Monday, September 1, 2014

One Shoot [Be Back to You] By. Mrs Lee




Title                : Be Back to You
Author           : Mrs. Lee 
Cast                 : Lee Hyuk Jae
                          Park Ji Joon (OC)
                          Kim Jong Woon
                         Jung HyunHoon (OC)
Genre             : AU, Little bit Sad.
Rated              : PG-15
Length            : Oneshoot

Disclaimer      : All cast IN this story is mine. The idea, plot and setting are purely came from my brain and my imagination :D
Don't copy paste, hate plagiat be creative, don't like don't read. Thanks for my best editor ever Shippa Kim :*
Thanks to all the reader and if you don’t mine please give me your review about this FanFict. Deep Bow ^^ 

STORY BEGIN

Sepi, satu kata yang tepat untuk kuucapkan saat ini. Aku tidak pernah tahu jika kehilanganmu akan memberiku perasaan sepi yang serasa mencekikku. Sekarang kau tidak lagi disampingku, aku tidak bisa lagi melihatmu tetapi dihatiku tempatmu selalu sama pernah berubah. Tidak bisakah kau mendengar hatiku berteriak memintamu kembali? Aku merindukanmu disetiap saat aku membuka mataku.  – Ji Joon, Hyuk Jae-

Seorang gadis tampak memeluk bantal pisang, berusaha menyembunyikan wajah dibaliknya. Punggungnya berguncang naik dan turun sesekali suara isakan yang ditahan terdengar tanpa lolos. Hari keenam sejak kepergian kekasihnya ke luar negeri untuk bekerja. Memang bukan pertama kalinya Ji Joon-nama gadis-berpisah. Thailand, China, Singapore, Amerika, bahkan South Amerika sangat sering bepergian keluar negeri mengingat pekerjaannya sebagai seorang chief di sebuah perusahaan.
 Namun pada kepergiannya kali ini sedikit berbeda, ada hal kecil yang menyebabkan keduanya bertengkar cukup hebat.
“Monyet bodoh, aku merindukanmu,” desis Ji Joon lirih dalam isak tangisnya.

Sementara itu Hyuk Jae, namjachingu Ji Joon juga sedikit kesulitan memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan yang sedang dilakukannya. Pikirannya tentu juga terbagi pada Ji Joon, ada rasa bersalah yang menelusup dalam dirinya. Memang dia sedikit keterlaluan dan bersikap kekanakan. Namun yeoja itu kadang membuatnya
jengkel dengan sikap keras kepalanya. Keduanya sama-sama keras kepala dan memutuskan untuk tidak saling menghubungi beberapa hari belakangan ini.

FLASHBACK
***
Ji Joon tertidur lelap sebuah kamar yang didominasi oleh warna nude lembut sementara itu tepat disebelahnya seorang namja tengah sibuk mengetikkan sesuatu pada laptop yang berada didepannya, dan sesekali tangannya sibuk membolak-balik beberapa dokumen yang berserak disampingnya. Sesaat kemudian yeoja itu menggeliat dan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya diruangan itu sebelum akhirnya membuka matanya.

Sedikit bingung karena nyawanya belum terkumpul sempurna dan keberadaan seorang namja yang masih sibuk bekerja. Yeoja itu bangun tergesa ketika sadar dia tidak berada dikamar pribadinya. Ji Joon bangun menyingkapkan sebagian selimut tebal yang menutupi tubuhnya dan menumpukan tubuh pada sebelah tangannya. Sesaat dia sangat yakin untuk kesekian kali dia kembali tertidur saat menemani Hyuk Jae, namjachingu-nya mengerjakan pekerjaan kantornya.

“Aissh.. aku tertidur lagi!” keluhnya kesal pada dirinya sendiri. Ji Joon kemudian mengulurkan sebelah tangannya mencari smartphone berwarna putihnya. Dia menggeleng heran kearah namjanya yang masih sibuk bekerja padahal sudah lewat tengah malam lebih tepatnya pukul 1 malam.

 “Oppa! Kenapa Oppa tidak membangunkanku eoh?” serunya panik dengan suara parau karena baru saja terjaga dari tidur lelapnya.

Hyuk Jae tertawa mendengar ucapan yeojachingunya. Baginya tidak ada yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja dengan ditemani seorang malaikat cantik yang menampilkan wajah polosnya saat tertidur.

“Issh... mengapa tertawa? Apa lucu melihatku tidur sementara kau sibuk? Aissshhh.. memalukan”

“Ne, aku merasa senang bekerja dengan sesekali melihat wajah polosmu saat kau tertidur.”

“Yakk.. Oppa. Itu tidak lucu. Kali ini apalagi yang harus kukatakan pada Eommanim eoh? Aku malu!” Ji Joon menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
Hyuk Jae akhirnya mengalihkan pandangannya pada yeoja disampingnya dan menarik lembut selimut yang menutupi wajah kekasihnya itu.

Waeyo? Kenapa kau malu chagi? Eomma pasti sudah sangat paham kalau kau tidak akan tahan menungguiku bekerja dan selalu tertidur. Bukankah itu hal bisa melihatmu tertidur eoh?” Ujar Hyuk Jae menggoda Ji Joon. Yeoja itu kembali menarik selimut menutupi wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Yak! gemanhae Oppa-ya! Berhenti menggodaku”

Hyuk Jae hanya tertawa renyah mengacak rambut Ji Joon dan kembali melanjutkan kegiatannya. Memang bukan hal yang aneh melihat Hyuk Jae mengerjakan hal yang menurut Ji Joon sama sekali tidak menarik. Kumpulan angka, diagram, table dan perencanaan bisnis memang bukan hal yang disukai yeoja penyuka warna biru itu. Hanya saja hal yang sering membuatnya marah adalah Hyuk Jae seringkali bekerja tanpa peduli pada waktu dan keadaan tubuhnya.

Oppa, kau belum berencana tidur em?” Tanyanya manja menghadapkan tubuhnya ke arah namja disampingnya itu.


