Thursday, November 21, 2013

-Secret BOX || Oneshoot-


Tittle : “Secret Box”

Author : Shippa Kim

Main cast :
·         Lee Hyuk Jae
·         Park Ji Joon as Lee Ji Joon (OC)

Genre : Romance/a bit little sad/comfort (dan satu genre yang saya rahasiakan, jadi yang masih penasaran mending di baca dan bisa menyimpulkan sendiri satu genrenya itu apa ^^)


Length : Oneshoot

Rated : T

A/N : Selamat membaca sayangku, saya gak mau banyak bacot, hanya mau menyampaikan ucapan terima kasih terlebih dahulu kepada dua sahabat saya Sagari Nilamsari dan Rafika Nur Jannah yang udah mereview FF ini.

Warning : Yang jelas tolong siapa pun yang kena tag atau tak sengaja nemu FF ini di beranda, saya mohon DENGAN SANGAT ketika berkomentar bisa ‘kan menggunakan bahasa yang enak di baca? Saya capek berurusan dengan orang yang tidak tahu cara BERETIKA yang baik. Ngomong seenak idungnya sendiri, gak mikirin perasaan orang lain T___T nah…yang niatnya masih mau hina saya, silahkan lewat inbox ya…kita bicara layaknya orang yang tau cara beretika ^^ saya menerima kritik, tapi kritik yang fokus pada tanda baca, TYPO dan salah dalam pengetikan FF ini saja. Terima kasih sayang :*


©Secret Box – Shippa Kim Story line




Jika di ibaratkan dua kutub magnet, Hyuk Jae dan Ji Joon bukanlah dua kutub yang berlawanan, dimana ada utara dan selatan.

Sebaliknya, Hyuk Jae dan Ji Joon hanyalah satu kutub magnet.

Hyuk Jae dan Ji Joon adalah sama-sama kutub utara. Dimana keduanya tidak akan pernah pergi berlawanan arah. Mereka akan tetap bersama, menikmati indahnya bunga cherry blossom di musim semi. Menikmati hangatnya sang mentari di kala musim panas menyapa. Dan sekedar bermain lempar salju di tengah indahnya musim dingin. Atau menghabiskan waktu bersama mengumpulkan daun-daun kering di saat musim gugur itu menghampiri.

Bagi Hyuk Jae, Ji Joon adalah satu-satunya orang yang mampu membuat dunianya berputar dua kali lipat lebih indah.

Begitupun dengan Ji Joon, tidak ada hal paling indah di dunia ini selain Hyuk Jae.

Kehidupan itu berjalan terus menerus. Layaknya poros roda yang di putar, layaknya bumi yang terus berputar mengelilingi matahari.

Begitupun Ji Joon dan Hyuk Jae. Lambat laun, perlahan namun pasti…kisah di antara mereka akan usai. Tali cinta itu perlahan akan memudar.

Akan ada waktunya dimana mereka harus memilih, dan…inilah waktu itu.




-Korea Selatan, 2033-


TRING

Dua jam lamanya. Ingat dua jam! Hyuk Jae menunggu seseorang di dalam café favoritnya dan…Ji Joon. Sebuah café beraksen Eropa klasik, café yang selalu mereka kunjungi hampir setiap harinya. Menghabiskan waktu berdua, mengobrol ini dan itu, saling berdebat—hingga adu mulut mengakhiri semuanya.

Tapi itu tidak lama. Hey…siapa yang betah berlama-lama mengacuhkan gadis manis di hadapannya itu. walaupun Ji Joon kerap kali yang memicu pertengkaran di antara mereka terjadi, akan tetapi orang yang pertama kali melontarkan permintaan maaf itu…siapa lagi jika bukan Hyuk Jae. Lalu keduanya akan kembali rukun, kembali saling mengejek;seperti pasangan pengantin baru.

TRING

Kembali, untuk kesekian kalinya lonceng di atas pintu café tersebut berbunyi. Dan untuk kesekian kalinya pula Hyuk Jae melongokan kepalanya kearah pintu, berharap jika itu Ji Joon-nya.

“Hufh.”

Ia melenguh kesal. Bagaimana bisa seorang Hyuk Jae dengan setianya menunggu seseorang hampir 2 jam?

Bisa! Dan jawabannya adalah Ji Joon.

Ji Joon lah yang bisa membuat Hyuk Jae rela mengantri hotdog selama 3 jam lamanya di kedai dekat universitas sepulang kuliah.

Ji Joon pula yang mampu membuat Hyuk Jae meloloskan kalimat “Iya”, “Tentu saja” atau bahkan “Untukmu aku akan melakukan apapun”.

Hebat bukan? Tapi hal yang perlu di ingat, Ji Joon bukanlah seorang mentalis yang bisa menghipnotis orang agar bisa ia peralat.

