa penasarannya.
“Kau harus berjanji satu hal padaku,
jika kau hanya akan menikah denganku. Aku tidak akan membiarkan namja manapun
merebutmu dariku, dan ingat satu hal Jung Hyun Hoon-ssi, jika selama aku pergi
kau berani macam – macam, maka tak ada ampun bagimu!!” Ancaman Jong Woon
membuat Hyun Hoon mencubit sepasang pipi chubby milik kekasihnya itu.
“Arra, Jong Woon-ssi. Aku hanya akan
memakai marga Kim untuk nama anak – anakku kelak” Jong Woon terkekeh lembut
saat mendengar ucapan polos itu keluar dari bibir kekasihnya.
“Ya... Berhenti mempertontonkan
kemesraan kalian didepan kami??” Ucap Hyuk Jae dan Ji Joon kompak. Keduanya
muncul bersamaan tanpa diketahui Hyun Hoon dan Jong Woon.
“Salah kalian, mengapa tidak
melakukan hal yang sama seperti kami, eoh?” Kali ini Jong Woon dan Hyun Hoon
menjulurkan lidah mereka kompak pada Hyuk Jae dan Ji Joon. membuat kedua
sahabatnya itu secara bersamaan mengejar mereka secara bergantian.
***
Hyuk Jae mendorong jendela Ji Joon
membukanya sedikit memberikan akses
udara segar untuk memasuki ruangan itu. Angin semilir menggerakkan tirai
jendela Ji Joon bergerak bergelombang.
Hyuk Jae kembali duduk ditepi tempat
tidur Ji Joon menatap yeoja khawatir. Hyun Hoon beberapa waktu lalu
meneleponnya, memintanya menjaga Ji Joon selama dia pergi ke kampus untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Wajah yeoja itu nampak pucat dan sedikit sayu,
berbeda dari biasanya. Biasanya yeoja itu akan selalu tampak ceria, pipinya
memerah dan senyum sangat sering terpampang diwajah bulatnya. Kalaupun tidak
pout atau cemberut yang kadang ditampakkannya saat dia marah atau digoda masih
terasa lebih bernyawa dan menyenangkan dibandingkan melihatnya tergeletak lemah
seperti sekarang ini. Semenjak kecil, Ji Joon memang memiliki pencernaan yang
lemah. Saat tubuhnya kelelahan atau terlalu banyak memikirkan sesuatu, pasti
kondisi tubuhnya akan lemah seperti sekarang ini.
"Apa
yang kau pikirkan eoh, anak ayam cerewet? Aku sangat benci melihatmu sakit
seperti ini" Hyuk Jae membelai lembut helaian anak rambut Ji Joon yang
jatuh didahinya.
Hyuk Jae
kembali memfokuskan pandangannya pada Ji Joon yang masih tertidur lelap
nafasnya teratur seakan sangat menikmati tidurnya. Bibirnya juga tidak semerah
biasanya, dan juga tidak mengucapkan kata-kata keras yang ternyata sangat
dirindukannya. Diraihnya kembali handuk kecil yang mulai mengering karena suhu
tubuh yeoja itu masih sedikit tinggi. Hyuk Jae membasahi handuk itu lagi dengan
air hangat dan kembali meletakkannya didahi Ji Joon dengan hati-hati untuk
mengompresnya.
“Saranghae..”
bisik Ji Joon membuat Hyuk Jae menjatuhkan komik yang sedang dibacanya.
“Kau
mengigau eoh? Siapa yang kau cintai emm? Aku benar-benar tidak tahu apa-apa
tentangmu. Bagaimana aku bisa menyebut diriku sebagai sahabatmu.. Jinjja…” Hyuk
Jae membenarkan letak selimut JiJoon dan kembali meneruskan kegiatan
membacanya.
“Nan
saranghaeyo Jae-ya..” ujar Ji Joon perlahan.
Tubuh
Hyuk Jae menegang, perlahan menyingkirkan komik yang menghalangi pandangannya
pada Ji Joon yang masih terbaring. Yeoja itu membuka mata dan menatap Hyuk Jae
dengan mata bulatnya.
“Eoh,
ka.. kau sudah bangun Joonie-ya? Kau baru saja mengigau, apa suhu tubuhmu masih
begitu tinggi?” ujar Hyuk Jae gugup, kembali memeriksa dahi Ji Joon. Hyuk Jae
menoleh kaget saat tangan yeoja itu menguncinya disana.
“Anniya,
Jae-ya. Aku benar-benar menyayangimu, aku harus mengatakannya. Aku tidak lagi
mau menyembunyiannya, aku lelah…”
“Mworago?”
Ji Joon menghela nafasnya dalam.
“Saranghae
nae chingu Lee Hyuk Jae.” lanjutnya.
“Ini
lucukan? Aku tidak pernah bermaksud mencintaimu dalam arti berbeda, hanya
perasaan ini datang tanpa bisa kukendalikan.”
Hyuk Jae
menggeleng mendengar apa yang diucapkan yeoja itu.
“Anniyo,
aku tidak mengatakan ini lucu. Sejak kapan?”
“Haruskah
aku mengatakannya?” Hyuk Jae mengangkat bahunya, namun mengancam dengan
mengerutkan alis tebalnya.
“Sejak
kau melindungiku dari yeoja–yeoja disekolah yang menyukaimu, saat mereka
menyakitiku dan Hoonie karena mereka berpikir aku dan Hoonie menempel
mengikutimu dan Jong Woon kemana saja.”
“Bukankah
itu benar?” Hyuk Jae tertawa lebar.
“Yaa..