“Em.. Masih ada beberapa hal yang harus kukerjakan.” Jawabnya singkat, tanpa mengalihkan pandangannya. Ya selalu seperti itu, Lee Hyuk Jae akan selalu fokus pada pekerjaannya dan sangat sering mengabaikan hal-hal yang terjadi disekelilingnya saat fokusnya sudah tersita pada pekerjaannya.

“Istirahatlah, aku tahu Oppa lelah.” Ji Joon bangun dari tidurnya dan memposisikan dirinya duduk mencondongkan tubuhnya berusaha melihat apa yang dikerjakan Hyuk Jae.

“Ne, aku akan tidur sebentar lagi. Tidurlah.. dulu chagi,” ucapnya lembut pada Ji Joon.

Oppa..!” panggil Ji Joon dengan nada tegas.

Hyuk Jae menoleh menatap Ji Joon dan dapat ditebak yeoja itu menampakkan wajah tidak senang. Ji Joon tidak pernah suka Hyuk Jae bekerja terlalu keras, jika dia bisa menambahkan waktu dalam sehari tanpa ragu Hyuk Jae pasti akan meminta tambahan jam. Baginya 24jam tidak pernah cukup untuk kegemarannya mencoba hal baru dan mengembangkan usahanya.

“Waeyo, chagi-ya?” Hyuk Jae mendekatkan dirinya pada Ji Joon dan membelai pipi lembut yeojachingunya itu.

“Tidur sekarang juga, selalu saja bekerja tanpa tahu waktu. Sampai kapan kau mau menyiksa dirimu sendiri eoh?”

Hyuk Jae menghela nafasnya, meyakinkan yeoja yang sama keras kepalanya dengan dirinya sendiri itu cukup sulit.

Ne, chagi-ya. Aku akan tidur aku hanya perlu menyelesaikan beberapa bagian.”

Geure, kalau Oppa tidak beristirahat sekarang aku akan pulang sekarang juga.” Ji Joon melemparkan selimutnya dan beranjak bangun dari tempat tidur Hyuk Jae. Cepat-cepat dicari handbag miliknya dan berbalik bersiap pergi.
Hyuk Jae kini menyambar pergelangan tangan Ji Joon cepat. Benar, yeoja itu sangat keras kepala dan sering melakukan hal-hal yang membuatnya sakit kepala.

“Ya! Yeoja macam apa yang berada dijalanan tengah malam seperti ini eoh?”

Hyuk Jae menarik lembut tangan Ji Joon membuat yeoja mungil itu kembali duduk di tepian tempat tidurnya. Hyuk Jae bangun dan membereskan kertas-kertas yang berserakan diatas tempat tidurnya, memasukkannya kedalam tas kerjanya menyimpan semua file di laptopnya lalu mematikannya.
Ji Joon hanya diam memperhatikan semua hal yang dilakukan Hyuk Jae.

“Tidurlah chagi, aku juga akan tidur. Aku berjanji..” perintah Hyuk Jae sebelum namja itu menghilang ke dalam kamar mandi. Ji Joon sudah meringkuk dibalik selimutnya saat dirasakan tempat tidur Hyuk Jae bergerak, seseorang naik dan berbaring disampingnya. Ji Joon kembali terbangun dan menyalakan lampu disebelahnya, pipinya memerah saat melihat Hyuk Jae berbaring disampingnnya.
Memang dia sering menginap dirumah Hyuk Jae dan beberapa kali dia tanpa sadar tidur bersama namja itu tapi itu terjadi saat dia tertidur dan tanpa sepengetahuannya Hyuk Jae tidur disampingnya juga.

Oppa, apa yang kau lakukan disini?” ucapnya gugup.

Wae? Seperti perintahmu , aku akan tidur”

Anni, maksudku mengapa kau tidur disini eoh?”

Chagi-ya, kau lupa ini kamarku?”

Kha, pergilah ke kamar lain. Aku tidak ingin eommanim berpikiran buruk”

Eomma tidak akan berpikiran buruk, kita sudah sering seperti ini dan tidak ada yang terjadi bukan. Ataukah sekarang kau yang berpikiran buruk chagi?”

Hyuk Jae masih menikmati keasyikannya menggoda Ji Joon. Dia masih bersikeras mempertahankan kewenangannya atas tempat tidur king size-nya, menarik selimut tebalnya dan berpura-pura tidur membelakangi Ji Joon.

“Bugh” Ji Joon menendang punggung Hyuk Jae dan membuat namja itu terlempar, jatuh dari tempat tidurnya. Sementara Ji Joon terkejut dengan kekuatan tendangan kakinya sendiri. Dia tidak mengira akan mampu menjatuhkan kekasihnya dengan mudah.

“Yak.. chagi!” Hyuk Jae merangkak bangun mengusap pantatnya yang terasa sakit menghantam lantai marmer kamarnya.

Kha, pergilah Oppa. Sampai bertemu besok pagi” Ji Joon meleparkan bantal Hyuk Jae tepat kearah namja berkulit putih susu itu dan kembali menghilang dibalik selimut tebal Hyuk Jae. “Jangan berani menyelinap, arra? Aku akan menendangmu lebih keras” gumam Ji Joon menambahkan.

Hyuk Jae masih berdiri tidak percaya, dan lagi dia dikalahkan oleh yeojachingu-nya. Dia masih berdiri disana selama beberapa saat berharap Ji Joon akan berbalik dan berubah pikiran. Namja itu akhirnya menyerah, dia berjalan memutari tempat tidurnya menuju sisi dimana Ji Joon tertidur dan mengecup sekilas pipi Ji Joon.

Fine, kau menang kali ini anak ayam. Lain kali aku tidak akan membiarkanmu menang. Ganti bajumu, kenakan apapun yang ada didalam lemariku. Sepertinya sangat tidak nyaman harus tidur dengan pakaian seperti itu Joonie-chagi. Jaljayoo

Hyuk Jae mematikan lampu dan berjalan pasrah membawa bantalnya keluar dari kamarnya menuju kamar tamu di lantai 1 rumahnya. Sangat tidak mungkin untuk menginterupsi kamar nyaman noona-nya. Hal sama akan dialaminya jika dia nekat menggangu tidur sang Noona.
Mulut Hyuk Jae tidak henti-hentinya bergumam kesal, namun jauh didalam hatinya ada sedikit rasa lega disana. Dia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jika dia nekat berada disana sementara dia dan Ji Joon tidak tertidur.