Ji Joon hanyalah Ji Joon. Gadis manis dengan rambut cokelat caramelnya yang unik. Sepasang bola mata bulat bak purnama, jemari mungil nan lentik, serta tubuh tinggi semampainya. Dan jangan pernah melupakan sesuatu, jika Ji Joon itu pintar beraegyo…sehingga Hyuk Jae akan mudah luluh ketika gadis itu melakukan “Buing-Buingnya” yang lucu dan menggemaskan.

TRING

Akhirnya…

Ji Joon datang, Hyuk Jae bagaimana? Tentu saja ia bahagia, tak lupa pria tampan itu pun memberikan senyuman gummy smile terbaiknya di hadapan Ji Joon.

“Kemana saja nona tukang telat? Apa tiba-tiba kau terkena amnesia, lalu melupakan jika ada kencan denganku?”

Hyuk Jae akan berpura-pura kesal, melipat lengan di dada bidangnya. Maka…Ji Joon sudah pasti akan melakukan jurus aegyo andalannya;mengepalkan kedua tangan di antara pipi bakpaonya, bola mata bulatnya pun akan terlihat seperti puppy yang merajuk meminta belas kasihan dari sang tuan. Lalu Hyuk Jae? Tentu saja pria tampan itu akan segera luluh dan memalingkan wajahnya—dengan senyum merekah di bibir kissablenya.

“Maafkan aku…jangan marah, jika kau marah aku akan mengutuk diriku.”

Ji Joon mempoutkan bibirnya, merasa bersalah sudah pasti terjadi. Bagaimana bisa ia membiarkan Hyuk Jae-nya menunggu hampir 2 jam.

“Jangan seperti itu, kau terlihat sangat jelek, honey. Nah…seperti ini terlihat cantik.”

Hyuk Jae untuk kemudian menarik tangannya menuju bibir semerah cherry tersebut, menarik belahan bibir ranum itu agar tersenyum. Sangat indah dan Hyuk Jae begitu terpesona.

“Apa yang kau makan selama menungguku? Apakah velvet strawberry itu akan kau biarkan saja?”

Ji Joon memotong satu suapan kecil pada velvet strawberry di hadapan Hyuk Jae. Kemudian tangannya memerintahkan bibir kissable itu menyambut makanan manis nan lembut tersebut untuk segera dinikmati.

“Bagaimana?”

“Semakin enak jika tanganmu yang menyuapi.”

“Dasar manja.”

Keduanya terkikik bersamaan dengan Hyuk Jae menyambut senang manakala satu suapan velvet strawberry itu mulai menari-nari di lidahnya.

“Ingin memakannya juga?”

Ji Joon menggeleng lembut, “Tidak akan pernah lagi. Aku tidak mau tubuhku gemuk gara-gara benda menjijikan itu.” Cibir Ji Joon menatap horror makanan manis tersebut.

Hyuk Jae tertawa lepas, sebab Ji Joon-nya paling anti bahkan bermusuhan dengan makanan manis. Alasannya sederhana, ia tidak mau tubuh indahnya itu bergelambir oleh timbunan lemak.

“Mana boleh seperti itu. lihatlah…velvet strawberry ini akan menangis jika kau tidak mencicipi barang sedikit saja.”

“Cihh! Mana ada makanan yang akan menangis jika tidak di makan? Kau berlebihan, honey. Ingat! B-E-R-L-E-B-I-H-A-N,” Ucap Ji Joon dengan penuh penekanan.

Kembali, Hyuk Jae tertawa lantang. Hey…apakah gadisnya itu kini merubah cita-citanya menjadi seorang komedian? Atau Ji Joon-nya itu memang punya bakat terpendam untuk melawak?

Hyuk Jae mengelus lembut surai indah gadis itu. merapikan setiap helai anak surai yang menghalangi wajah cantiknya.

“Akan kemana hari ini? Bagaimana jika kita menghabiskan waktu dengan bersepeda di taman. Kau tahu musim gugur akan sangat indah jika dinikmati dengan bersepeda.”

Ji Joon mengangguk pasti. “Baiklah, tapi aku hanya ingin menggunakan satu sepeda saja. Kau harus memberiku tumpangan. Aku ingin duduk di depan, bukankah itu akan terlihat sangat romantis?”

Ayo lah…biarkan gadismu itu berangan-angan indah, Lee Hyuk Jae.

Biarkan dia larut dalam kebahagiaan untuk hari ini, sebelum…

“Baiklah, untukmu…honey. Ayo?”

Tangan Ji Joon secara spontan melingkar di lengan kokoh Hyuk Jae.

TRING

Lonceng di pintu café itu berbunyi, di iringi langkah dua manusia yang terus menerus menyunggingkan senyum merekah di wajah mereka.

—begitu indah.





Kau tahu pelangi itu memiliki tujuh warna…

Seperti itulah aku mencintaimu, seperti tujuh warna di dalam pelangi.

