Monday, February 10, 2014

-GONE || Vignette - Shippa Kim present



Tittle: “GONE”

Author: Shippa Kim

Main Cast :
·        Byun Baek Hyun
·        Park Chan Yeol as Byun Chan Yeol

Genre: Family/Brothership/Hurt

Length: Vignette

Rated: T

Disclaimer: semua cast milik dirinya sendiri dan Tuhan. Cerita murni punya saya, hasil jerih payah imajinasi otak saya. Jika terdapat kesamaan itu murni bukan di sengaja.Jika tidak suka, gampang. Jangan dibaca ya ^^

Warning: sebelum baca harap di ingat! Jangan lihat cover FF nya ya, ini bukan YAOI. Hanya cerita kakak beradik yang saling menyayangi ^^


`Happy reading and enjoy`


GONE©2014 – Shippa Kim present





***



Byun Baek Hyun dan Byun Chan Yeol, adalah kakak beradik. Saudara kandung yang dilahirkan dari rahim seorang wanita yang sama. Baek Hyun dan Chan Yeol hanya memiliki jarak usia satu tahun saja.

Baek Hyun sang kakak, memiliki postur tubuh lebih pendek dari Chan Yeol, jari-jemarinya yang lentik dan berwajah sangat cantik untuk ukuran seorang pria, bahkan jika orang yang belum mengenal mereka selalu beranggapan jika Baek Hyunlah adik Chan Yeol. Pribadi Baek Hyun yang menyenangkan, membuat siapa pun pasti akan nyaman berada dekat dengannya. Salah satu siswa jenius di sekolah, bahkan tahun ini ia kembali memenangkan lomba olimpiade untuk cabang matematika.

Berbeda halnya dengan Chan Yeol, mungkin semua orang yang akan mengira “mana mungkin siswa jenius bernama Baek Hyun memiliki adik seorang berandalan”  tapi itulah fakta yang ada, Chan Yeol si tukang rusuh, selalu berulah dan menimbulkan masalah. Setiap hari berkelahi, membolos sepanjang waktu pelajaran,  tertangkap basah merokok di halaman belakang sekolah, bahkan hal yang baru-baru ini menjadi hangat di perbincangkan yaitu, Byun Chan Yeol kedapatan mencuri beberapa makanan di mini market bersama komplotannya.

Jika diibaratkan, mungkin Baek Hyun itulah adalah danau, ia adalah pribadi yang tenang namun menyenangkan. Dan perumpamaan yang cocok untuk Chan Yeol sendiri adalah, ia seperti laut. Memiliki emosi labil bak ombak saat pasang.

Namun, Baek Hyun sendiri tidak pernah memermasalahkan hal tersebut. Baginya, Chan Yeol adalah adik manisnya yang menyenangkan. Bagi Baek Hyun, Chan Yeol adalah sosok yang lembut dan akan meledak suatu waktu jika seseorang membuatnya tak nyaman atau mengusiknya.

Pagi ini, seperti biasa. Aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya. Bangun pagi, sarapan bersama keluarga dan berangkat bersama-sama ke sekolah dengan menggunakan kendaraan yang orang tua mereka berikan. Dimana Chan Yeol akan mengendarai motor besarnya, sedangkan Baek Hyun lebih memilih menggunakan mobil.

Saat keduanya sampai di sekolah, Baek Hyun akan senantiasa berjalan berdampingan bersama Chan Yeol, mengantar sang adik hingga sampai di pintu kelas. Ia hanya memastikan jika kali ini Chan Yeol mengikuti pelajaran sampai akhir.

Namun, sepertinya harapan Baek Hyun sia-sia saja. Mengingat jika tabiat Chan Yeol memanglah susah di atur. Alhasil, kali ini sang adik didapati tengah menghisap satu batang rokok di atap sekolah tadi siang.

PUK

Satu pukulan mendarat bebas di kepala Chan Yeol. Baek Hyun hanya menyilangkan tangan dan berdiri di samping tempat tidur Chan Yeol. Memerhatikan sang adik yang hanya memasang wajah tanpa dosanya.