***
Joonie-ya aku menunggumu dibawah. Cepat !” Ketik Hyuk Jae pada layar smartphonenya, dia mengirimkan pesan tersebut untuk Ji Joon. Hyuk Jae sudah tidak sabar lagi menunggunya, sudah hampir setengah jam Hyuk Jae menunggu Ji Joon didepan kantor yeoja itu. Namun belum ada tanda-tanda yeoja itu keluar dari kantor jadi Hyuk Jae terpaksa mengirimkan pesan itu padahal dia berencana memberi yeoja itu kejutan.

Hyuk Jae datang untuk menjemput Ji Joon saat dia memiliki waktu luang, dia menyukai saat-saat Ji Joon terkejut kemudian tersenyum senang saat dia menjemputnya tanpa memberitahukan apapun sebelumnya pada yeoja itu.
Tidak sabar menunggu balasan dari kekasihnya setelah berdiri disana selama 10 menit setelah mengirimkan pesan, Hyuk Jae bergegas masuk kedalam sebuah lift yang pintunya nyaris tertutup menuju ruangan kerja Ji Joon di lantai 5 gedung itu. Hyuk Jae mengetuk sekilas dan membukanya tanpa menunggu seseorang mempersilahkannya masuk.

Bukan tanpa alasan Hyuk Jae melakukan hal itu, kantor tempat Ji Joon bekerja adalah kantor milik saudara sepupunya Kim Jong Woon, seorang namja work-holic sama sepertinya. Mungkin darah Work-holic memeng sudah mengalir dalam darah keluarga mereka. Selain itu Ji Joon juga kekasihnya jadi dia sudah terbiasa datang ke kantor yeoja itu kapan-pun.

Hyuk Jae membuka pintu ruangan kantor Ji Joon dan melangkah masuk, sedikit terkejut dengan keberadaan beberapa orang yang tidak diharapkannya berada disana saat itu namun Hyuk Jae tetap berjalan dengan percaya diri melintasi ruangan yeojachingunya itu. 4 orang berada disana duduk saling berhadapan, Ji Joon kekasihnya sedang menyesap sesuatu dari cangkirnya dari aroma yang tercium sejak dia masuk keruangan itu dia sangat yakin itu adalah coffee. Hyun Hoon – rekan kerja Ji Joon sekaligus sahabat baik Ji Joon, Kim Jong Woon saudara sepupunya yang notabenenya juga merupakan kekasih Hyun Hoon dan Se Na anak buah Ji Joon. Keempat orang disana serempak memandang kearah Hyuk Jae.

Ji Joon hampir tersedak coffee yang sedang disesapnya melihat Hyuk Jae tiba-tiba berada disana.
“Apa yang kau lakukan disini Oppa?” Ji Joon masih berusaha mengembalikan kesadarannya yang melayang entah kemana setiap kali Hyuk Jae memandangnya. Namja tampan itu hanya tersenyum sekilas pada semua orang diruangan itu, memamerkan gummy smile-nya tanpa sedikitpun sadar apa yang dilakukannya bisa membuat Ji Joon kesulitan bernafas mendadak seperti seseorang telah merampas pasokan oksigennya.

Seandainya itu pantas dilakukan Ji Joon akan segara melepas pump-shoe berwarna merahnya dan melemparkan benda itu tepat ke kepala namja bernama –Lee Hyuk Jae itu. Agar dia segera berhenti menebar pesonanya seperti itu. Ji Joon sendiri heran apakah ia tahu akibat apa yang bisa ditimbulkannya. Melihat para wanita menatap Hyuk Jae dengan tatapan terpesona dan sangat ingin memakannya itu sangat menyebalkan, hal yang membuatnya makin menyebebalkan adalah Ji Joon sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Hyuk Jae selalu bisa membuat pipinya memerah seperti seorang pelajar yang ketahuan menyukai kakak kelasnya.

“Oh, kau datang Jae-ya?” JongWoon menepuk punggung Hyuk Jae dengan sebelah tangannya saat Hyuk Jae membuka kancing jasnya lalu duduk disebelahnya.

Ne, Hyung. Apa kalian sedang mengadakan rapat?” Hyuk Jae tersenyum merasa bersalah memandang satu persatu orang diruangan itu.

Anniya, kami hanya ngobrol, Oppa.” Hyun Hoon menyenggol Ji Joon dengan lengannya, memancing Ji Joon untuk berbicara.

“Ah, hanya ngobrol. Jadi rasanya kekhawatiranku, takut jika sesuatu terjadi pada yeojachingu-ku  karena dia tidak membalas pesanku sangat tidak beralasan bukan Nona Park Ji Joon?” tanyanya sarkastik pada Ji Joon yang duduk disebelah kanannya.

Bola mata Hyuk Jae terperangkap selama beberapa detik disana, menatap yeojanya yang terlihat sangat cantik saat itu. Ji Joon yang saat menggemari pakaian berwarna gelap hari itu mengenakan dress berwarna dasar putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna merah, biru dan kuning. Ditambah dengan blazer berwarna putih dan highheels berwarna merah, dia membiarkan rambut ikal berwarna coklat tuannya tergerai bebas membuatnya Hyuk Jae tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Ji Joon memeriksa smartphonenya seketika dan tersenyum bersalah menggoyangkan handphone-nya didepan Hyuk Jae.

Mian, Oppa. Kami terlalu asyik ngobrol tadi.” Ji Joon menepuk bahu Hyuk Jae menyesal.

“Ah, rupanya kalian terlalu asyik ngobrol tadi? Apa yang kalian bicarakan sampai mengabaikan pesanku chagi?” Secara refleks tangan Hyuk Jae terulur membelai sebelah pipi kekasihnya membuat Se Na dan Hyun Hoon serempak terbatuk.