.

Hyuk Jae dan Ji Joon telah sampai di taman kota, tempat dimana keduanya akan menghabiskan waktu mereka. Dengan sepeda yang mereka sewa, selanjutnya Ji Joon sudah siap duduk di depan, duduk menyamping dengan sweater Hyuk Jae sebagai alas duduknya.

“Kau siap, honey?”

“Tentu saja, let’s go!”

Kayuhan pertama, semua berjalan lancar tanpa kendali. Semilir dingin angin musim gugur menggelitik indera perasa mereka, mengalirkan rasa dingin melalui pori-pori kulit. Dengan background gugurnya daun cherry blossom, bukankah itu sangat indah—tentu saja romantis.

“Pelan-pelan kataku, kau mau membuat kita terjatuh, eoh?”

PUK

Hyuk Jae memukul kepala Ji Joon, berisik sekali gadis itu. Menurut Hyuk Jae teriakan Ji Joon itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya “piak-piak”, berisik.

“Berisik sekali anak ayamku ini. Kucium jika kau masih berceloteh.”

PLETAK

“Dasar pervert! Mana sudi bibirku yang seksi ini terjamah oleh bibir seperti itu, cihh!”

“Narsis.”

“Lantas mengapa kau menyukaiku yang narsis ini, tuan Lee?”

Apa perlu Hyuk Jae mengatakannya?

Alasan apa yang membuatnya begitu menyukai Ji Joon-nya itu?

Sangat sederhana, dengan lantang Hyuk Jae akan menjawab. “Sebab kau adalah kau, Lee Ji Joon. Dan aku menyukai Lee Ji Joon”.

Sederhana bukan, jawaban macam apa itu? ambigu… dan Ji Joon cukup lelah dengan alasan Hyuk Jae yang hanya itu-itu saja.

.

.

.

Dua jam lamanya mereka mengelilingi pepohonan rimbun itu dengan bersepeda. Terkadang saling mengejek, atau Hyuk Jae akan mencuri ciuman di pipi Ji Joon. Dasar Hyuk Jae! Apa tidak melihat jika semburat merah itu menghiasi pipi bakpao Ji Joon-nya.

“Sudah sore, apakah kau masih ingin bersepeda?”

Hyuk Jae menghentikan laju sepedanya, berhenti tepat di depan pohon cherry blossom yang hampir tidak berdaun.

“Kita duduk dulu saja disini, rasanya aku tidak ingin pulang.”

“Jangan bilang masih merindukanku, eoh?” Goda Hyuk Jae.

Ji Joon turun dari sepeda, kemudian ia menjatuhkan tubuhnya dan bersandar di batang pohon tersebut.

“Kemarilah! Aku ingin memelukmu tuan gigi.”

Panggilan sayang apalagi yang diberikan Ji Joon untuk Hyuk Jae. “Tuan gigi”, itu bukan panggilan sayang, melainkan lebih seperti sebuah ejekan. Tapi…Ji Joon tidak pernah sembarangan memberikan panggilan sayang itu untuk Hyuk Jae-nya. “Tuan gigi” pernah ada sejarahnya, sewaktu kecil…Hyuk Jae pernah berjanji jika ia akan menjadi dokter gigi yang hebat. Kenapa demikian? Sebab dulu, Ji Joon mempunyai riwayat sakit gigi. Maka dari itu Hyuk Jae pernah bercita-cita seperti itu.

“Aku akan menjadi dokter gigi hebat, setelah itu aku akan menyembuhkan sakit gigimu dengan peralatan magicku, Joon-ie.”

Menggelikan…tapi tidak untuk Ji Joon dan Hyuk Jae. Sebab romansa itu benar-benar indah jika di ingat. Kenangan manis yang akan mereka simpan di kotak rahasia, dan jika suatu saat mereka merindukan satu sama lain, maka kotak rahasia itu akan mereka buka bersama-sama.

“Aku mencintaimu, Ji Joon.”

“Aku tahu, dan aku juga mencintaimu. Kau tahu…bahkan cintaku lebih besar daripada cintamu padaku.”

“Benarkah?”

“Eummm, tentu saja. Apa perlu aku buktikan?”

Hyuk Jae mengangguk pasti, dan tentunya senyuman indah merekah di bibirnya.

CHU

Kecupan manis itu mendarat pada kelopak mata Hyuk Jae yang tertutup.

“Jika aku menciummu pada kelopak mata, itu artinya aku merindukanmu.”

CHU

Kecupan manis kembali mendarat pada kedua pipi Hyuk Jae.

“Dan jika aku menciummu pada kedua pipi, maka itu artinya aku sangat menginginkanmu.”

CHU

Kecupan kembali mendarat di bibir kissable Hyuk Jae. Sangat lembut, bahkan lebih lembut dan manis melebihi velvet strawberry kesukaannya.