“Berhenti memasang wajah bodoh seperti itu, idiot!” teriak Baek Hyun geram.

“Lalu aku harus bagaimana? Memasang wajah innocent-mu atau meminjam wajah angry bird-nya Kris hyeong?”

“Hentikan tingkah konyolmu itu, Byun Chan Yeol!”

Baek Hyun duduk di samping Chan Yeol yang tengah berasyik masyuk dengan manga barunya itu.

“Ya!”

“Apalagi, Baek hyeong?” tanya Chan Yeol yang kini meletakan manga tersebut di atas kasur.

“Sampai kapan kau seperti ini, Chan?”

Baek Hyun menatap Chan Yeol sendu, Chan Yeol telah paham apa yang akan Baek Hyun ucapkan. Paling-paling ia akan mengaitkan hal ini dengan orang tuanya.

“Bagaimana jika sampai mama dan papa tahu hal ini, bagaimana jika sampai kau dikeluarkan dari sekolah? Bagaimana nanti dengan masa depanmu? Mama dan papa pasti akan sedih jika melihat putera bungsunya seperti ini.”

Benarkan? Ucapan itu-itu saja yang selalu Baek Hyun Ucapkan . Bukannya Chan Yeol tidak suka jika kakaknya itu begitu memerhatikannya lebih. Akan tetapi, apa Baek Hyun tidak bosan jika setiap kali mereka berbicara, pasti hal itu yang di bicarakan.

“Mana perduli mereka denganku. Sudahlah, papa dan mama cukup bangga karena memiliki anak sepertimu, hyeong. Jangan perdulikan aku, kau juga harusnya lebih memerhatikan dirimu sendiri. Bukankah besok ada audisi di agency besaritu?”

Baek Hyun menghela napasnya berat. Beginilah jika ia berdebat dengan si keras kepala Chan Yeol. Pasti masalah seperti ini akan Chan Yeol anggap seperti kumpulan debu yang akan hilang di terpa angin keesokan harinya.

“Terserah apa maumu saja. Aku begini karena aku menyayangimu, dan kau adikku.”

“Semua orang sudah tahu itu, hyeong. Dan terima kasih sudah memerhatikanku lebih dari apa yang aku inginkan.”

Chan Yeol memeluk lembut tubuh mungil Baek Hyun. Membuat niat Baek Hyun yang ingin sekali memukul keras kepala batu sang adik diurungkan.

“Dimataku kau tetap adik kecilku yang manis,” ucap Baek Hyun sembari mengusap gemas rambut cokelat Chan Yeol yang berantakan.

“Ya! Hentikan itu, menggelikan hyeong.”

Perdebatan mereka diakhiri dengan saling melempar bantal malam ini. Baek Hyun selalu menyukai detik-detik seperti ini. Karena saat seperti inilah ia menemukan sosok asli sang adik. Chan Yeol yang akan bertingkah konyol dan terkadang polos. Berbeda dengan Chan Yeol si biang rusuh di sekolah.



***



Hari ini merupakan hari istimewa untuk Baek Hyun. Sebab, cita-cita yang selama ini ingin sekali ia raih sudah di depan mata. Bernyanyi adalah impian kecilnya, berdiri di atas panggung, melantunkan syair-syair indah nan syahdu. Itulah harapan yang selama ini selalu ia idam-idamkan.

Baek Hyun tengah bersiap-siap, mengenakan pakaian dengan style yang biasa ia pakai sehari-hari. Hanya saja kali ini rambutnya di buat berbeda. Terlihat lebih tampan dari biasanya.

Chan Yeol yang baru saja bangun langsung berlari menuju kamar Baek Hyun di lantai bawah. Sudah kebiasaan setiap hari, jika Chan Yeol akan menyapa Baek Hyun terlebih dahulu sebelum ia melakukan apapun.

“Ya! Ya! Lihatlah, calon penyanyi kita rupanya sudah rapi. Bagaimana, apa kau siap, hyeong?”

Baek Hyun menatap Chan Yeol yang kini berdiri di ambang pintu dengan menyandarkan beban tubuhnya pada pinggiran pintu.