Geunyang, beberapa hal tentang pekerjaan.” Ji Joon merasa tidak enak dengan Hyun Hoon dan Se Na yang pasti sangat iri dengannya.

“Apa masih ada hal penting yang kalian bicarakan? Aku akan membawanya pergi jika kalian tidak memerlukannya lagi.” ujarnya memandang kesetiap orang diruangan itu, tangannya menggenggam sebelah tangan Ji Joon.

Annia, bawalah dia pergi. Kami tidak membutuhkannya” Hyun Hoon meringis menahan sakit karena Ji Joon mencubitnya keras-keras.

Geure, gomapta. Kami pergi” Hyuk Jae menggandeng Ji Joon mengikutinya sedang sebelah tangannya membawa handbag Ji Joon.

Jong Woon, Hyun Hoon dan Se Na hanya tersenyum mengantar kepergian pasangan itu. IRI adalah hal yang jelas akan menghinggapi setiap orang yang melihat mereka berdua. Hyuk Jae adalah pria yang sempurna. Kaya, tampan, dan humoris dan Ji Joon seperti memang sengaja diciptakan untuknya. Bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar, sangat sering mereka bertengkar. Hanya saja pertengkaran mereka lebih tampak seperti cerita romatis bagi orang yang melihat atau mendengar ceitanya. Pertengkaran itu seperti salah satu cara mereka berdua saling mengungkapkan perasaan cintanya.

***

Oppa mau mengajakku kemana eoh?” cecarnya ceria, tentu saja Ji Joon sangat menyukai hal-hal seperti ini. Mendapatkan waktu berdua tanpa diganggu dengan pekerjaannya adalah hal yang sangat berharga.

“Emm.. kemana saja asal bersamamu chagi” Pipi Ji Joon kembali merona dengan ucapan Hyuk Jae. Namja-nya yang keras kepala itu, mempunyai sisi romantis dan lembut yang tidak terduga. Ji Joon menundukkan kepalanya, harga dirinya tidak mengijinkan Hyuk Jae tahu jika dia merona hanya dengan ucapannya itu.
Keduanya akhirnya terdampar dari keramaian kota Seoul, mereka berdua duduk menghadap Han River yang tampak lengang di malam hari. Udaranya yang segar dan pemandangannya yang indah membuat Han River menjadi tempat favorit mereka berdua mengalahkan restoran terkenal atau pub yang sangat ramai.

“Minumlah” Hyuk Jae menyodorkan coklat panas untuk Ji Joon.

Gomawo Oppa” Ji Joon tersenyum senang. “Emm mashita..” lanjutnya setelah cairan hangat itu mengalir ke kerongkongannya. Hyuk Jae mengacak rambut Ji Joon perlahan, yeoja-nya itu seperti 2 sisi mata uang. Terkadang dia menunjukkan sisi keras kepala, dingin dan pintarnya namun di lain kesempatan dia akan berubah menyerupai anak anjing yang manis dan penurut seperti sekarang ini.

“Ada hal apa?” Tanya Ji Joon memecah kesunyian.

Hyuk Jae menyeringai menyadari dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Ji Joon. “Apa? Apa aku tidak boleh mengajakmu berkencan?” Hyuk Jae kembali menyeringai kali ini sambil mengusap bagian kepalanya yang terasa sakit karena pukulan Ji Joon.

“Maksudku, mengapa tiba-tiba mengajaku ketempat ini tanpa berdebat dan memperbolehkanku memilih kemanapun kita akan pergi? Aku sudah cukup lama bersamamu Tuan Lee, ini cukup aneh. Aku yakin ada hal yang ingin kau bicarakan.” Hyuk Jae akhirnya mengalah dengan ucapan Ji Joon yang tepat sasaran. Memang ada hal yang ingin dikatakannya pada Ji Joon.

“Hahaha baiklah, aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darimu. Aku akan pergi ke luar negeri lagi.”

“Emm, where will you go?”

“Aku pergi ke Paris kali ini.” Hyuk Jae melihat tepat ke mata Ji Joon berusaha melihat reaksi yeoja itu. Datar, masih tetap datar.

“Yah, aku paham Oppa memang harus pergi ke luar negeri. Pergilah, tidak akan lama bukan?”

Chagi-ya”

“Eum..  wae?”

“Paris, aku pergi ke Paris.” ujar HyukJae tidak sabar.

Ne, aku tahu. Waeyo? Aku menganggapnya sama seperti Oppa berbisnis ke China, Jepang, atau Negara lain. Dan jangan membuatku berpikiran hal yang lain tentang kepergianmu. Arra?” Ji Joon gertak Ji Joon dengan nada yang tidak main-main.

Paris, adalah Negara yang menyimpan banyak kenangan untuk Hyuk Jae. Dia menempuh kuliahnya disana bersama seorang  yeoja yang merupakan cinta pertamanya dan ketika hubungan itu tidak bisa bertahan disana maka tempat itu meninggalkan kenangan yang buruk untuk Hyuk Jae. Selain ketakutan karena selama ini perasaannya bisa saja kembali berubah dan kenyataan cinta pertama adalah hal yang tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidupnya selalu saja mengganggunya. Bukan berarti Hyuk Jae tidak mencintai Ji Joon, hanya saja hal itu sangat sulit dihadapinya.

“Aku bisa  saja bertemu dengannya chagi” keluh Hyuk Jae. Ji Joon memandangnya heran, dengan banyak pertanyaan muncul dalam benaknya.

Oppa, gemanhae. Paris adalah kota yang besar, mungkin kalian akan secara tidak sengaja bertemu atau besar kemungkinan kau juga tidak akan bertemu dengannya.”

“Tetap saja hal itu tidak membuatku tenang. Pergilah bersamaku, em?” pinta Hyuk Jae tulus. Ji Joon pernah beberapa kali ikut bersamanya ke luar negeri, jadi Hyuk Jae berharap dia juga akan pergi bersamanya kali ini.

“Aku tidak bisa, Oppa. Kau tahu kami sedang mengerjakan project besar kali ini. Aku sudah mengambil cutiku untuk menemanimu beberapa kali.”