Uhukk” Ji Joon terbatuk, berusaha menarik nafasnya panjang untuk menahan
sesuatu yang mengisi kerongkongannya siap untuk keluar.
“Hoek..”
Ji Joon serentak bangun dari tidurnya dan menutupkan telapak tangan kemulutnya.
Hyuk Jae terlihat kaget dan segera menyodorkan kedua tangannya pada JiJoon.
“Cha..
keluarkan disini.”
Ji Joon
menggeleng keras, menolak tawaran Hyuk Jae. Wajahnya kembali pucat dan keringat
dingin mengalir didahinya. Ji Joon berusaha menopang dirinya dan turun dari
tempat tidur. Namun kakinya ternyata tidak sekuat itu hampir saja dia terjatuh
tepat saat Hyuk Jae menyambarnya. Kemudian tanpa persetujuan Ji Joon membawanya
ke kamar mandi.
“Kha…
jebal aku tidak mau kau melihatku seperti ini” ujar Ji Joon berusaha keras
menahan mual diperutnya. Hyuk Jae mengalah dan berdiri didepan pintu kamar
mandi Ji Joon. Sangat jelas terdengar yeoja itu memuntahkan semua isi
diperutnya.
Hyuk Jae
kembali melangkah masuk dan melihat yeoja itu terduduk lemas didepan kloset,
wajahnya benar-benar pucat. Ditepuk-tepuknya bahu Ji Joon perlahan.
“Kha..”
“Diamlah!”
ujar Hyuk Jae tidak peduli pada penolakan Ji Joon. Beberapa saat kemudian Hyuk Jae
membaringkan Ji Joon kembali ditempat tidurnya dan memberikannya segelas air.
“Apa
kau mau minum lagi?” Ji Joon menggeleng lemas.
“Kha..
aku baik-baik saja. Aku akan merepotkanmu dan ini menjijikkan”
“Mengapa
kau terus saja menyuruhku pergi eoh? Cha.. tidurlah aku akan menjagamu,
berhentilah mengatakan hal-hal bodoh. Aku tidak akan meninggalkan orang yang
mencintaiku dalam keadaan seperti ini” Hyuk Jae menggenggam jemari Ji Joon dan
menepuknya perlahan.
“Cepatlah
sembuh Joonie-ya, aku akan menjawab pengakuanmu saat kau sembuh, arra?”
***
“Apa JiJoon sudah tidur, Jae?” Hyuk Jae
hanya mengangguk, namja tampan itu kemudian duduk disamping Hyun Hoon. ia hanya
terdiam, berbeda dari Hyuk Jae yang biasanya, sesekali HyukJae hanya menghela
nafasnya yang terasa sangat berat, seolah beban berat tengah dialaminya saat
ini.
Hyun Hoon mengusap bahu Hyuk Jae
lembut, membuat namja tampan itu menoleh pada kedua sahabatnya itu. Ia memang
tak bisa menutupi apapun dari Hyun Hoon dan Jong Woon, perasaan Hyun Hoon yang
begitu peka membuat Hyuk Jae tak pernah berhasil menyembunyikan gundah
dihatinya.
“Apakah sesuatu yang buruk terjadi
hari ini?” Tanya Hyun Hoon dan Hyuk Jae hanya mengangguk.
“Apa ini ada hubungannya dengan Ji Joon?”
Lagi – lagi Hyuk Jae mengangguk.
“Gadis bodoh itu mengungkapkan
perasaannya padaku…” Hyuk Jae hanya terkekeh, sesaat kemudian raut wajahnya berubah suram.
“Lalu, bagaimana dengan perasaanmu
padanya?”
“Aku berjanji akan menjawabnya
setelah Ji Joon pulih nanti.”
Hyuk Jae meraih secangkir gelas
berisi air dingin dihadapannya, namja tampan itu menenggak habis secangkir air
dingin itu tanpa sisa sedikitpun.
“Apa kau mencintainya, Jae-ya?” Hyuk Jae memerhatikan kedua sahabatnya
itu secara bergantian.
“Apa yang bisa kalian lihat? apakah
jika aku mengatakan aku tidak mencintainya, kalian akan percaya?” Hyun Hoon dan
Jong Woon hanya menggeleng.
“Aku melihat ada cinta diantara
kalian, dari perhatian yang kau tunjukan untuk Ji Joon dan dari caramu menatap
JiJoon seperti tadi,” Hyun Hoon terkekeh, yeoja cantik itu menyandarkan
kepalanya dibahu Jong Woon.
“Aku memang mencintai Ji Joon. Aku juga baru saja menyadarinya, keundae
nan…”
[TBC]
Jeder…jeder…jeder….
Demi
apa ini FF uda TBC aja…kekekek *ditimpukberjamaah XD
Kenapa
sama Hyuk Jae tuh? Katanya dia cinta sama Ji Joon, tapi kok ada
tapinya…hayo…penasaran gak?
Yang
penasaran kajja angkat tangannya tinggi tinggi…mau lanjutannya gak?
Yang
mau lanjutannya tunggu di DMBB part 5 ya?
Saya
dan Sagari mau pamit dulu ah…takut dilempar bom atau granat…hahahaha
Seperti
biasa setelah membaca tentu gak afdol donk kalo belum komentar, kasih kritik
dan sarannya gitu…hehehehhe
RCL…RCL
woy jangan lupa, annyeong :*
*kecupbasah
Keren eon :D saeng suka persahabatan mereka^^ jangan jangan hyuk mau ngomong dia masih suka hyun hoon?*plakk
ReplyDeletekekekekkeek....makasih uda mau mampir saeng :*
Deletehyuk mau bilang apa ya? mmm...ditunggu aja ya part 5 nya :D