“Gugup sekali rasanya. Aku tidak yakin jika hari ini akan berlangsung baik.”

Chan Yeol berjalan menuju Baek Hyun. Dengan senyuman bodohnya, pemuda itu kini merapikan penampilan sang kakak.

“Berikan tanganmu?”

“Untuk apa?”

“Berikan saja! Cerewet sekali.”

“Ish!”

Baek Hyun mengulurkan tangannya. “Sekarang tutup matamu, hyeong?”

“Apalagi ini, Chan Yeol?”

“Tutup saja!”

Meskipun sempat menolak, namun akhirnya Baek Hyun memenuhi permintaan Chan Yeol. Perlahan, kelopak mata sipitnya itu menutup sempurna. Baek Hyun masih merasakan keheningan disekitarnya. Ia bertanya-tanya pasti akan ada hal yang Chan Yeol lakukan. Dan…

“Bukalah.”

Saat membuka mata, sesuatu yang manis—lebih tepatnya sebuah gelang dengan rantai besi melingkar lembut di pergelangan tangannya.

Igo?”

“Hadiah dariku. Anggap saja sebagai jimat keberuntungan. Dan berjanjilah untuk memenangkan audisi itu untukku, mama dan papa.”

Baek Hyun tersenyum, lantas mengangguk dengan semangat. Entahlah, Chan Yeol memang selalu bisa merubah mood-nya menjadi lebih baik.

“Terima kasih dan aku berjanji.”





***



Baek Hyun tidak menyangka jika ternyata hadiah itu adalah pemberian terakhir Chan Yeol untuknya. Baek Hyun masih tidak percaya jika jasad yang kini terbujur kaku di bangsal kamar mayat itu adalah Chan Yeol adiknya. Banyak luka lebam di area pipi, pelipis dan bibirnya Chan Yeol. Wajah tampannya kini terlihat pucat dengan dihiasi memar di sana sini, dan jangan lupakan sebuah luka tusuk yang dalam tepat di dada kiri Chan Yeol-lah yang menyebabkan pemuda tampan itu tak bisa bertahan, dan menghembuskan napas terakhirnya saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Sesungguhnya,jika ini adalah hari terakhir Baek Hyun bertemu Chan Yeol. Mungkin ia akan meminta waktu lebih banyak kepada Tuhan untuk bersama Chan Yeol sedikit lagi saja. Akan tetapi, sulutan api itu kini telah padam dan berubah menjadi abu.

Tidak ada sesuatu pun, hal apapun yang dapat menghentikan takdir yang telah kita sepakati dengan Tuhan. Hidup, maut, dan segala hal yang berkaitan dengan takdir. Manusia hanya pasrah menunggu kapan giliran itu akan datang.

Mungkin, kali ini adalah giliran perjanjian Chan Yeol dan Tuhan tiba waktunya. Sebuah peristiwa yang siapapun akan enggan untuk mengingatnya.


[flashback POV]


Pagi tadi, saat selesai sarapan. Baek Hyun sengaja meminta Chan Yeol mengantarnya ketempat audisi itu dilaksanakan. Dengan mobil Baek Hyun, akhirnya mereka pun berangkat. Chan Yeol dengan setia menunggu Baek Hyun selama audisi berlangsung, namun karena ada sesuatu hal. Akhirnya Chan Yeol memutuskan untuk meninggalkan Baek Hyun sendirian. Tidak ada firasat apapun yang Baek Hyun rasakan saat Chan Yeol pamit pergi.

Rupanya,tanpa Baek Hyun ketahui. Chan Yeol pergi ke tempat dimana semua rekan-rekannya berkumpul.

“Ada apa?”

“Se Hun, anak itu masuk rumah sakit, Chan. Kau tahu, sore kemarin ia dipukuli oleh anak-anak sekolah sebelah.”

“Bagaimana keadaannya sekarang?”

“Sangat parah, tulang kering kaki Se Hun patah. Dan sampai saat ini ia masih dalam keadaan kritis akibat luka tusukan diperutnya.”