“Aku bisa meminta pada Jong Woon Hyung, dia pasti akan menginjinkanmu pergi. Aku akan mengurus semuanya.”

Anniya, ini project pertamaku aku tidak bisa pergi dan aku berjanji pada Eommanim dan Eonni untuk pergi bersama mereka akhir minggu ini.”

“Projectmu itu, apa lebih penting dibandingkan aku?” Hyuk Jae tersenyum sinis menanggapi ucapan Ji Joon, namja itu kemudian memalingkan kepalanya dari Ji Joon memandang Han River.

“Oppa! Ini sama sekali tidak lucu. Berhentilah bersikap kekanakan.”

“Menurutmu aku sedang melucu?”

“Aku tidak bisa pergi bersamamu bukan tanpa alasan yang jelas. Aku ingin bertanggung jawab dengan apa yang sedang kukerjakan dan aku pergi bersama keluargamu bukan dengan orang lain!” Ji Joon berusaha meredam emosinya yang mulai tidak terkendali. Udara sejuk dan angin yang mengalir lembut di tepian Han River tidak bisa mendinginkan hatinya.

“Aku hanya memintamu menemaniku chagi!

“Aku hanya memintamu mengerti,” balas Ji Joon cepat.

“PARK JI JOON!! Aku juga memintamu mengerti keadaanku saat ini”

“Aku juga memintamu mengerti keadaanku dan perasaanku. Apakah selama ini aku tidak berarti apa-apa sehingga kau sangat ketakutan akan bertemu dengan cinta pertamamu itu?”

Keduanya kembali terdiam, memandang kearah yang berlawanan. Hyuk Jae melirik kearah Ji Joon berusaha melihat ekspresinya. Ya, pria itu merasa bersalah. Hal itu membuat Ji Joon merasa tidak berarti dan membuat kencan berharganya menjadi pertengkaran.

***

FLASHBACK end

***

Ji Joon masih meringkuk ditempat tidurnya saat Hyun Hoon membuka pintu kamarnya dan duduk menggoncangkan bahunya.

“Bangunlah, aku membawa jajangmyun.” Ucapnya kemudian membuka makanan yang dibawanya. Tanpa menunggu lama, Ji Joon bangun dan bersiap menyantap makanan kesukaannya. Mata dan hidungnya masih merah menyerupai tomat.

“Apa lagi sekarang?” Tanya Hyun Hoon sedangkan tangannya sibuk mencampurkan ramyun dengan pastanya. Ji Joon dan Hyuk Jae memang sangat sering bertengkar, namun sangat jarang bertahan dalam waktu yang lama. Seperti kali ini.

“Hyuk Jae mengajakku pergi ke Paris”

“Lalu?”

“Aku tidak bisa karena pekerjaan kita dan aku harus pergi dengan Eommanim dan SoRa Eonni akhir minggu ini.”

“Hanya itu?” Ji Joon mendelikan mata bulatnya pada Hyun Hoon, dia berbicara dengan sangat mudah tanpa tahu apa yang dirasakannya.

“HANYA ITU? Dia mengajakku karena dia takut harus bertemu dengan yeoja cinta pertamanya itu!!” teriak Ji Joon memekakkan telinga Hyun Hoon, ramyun yang belum selesai dikunyahnya berhamburan.

“YA!! Itu menjijikkan Pabo Joonie! Aku bertanya karena aku benar-benar tidak tahu. Issshh!” Hyun Hoon melemparkan sumpitnya dan beranjak berdiri dengan marah.

“Kajima,, Hoonie-ya. Mianhae.” Ji Joon menarik tangan Hyun Hoon menahannya. Hyun Hoon kembali duduk di lantai kamar Ji Joon yang beralaskan karpet bulu lembut berwarna biru laut.

“Kajima, Hoonie-ya. Apa kau juga akan meninggalkanku sendiri?”

“Pabbo” Jawab Hyun Hoon kasihan, yeoja itu mulai menangis lagi. Menundukkan kepalanya menyesal.

“Uljima, ceritakan padaku em?”

“Ne, dia akan menungguku di airport dihari keberangkatannya. Dia menyiapkan semuanya tiket dan segalanya. Tapi aku memutuskan untuk tidak datang sesuai dengan apa yang kukatakan padanya malam itu. Dan sampai sekarang dia tidak juga menghubungiku. Seharusnya dia kembali ke Korea hari ini, tapi dia tidak juga menghubungiku. Aku menelepon sekertarisnya dan dia juga tidak mengangkat teleponnya.” Ji Joon kembali tersedu, memeluk Hyun Hoon.

“Kalian berdua begitu bodoh, mengapa kalian tidak mengalah eoh? Apa keuntungan kalian saling mengeraskan kepala?? Palii hubungi dia.”

Ji Joon melepaskan pelukannya terkejut dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dia tidak mau menghubungi Hyuk Jae, lagi-lagi harga dirinya tidak mengijinkannya melakukan hal itu. “Shirreo” ucapnya tegas.

“Lalu apa yang akan kau lakukan? Hanya menangis?”

“Molla” Ji Joon mengerucutkan bibirnya, Hyun Hoon menghembuskan nafasnya kasar, keadaannya benar-benar terlihat kacau, namun keduanya tidak mau mengalah.

“Tenanglah, aku yakin kalian akan baik-baik saja. Tunggulah beberapa hari, dia akan segera kembali. Aku akan meminta JongWoon Oppa mencari tahu, puas?”

“Gomawo Hoonie-ya!” Pekik Ji Joon memeluk Hyun Hoon, sedikit merasa terhibur dengan ucapan sahabatnya itu

***

Eleftherios Venizelos – International Airport

Entah apa yang dipikirkanya malam itu Hyuk Jae tiba dengan penerbangan terakhir ke Yunani. Dia sendiri juga tidak mengerti apa yang mendorongnya untuk menukar tiket  penerbangan yang seharusnya membawanya kembali ke negaranya. Sebenarnya dia tahu dia telah melakukan kesalahan, dia dan Ji Joon telah membuat sebuah janji pada awal mereka memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.