“Lalu jika kau menciumku di bibir, itu artinya apa?”

Hyuk Jae yang kali ini bertanya. Sementara Ji Joon yang masih menangkupkan tangan di kedua pipi Hyuk Jae hanya tersenyum lembut.

“Itu artinya aku begitu mencintaimu, idiot.”

“Terima kasih sudah mencintai orang idiot ini.”

Keduanya tersipu malu di iringi dengan semburat merah di belahan pipi masing-masing. Musim gugur yang indah menjadi semakin indah dengan kebersamaan mereka.

“Aku tidak akan melupakan hari ini.”

“Begitupun aku.”





Ini adalah detik-detik dimana mereka harus berkata “Kita akan berakhir sampai disini”

Kenapa demikian? Karena ikatan cinta itu sesungguhnya tidak boleh terjadi di antara Hyuk Jae dan Ji Joon.

Apanya yang salah? Jelas saja itu salah…karena mereka adalah…

—sepasang saudara kembar.

Terlahir dari rahim seorang wanita yang sama, memiliki aliran darah dari pria yang sama. Dari satu sel telur, berbagi air susu yang sama. Menangis, memakai barang yang sama dan…hanya jenis kelamin mereka saja yang berbeda. Akan tetapi dengan berbedanya jenis kelamin, bukan berarti mereka bisa menerobos batas yang Tuhan ciptakan.

Tuhan memang yang menciptakan cinta. Sebuah rasa ketertarikan kepada lawan jenis.

Tidak salah bukan? Yang salah adalah orang yang salah mengartikan cinta.

Tautan tangan mereka terlepas tepat setelah Hyuk Jae dan Ji Joon sampai di depan pintu rumah yang mereka tempati bersama dengan ke dua orangtua mereka tentunya.

“Akhirnya sampai juga, apa kau sudah siap, honey?”

Ji Joon mengangguk pasti. Tidak ada keraguan yang terlihat di kedua bola mata purnamanya itu. jika Ji Joon yakin, maka Hyuk Jae pun akan lebih yakin untuk…

—melepas Ji Joon bersama orang lain.

“Masuklah, honey. Jangan membuat pangeranmu menunggu terlalu lama.”

Ji Joon kembali mengangguk, perlahan jemari mereka terpisah. Tidak ada yang tersakiti disini, keduanya sama-sama bahagia. Dengan dunia baru yang akan mereka mulai, dan dengan orang baru dalam kehidupan mereka.

Di dalam sana, seorang pria tampan tengah menunggu Ji Joon. Pria bernama Kim Young Woon, seorang pengusaha muda yang akan menjadi pendamping hidup Ji Joon-nya kelak.

“Terima kasih banyak, Oppa. Hari ini adalah hari terindah seumur hidupku.”

Ji Joon mengecup lembut pipi kiri Hyuk Jae, sebuah kecupan perpisahan lebih tepatnya. Perlahan tubuh mungil gadis itu menjauh dari hadapannya. Hyuk Jae dapat melihat betapa bahagianya Ji Joon saat memeluk erat tubuh Kim Young Woon-nya itu.

Dan Hyuk Jae juga dapat mendengar celotehan manja Ji Joon pada calon suaminya tersebut. “Apa oppa membawa oleh-oleh untukku? Cepat berikan!” Dasar Ji Joon, selalu seperti itu.

Dan detik berikutnya seseorang kini mengapit lengan Hyuk Jae. Seorang wanita muda lebih tepatnya.

“Apakah kau hanya ingin menjadi penonton saja, baby. Tidak mau bergabung juga?”

CHU

Hyuk Jae mendaratkan satu kecupan manis di bibir wanita muda tersebut. “Apa kau mau menemaniku bergabung bersama mereka sayang?”

“Tentu! Ayo?”

Dan jika kalian berpikir bahwa Hyuk Jae akan menikmati sisa hidupnya dengan hati yang patah. Kalian salah besar. Sebab di sampingnya kini ada seseorang yang selalu setia memberinya bahu untuk bersandar. Menjadi teman berbagi suka dan duka, menjadi partner hebat dalam berhubungan “ini dan itu”, serta pelangi yang akan mewarnai kehidupan Hyuk Jae mulai saat ini.

—dialah Yoon Ji Hyun.

.
.

Seperti kata Hyuk Jae dan Ji Joon. Kenangan manis itu akan mereka simpan di kotak rahasia, dan jika suatu saat mereka merindukan satu sama lain, maka kotak rahasia itu akan mereka buka bersama-sama.


-FIN-

Bagaimana? Masih absurd? Ambigu atau bahkan aneh?
Silahkan tuangkan unek2 kalian di komentar, jangan lupa beri saya ciuman mesra ^^

No comments:

Post a Comment