“Brengsek! Lalu, apa kalian akan membiarkan orang-orang yang mencelakai Se Hun bebas berkeliaran?” Chan Yeol mengepalkan lengannya.

“Tentu tidak, maka dari itu kami menyuruhmu kesini. Apa kau bisa membantu kami, Chan Yeol? Hanya kali ini saja, dan setelahnya kami berjanji tidak akan meminta bantuanmu lagi.”

Sejenak, Chan Yeol nampak menimbang-nimbang permintaan dari para sahabatnya itu.“Baiklah. Ayo pergi!”




***


Di bawah jembatan inilah, perkelahian antara kubu Chan Yeol dan lawannya di mulai. Nampak mengerikan jika melihat barang-barang apa saja yang mereka bawa. Chan Yeol mulai memukul wajah orang-orang yang menyakiti sahabatnya, Se Hun. Mendaratkan beberapa tinju di perut dan bagian-bagian vital lainnya. Pemuda tampan itu nampak kehilangan akal sehatnya, tanpa ampun ia terus melayangkan pukulan pada pecundang-pecundang yang menyakiti Se Hun. Namun tiba-tiba…

JLEB

“Eung!”

Chan Yeol terhempas di tanah. Tubuhnya limbung saat seseorang menusuk dada sebelah kirinya. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia pun melepaskan pisau belati yang menancap didadanya,  dan melemparkan benda tersebut tepat mengenai kaki orang yang menusukkan benda laknat itu.

“Polisi! Mundur!”

Suara sirine polisi terdengar hampir dekat, beberapa dari sahabat Chan Yeol yang terluka mulai berlari ke tempat Chan Yeol. Kondisinya saat ini begitu menyedihkan, darah segar nampak terus mengalir tanpa henti dari lukanya yang cukup dalam. Jong In, salah satu dari sahabatnya itu mulai menyumbat aliran darah yang terus keluar dengan sebuah syal. Namun semua itu sia-sia, darah masih tetap mengalir dan mulai mengotori kaos yang dikenakan Chan Yeol.

“Chan Yeol-ah, bertahanlah!” pekik Jong In.

“Sebentar lagi polisi dan ambulance akan datang. Dan kami akan membawamu ke rumah sakit.”

Chan Yeol menutup matanya, merasakan nyeri di bagian luka itu semakin mendominasi.“Baek Hyun hyeong. Baek…” ucap Chan Yeol parau.

“Apa sebaiknya kita menghubungi Baek Hyun?”

Jong In mulai menekan nomor ponsel Baek Hyun. Saat sudah terhubung, pria berkulit tan itu mulai menceritakan secara detail kejadiannya pada Baek Hyun.

15 menit berlalu…

Saat Baek Hyun sudah berada di tempat kejadian, banyak mobil polisi serta masyarakat yang tinggal di sekitar itu berbondong-bondong memadati tempat kejadian perkara. Garis polisi sudah dibentangkan, tanda jika tidak ada satu orang pun kecuali petugas yang boleh memasuki area tersebut.

“Chan Yeol!”

Baek Hyun berteriak saat melihat tubuh sang adik terbaring lemah di atas tandu yang di bawa oleh petugas rumah sakit. Jong In dan kawan-kawan sudah terlebih dulu di bawa oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan.

“Baek hyeong, maafkan aku…”

Baek Hyun menggeleng lembut, kristal bening itu sungguh tak bisa ia tahan. Sekuat apapun Baek Hyun menahan tangisnya agar tak pecah, tetap saja gagal. Ini begitu menyakitkan, ia seperti di dorong paksa dari bangunan lantai 57 dan mendarat dengan tubuh yang hancur.

Chan Yeol, adik kesayangannya, seseorang yang selalu berada didekatnya kini tengah berjuang di antara akhir yang menyedihkan.