Takdir atau itu hanya sebuah kebetulan, keduanya mempunyai kesamaan beberapa Negara favorit untuk dikunjungi. Belanda, Jerman, Inggris, Prancis, Checz dan Yunani. Mereka telah berjanji untuk pergi ke Negara-negara itu bersama, kecuali mereka harus pergi untuk urusan pekerjaan. Dan kenyataannya Hyuk Jae saat ini berada disalah satu Negara itu bukan untuk urusan pekerjaan.

“Andai gadis itu tidak keras kepala, pasti akan menyenangkan pergi berdua bersamanya.” Hyuk Jae kemudian beranjak berdiri, menghembuskan nafasnya kasar dan menggengam pegangan troli kopernya dan berjalan menjauh meninggalkan airport.

Rasa bersalah kembali menyergap Hyuk Jae saat dia memasuki kamar hotel tempatnya menginap. Kamarnya menghadap langsung kearah pantai Arvanita (Nafplion, Peloponnese), angin lembut berebut masuk dari jendela besar yang terbuka lebar menggerakkan tirai tipis berwarna putih. Dari sana dia bisa melihat rumah-rumah yang bersusun rapi dan didominasi dengan warna putih sangat kontras yang berwarna biru cerah di siang hari.

Hyuk Jae berdiri tepat didepan jendela besar itu menghirup sebanyak mungkin oksigen masuk memenuhi paru-parunya. Dia menopangkan wajahnya dengan sebelah tangannya yang ditumpangkan ke tepian jendela.  Jika Ji Joon bersamanya mungkin saat ini dia akan berdiri disana juga namun dia akan berdiri disana bersama Ji Joon dan memeluknya. Menopangkan wajahnya pada lekukan leher kekasihnya bukan seperti yang dilakukan saat ini. Jika Ji Joon ada disana mungkin kamar itu tidak akan sesunyi itu, pasti yeoja itu akan terus berceloteh tentang rencana-rencana liburan mereka atau bertengkar dengannya akan terasa jauh lebih baik dari pada harus menelean kesendirian. Sendiri bukan hal yang buruk, saat hubungan mereka berdua baik-baik saja. Dia bisa menelepon kapanpun saat dia merasa rindu, bisa mengirimkan pesan hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tidur. Sekarang yang bisa dilakukannya hanya merindukan yeoja itu, sangat merindukannya. Sampai rasanya rindu itu mencekiknya dan membuatnya tidak berdaya.

Hyuk Jae meraih smartphone dalam saku celananya, dia tersenyum melihat foto yang diambilnya bersama Ji Joon beberapa waktu lalu. Mereka berpose melakukan selca dengan wajah yang sangat lucu. Ji Joon terlihat sangat menggemaskan, tidak akan ada yang percaya jika dirinya berusia 27 tahun dan kekasihnya berusia 23 tahun. Mereka berdua lebih tampak seperti anak sekolah yang baru saja mengenal cinta.

Ada banyak pesan yang masuk ke dalam handphonenya yang sengaja dimatikan sejak rencana kepulangannya. Tapi, tidak ada satupun pesan dari Ji Joon tidak juga telepon. Ya seperti Ji Joon yang dikenalnya. Keras kepala.
Tepat pada saat itu JongWoon meneleponnya. Hyuk Jae cepat menggeserkan jarinya kepermukaan smartphonenya untuk mengangkat telepon.

“Eoh, Hyung.”

“Jae-ya, eodiya?” Suara husky khas JongWoon terdengan dari microphone handphone-nya. Mungkin jika dia wanita dia juga akan seperti Hyun Hoon dan wanita-wanita lainnya yang tergila-gila pada JongWoon.

“Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku Hyung, dan aku memutuskan beristirahat sebentar disini.”

“Kau masih berada di Paris?”

“Anniya aku tidak lagi disana. Kau tahu aku tidak lagi nyaman berada disana. Setelah.. Em, aku percaya kau tahu apa yang kubicarakan.”

“Arra, apa kau bertemu dengannya di Paris?”

“Anni, aku tidak bertemu dengannya, aku sedikit lega. Aku benar-benar ingin menghapusnya dari hidupku Hyung. Andai aku bisa menghilangkan semua kenangan burukku itu.”

Geure, kau memiliki Ji Joon sekarang. Biarkan itu menjadi kenanganmu, hiduplah dengan masalalu-mu walaupun itu buruk. Tapi itu akan memberimu banyak pelajaran. Kau tidak perlu berusaha melupakannya.”

“Ne, hyung. Aku merasa bersalah pada Ji Joon. Dia pasti sangat marah sekarang ini. Ah, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku jika dia tahu aku berada disini sekarang.” Beberapa saat Hyuk Jae terdiam. “Em, ada apa menghubungiku Hyung?”

“A… anni, hanya ingin berbicara denganmu.” Jawab JongWoon tergagap. Sebenarnya JongWoon menelepon Hyuk Jae atas desakan kekasihnya – Hyun Hoon. Yeoja berkacamata itu mendesaknya untuk segera mencaritahu keberadaan Hyuk Jae, hal itu tentu dilakukannya untuk Ji Joon. JongWoon adalah tipe namja yang tidak suka mencampuri urusan orang lain, namun dia tidak bisa berkata apa-apa dengan permintaan kekasihnya dan dia juga tidak bisa melihat pegawai berharganya selalu datang ke kantor dengan wajah sembab seminggu belakangan ini.

“Emm.. Hyung” panggil Hyuk Jae membuyarkan lamunan JongWoon.

“Oh, wae Jae-ya?”

“Emm.. Apa Ji Joon baik-baik saja?” Bukan menjawab pertanyaan JongWoon malah mentertawakan pertanyaan Hyuk Jae.

“Waeyo Hyung? Aku tidak merasa pertanyaanku adalah hal yang lucu?”

“Hahahahaha.. mianhae Jae-ya. Aku hanya heran. Kalau kau begitu penasaran, kenapa kau tidak berusaha menghubunginya saja? Kalian masih saja bertingkah seperti anak kecil.”

“Hyung..!”

“Hahahaha.. cepat telepon kekasihmu. Sampai bertemu di Korea!”

Hyuk Jae melempar handphonennya ke atas tempat tidurnya kesal, Hyung-nya yang satu itu masih saja bisa menggodanya disaat yang sangat tidak tepat. Apa dia memang harus mengalah dan menghubungi Ji Joon? Atau …

“Arrrggh!!” Hyuk Jae mengacak rambutnya marah. Dia bisa memutuskan dengan cepat keputusan apa yang harus diambilnya jika itu berhubungan dengan bisinis dan pekerjaannya. Namun mengenai  Ji Joon, pikirannya selalu saja tumpul tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

***

 Hosung Building,  Sangsu-Dong, Mapo-Gu, Seoul

Hyun Hoon memeluk Ji Joon senang, mulutnya tidak henti memekik bahagia. Ya, mereka berdua tentu saja sangat bahagia. Kesempatan yang diberikan JongWoon pada mereka untuk menangani sebuah project yang cukup besar berhasil sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Dan bahkan lebih baik dari apa yang mereka rencanakan. Investor dari Jepang itu tertarik untuk melakukan investasi jangka panjang di perusahaan mereka.

Disisi lain kebahagiaan Hyun Hoon adalah dapat membuktikan pada semua orang bahwa dia memilki kemampuan, dan bukan mendapatkan posisinya sekarang karena berstatus sebagai kekasih Direktur perusahaannya – Kim JongWoon. Sedangkan bagi Ji Joon keberhasilannya ini tidak menyia-nyiakan  apa yang harus dikorbankannya. Dia memutuskan untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya dari pada pergi bersama kekasihnya. Dua hal yang sangat sulit untuk diputuskan namun pada akhirnya dia memilih pekerjaannya. Andai saja kekasihnya itu tidak bersikap keras kepala mungkin dia akan mengubah keputusannya itu.

“Ya, kenapa kau menangis?” Hyun Hoon mengusap air mata yang turun deras dipipi Ji Joon. Hyun Hoon merasa air mata yang mengalir dipipi Ji Joon itu bukan murni hanya air mata kebahagiaan.
“Joonie, waeyo?”

“Aku merasa keberhasilanku tidak berarti lagi, Hoonie-ya. Aku merindukan Hyuk Jae Oppa. Dia pasti membenciku.” Ujarnya tersedu kembali menyembunyikan wajahnya  dibahu Hyun Hoon.

“Kau sudah menghubunginya?” Ji Joon menggelengkan kepalanya.

“Aigoo, yeoja ini. Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Dasar anak ayam.” Hyun Hoon mendaratkan jitakan lembut dipuncak kepala Ji Joon. “Ayolah, kalian sudah dewasa, berhentilah bersikap seperti ini.” Tambahnya lagi.

“Tok..Tok..Tok” terdengar ketukan dipintu ruangan Ji Joon. Keduanya menoleh kea rah suara dan terlihat seseorang berdiri diantara celah pintu yang tidak sempurna tertutup. Kim JongWoon berdiri disana.

“Ah mian, aku mengganggu kalian. Apakah yeoja selalu seemosional itu?” ujarnya menggoda Ji Joon dan Hyun Hoon.

“Bugh!” Hyun Hoon melempar bantal sofa didekatnya.

Ji Joon mengerucutkan bibirnya, mengusap air matanya tidak mau JongWoon menggodanya lagi. Dia menatap JongWoon heran ketika namja tampan itu menyodorkan sebuah amplop. Dan memnyuruh Ji Joon membukanya.

“Yunani?” Ji Joon berucap heran melihat 3 tiket penerbangan ke Yunani.

“Ne, anggap saja itu hadiah karena kalian telah berhasil mengerjakan project ini dengan hasil yang sangat memuaskan. Jadi kita akan berlibur ke Yunani selama beberapa hari. Eotthe?”

“Jinjja Oppa?” Hyun Hoon terlalu bahagia untuk bersikap professional di Kantor kali itu. Dia memeluk namjanya bahagia. JongWoon tersenyum lebar hingga mata sipitnya hanya menyisakan garis.

“Tapi, Yunani? Kenapa kau memilih Yunani Oppa? Maksudku sajangmin?” Ji Joon masih heran dengan hadiah tidak terduga itu.

“Hahaha.. sudahlah panggil aku Oppa, tidak ada yang mendengarnya disini. Yah itu karena.. Emm, ya..”

“Oppa.. kau menyembunyikan sesuatu?” pungkas Ji Joon tidak sabar.

“Aigoo.. pegawai berhargaku. Matamu sungguh tajam, aku tidak salah melihat potensimu, sayang.”

“Oppa!”

“Baiklah. Aku tidak tahan melihatmu selalu datang dengan mata pandamu itu, dan aku juga tidak tahan melihatmu bersedih jadi aku menghubungi Hyuk Jae. Dia beristirahat di sana sekarang.” JongWoon mengamati perubahan ekspresi wajah Ji Joon. Seperti yang ditebaknya wajah pucatnya mulai merona.

“Mwo?? Yunani!! ISSHH.. Monyet bodoh! Awas saja nanti!!”

***

Nafplia Palace Hotel and Villas

Ji Joon berjalan tergesa menuju lantai 4 Hotel itu, dia tidak peduli lagi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta yang berjalan lambat dibelakangnya. Jung Hyun Hoon dan Kim JongWoon terlihat mesra berjalan bergandengan sembari saling berbisik dan tertawa renyah membuat Ji Joon semakin terbakar semangat untuk segera menemukan Hyuk Jae kekasihnya.

Tanpa perlu mencari tahu, Ji Joon sangat yakin Hyuk Jae berada dihotel itu. Karena Hotel itu adalah hotel yang mereka pilih jika seandainya nanti mereka akan berlibur ke Negara itu. Dengan sedikit bantuan JongWoon, Ji Joon menemukan dikamar mana Hyuk Jae menginap selama ini. Dia berjalan semakin cepat menyeret koper berwarna biru cerahnya.