Chan Yeol kini seperti melihat kilasan kehidupannya. Saat ia dilahirkan, ketika dirinya dan Baek Hyun bermain di halaman belakang rumah mereka bersama dengan kedua orang tuanya. Saat Baek Hyun memeluknya yang terjatuh ketika mengambil bola. Kenangan indah yang begitu ia rindukan, berputar silih berganti seperti rool  film yang di putar secara sempurna. Chan Yeol tersenyum saat mendengar kalimat dari mama, papa dan Baek Hyun.

“Chan Yeol-ah, saranghae.”

Baek Hyun mulai panik saat mendengar mesin pendeteksi jantung Chan Yeol mulai melemah. Genggaman tangan Chan Yeol pun semakin melonggar pada tangannya. Mungkinkah yang ia takutkan akan terjadi malam ini? Tidak! Baek Hyun tidak ingin berpikir apapun, yang ia pikirkan saat ini adalah keselamatan Chan Yeol.

“Baek hyeong…”

“Jangan banyak bicara bodoh, diamlah. Sebentar lagi kita akan sampai.”

Baek Hyun masih menangis dalam diam, ia tidak ingin Chan Yeol mendengar isakannya.

“Ijinkan aku berbicara sebentar saja, jeball?”

Akhirnya, Baek Hyun mengangguk. “Janji hanya sebentar.”

“Terima kasih banyak, Byun Baek hyeong. Terima kasih sudah menyayangiku selama ini. Oh ya, bagaimana dengan audisi itu?”

“Aku lolos, Chan. Dan resmi menjadi traineer di sana. Apa kau senang?”

Chan Yeol tersenyum lemah, “Tentu saja, hyeong. Berjanjilah, sesulit apapun selama masa training nanti, kau harus kuat dan buktikan jika kau bisa menjadi penyanyi terkenal kelak.”

Baek Hyun kini terisak pilu, tangan lemah Chan Yeol mulai meremas kuat tangannya. Chan Yeol mulai mengerang. Dan itu membuat Baek Hyun panik.

“Ada satu hal yang ingin aku katakan padamu dari dulu, a-aku… m-menyayangimu, Baek Hyun hyeong.”

PIPPP


Satu tarikan napas mengantar Chan Yeol menuju peristirahatan terakhirnya.



[flashbackEND]




***



Kini, tidak ada lagi Chan Yeol si biang rusuh. Kini, tidak akan ada yang menjahili Baek Hyun saat tidur. Tidak akan ada Chan Yeol yang menjadi partner-nya bermain perang bantal. Chan Yeol kini sudah beristirahat dalam damai, berteman keabadian dan meninggalkan orang-orang yang ia cintai untuk selamanya.

 .

.

.

.

-2 tahun kemudian-


Di sebuah acara akhir tahun, di salah satu stasiun televisi ternama, seorang pemuda tampan tengah bernyanyi solo di panggung yang telah disediakan. Melantunkan syair lagu yang begitu indah nan menenangkan.

Baek Hyun—pemuda itulah yang kini bernyanyi sangat memukau di atas panggung. Baek Hyun debut setelah menjalani masa training selama 2 tahun. Tidak membutuhkan waktu yang lama agar pihak agency-nya itu mengorbitkan dirinya seperti sekarang ini. Banyak yang mengakui suara Baek Hyun memang patut diacungi jempol. Tak heran jika saat ini namanya pun disejajarkan dengan para seniornya yang lebih dulu terjun ke dunia gemerlapnya seorang public figure.

Baek Hyun tersenyum saat bait terakhir ia lantunkan. Kemudian, pemuda tampan itu membungkukkan tubuhnya saat lagu benar-benar berakhir.

“Chan,lihatlah… aku menepati janjiku ‘kan? Apa sekarang kau melihatku?” gumannya.



Terima kasih telah menjadi air yang selalu membuat dahaga ini hilang dalam sekejap. Kau, Byun Baek Hyun… kakakku. Aku menyayangimu, hyeong.—Byun Chan Yeol.

Ibarat aliran sungai, kau itu seperti aliran sungai yang deras. Arus yang akan selalu menuntunku ke tempat dimana sesuatu yang menyenangkan berada didalamnya. Aku menyayangimu… adikku.—Byun Baek Hyun.


-FIN-

No comments:

Post a Comment