“Tok..Tok..Tokk!” Ji Joon mengetuk kamar Hyuk Jae tergesa, lebih tepatnya bisa disebut “menggedor” pintu kamar kekasihnya itu.

“Klek”

Tidak berapa lama seorang namja dengan wajah khas seorang yang baru bangun tidur lengkap dengan celana berbahan katun gelap dan kaus longgar berwarna putih. Seketika namja yang belum sepenuhnya bangun itu, seketika mendapatkan kesadarannya setelah melihat siapa yang berdiri didepan pintunya.

Dia melihat sesosok malaikat yang dirindukannya mengenakan dress bunga-bunga berbahan sifon yang bergerak saat angin meniupnya, malaikatnya itu mengikat rambut ikalnya keatas membuat bahunya terekspos membuatnya meneguk ludahnya.

“Chagi?”

“Bugh.” Ji Joon memukulkan genggaman tangannya dan mendorong tubuh namjanya itu sekuat tenaga. Dia terus memukul namjanya itu, Ji Joon menangis dan terus menerus memukuli dada bidang Hyuk Jae dengan tangannya. Ji Joon meronta saat Hyuk Jae membungkus tubuh mungil Ji Joon dengan tubuhnya dan memeluknya erat.
 Hyuk Jae terus memeluk Ji Joon membiarkan emosi yeoja itu menguap sedikit demi sedikit. Die melonggarkan pelukannya saat Ji Joon mulai tenang dan hanya terisak, dia mengangkat wajah kekasihnya dengan jemari tangannya memposisikannya untuk memandangnya.

“Chagi, bogoshipeo. Aku senang kau datang.” Ujarnya tersenyum. Tangannya bergerak naik turun dipipi Ji Joon untuk menghapus airmatanya. Yeoja itu mendorong Hyuk Jae berusaha membuat jarak diantara keduanya.
“Apa menyenangkan membuatku khawatir eoh?” pekik Ji Joon dengan ekspresi mengerikan.

“Apakah itu juga menyenangkan membuatku berpikir kau tidak mengkhawatirkanku chagi?” bisik Hyuk Jae lembut melangkah mempersempit jarak yang dibuat Ji Joon.

“Kenapa kau sangat keras kepala Oppa?”

“Kenapa kau juga sangat keras kepala Chagi?”

Keduanya saling berpandangan, rasa marah dalam hati mereka menguap entah kemana hanya rasa rindu yang mendekap mereka. Keduanya memuasakan indra penglihatannya untuk memadang satu sama lain. Keduanya tertawa terkekeh, mereka kembali bertengkar seperti hal yang sering mereka lakukan.

“Pabo!” Ji Joon tertawa mengalihkan pandangannya.

“Neo-do. Kau juga Pabo!” Hyuk Jae menarik lengan Ji Joon, membawa tubuh mungil yeoja itu kedalam pelukannya. Mengecup puncak kepala yeoja yang sangat dirindukannya itu.

“Mianhae chagi, aku mencintaimu”

“Nado, mianhae Oppa.”

Hyuk Jae menangkup tengkuk Ji Joon dengan kedua tangannya, menundukkan kepalanya mensejajarkannya dengan wajah Ji Joon, dan menyatukan bibir mereka. Harum aroma tubuh yeojanya memenuhi paru-parunya. Dia tersenyum Ji Joon menanggapi apa yang dilakukannya dan melingkarkan lengannya disekeliling tubuh Hyuk Jae.

“Yakkk!!” sebuah teriakan marah seseorang menghentikan aktifitas yang dialkukan Hyuk Jae dan Ji Joon.

“Kami berlari karena khawatir kalian akan saling membunuh dan kalian malah asyik berciuman eoh?” pekik Hyun Hoon menyerang dua manusia dengan tampang tidak berdosa itu dengan jitakan. JongWoon kewalahan menjauhkan kekasihnya dari Ji Joon dan Hyuk Jae.

“Kalau, kau begitu iri, kau bisa mendapatkannya dari Jong Woon hyung!”

Seperti apa yang dibayangkan Hyuk Jae, suasana kamarnya lebih meriah setelah kedatangan Ji Joon, atau itu terlalu meriah dengan kehadiran JongWoon dan Hyun Hoon. Namun dia bersyukur, menjadi sendiri adalah hal yang tidak ingin dirasakannya lagi.

***

EPILOG

“Apa yang Oppa lakukan selama berada disini? Melihat yeoja-yeoja berbikini itu em?” Tanya Ji Joon memandang keluar didepan jendela kamar Hyuk Jae. Hyuk Jae berdiri dibelakangnya memeluknya.

“Anniya.”

“Gotjimal”

“Jinjja chagi! Aku sama sekali tidak keluar dari kamar ini. Aku merasa berdosa menikmati liburan ini sedangkan kau tidak ada disini”

Chu~~

“Ji Joon mengecup pipi kekasihnya. “ Gomawo, kau menjaga hatimu dengan cukup baik Monyetku sayang ”

***

“Ayo kita makan chagi”

“Ne, kajja. Aku ingin sup seafood.” Ujarnya manja.

“Andwe, aku tidak suka seafood.”

“Seafood, aku mau seafood!”

“Shirreo!”

“Jadi untuk apa berlibur di daerah pantai seperti ini, kalau oppa tidak suka seafood?” cecar Ji Joon gemas.

“…”

“Arraseo, aku akan makan seafood dan memesan makanan lain untuk Oppa. Eotthe?”

“Kaja!!” Hyuk Jae bersemangat menaikkan Ji Joon kepunggungnya dan berlarian disepanjang bibir pantai.

Saling mencintai kadang bukan hanya berisi tentang hal-hal romantis dan memiliki pemikiran sejalan. Bertengkar, berbaikan, kemudian  tertawa bersama juga merupakan hal yang romantis untuk Ji Joon dan Hyuk Jae.
Setiap orang mengukir kisah cintanya dengan alur dan sudut pandang yang berbeda, hanya mereka berdua yang tahu bagaimana mencintai satu sama lain dengan sempurna dan sepenuh hati.


END


No comments:

Post a Comment