Tittle : “ Dear, My Beloved Bestfriend –
Part 5 [Part End]“
Author : Sagari Lee & Shippa Kim
(SaShi)
Main Cast
·
Super Junior’s Yesung a.k.a Kim Jong
Woon
·
Super Junior’s Eunhyuk a.k.a Lee Hyuk
Jae
·
Sagari Nilamsari a.k.a Park Ji Joon
·
Shippa Kim a.k.a Jung Hyun Hoon
Genre : Romance / Friendship / AU
Length : Series
Rate : General
Poster FF : YeHyun Edited (menggunakan
Yesung, Eunhyuk dan Song Ah Ri (ulzzang) serta Do Hwe Ji (ulzzang) sebagai
visualisi Ji Joon dan Hyun Hoon)
Disclaimer : Story milik SaShi! YeHyuk
milik Tuhan YME, tapi Jong Woon dan Hyuk Jae milik kami (SaShi) *lol. Ide ini
murni kolaborasi dari otak kami berdua, iseng – iseng buat FF kolaborasi dan
alhasil jadi FF ini. semoga layak untuk dibaca dan jika terdapat kesamaan alur,
nama dan lain – lain ini murni bukan unsur kesengajaan. Don’t Like don’t Read!
Hargai karya seseorang jika ingin dihargai pula ^^
``Enjoy
for reading``
[[Preview]]
“Aku
melihat ada cinta diantara kalian, dari perhatian yang kau tunjukan untuk Ji
Joon dan dari caramu menatap JiJoon seperti tadi,” Hyun Hoon terkekeh, yeoja
cantik itu menyandarkan kepalanya dibahu Jong Woon.
“Aku
memang mencintai Ji Joon. Aku juga baru saja menyadarinya, keundae
nan…”
***
“Apa yang mengganggu fikiranmu? Jika
memang kau mencintainya, seharusnya kau mengatakannya, pabbo?” Jong Woon
memukul gemas kepala Hyuk Jae.
“Apakah bisa aku mengatakan
perasaanku padanya? Sementara hari kepergianku
pun tak bisa ditunda, Jong Woonie?!” Pekik Hyuk Jae membuat kedua sahabatnya
itu terdiam.
“Pergi? Yak…apa yang kau bicarakan ini? gurauanmu sama sekali tidak
lucu, Jae” Tanya Hyun Hoon pada namja yang kini menundukan wajahnya itu.
terlihat kini bahu Hyuk Jae bergetar, mereka sangat mengetahui namja dihadapan
mereka sekarang. Dari luar, Hyuk Jae memang terlihat begitu kuat. Namun, pada
kenyataannya namja bergummy smile itu bukanlah sekuat yang terlihat, dia
hanyalah namja rapuh yang kadang menutupi semua kerapuhannya dengan sikapnya
yang periang.
“Aku harus segera menyusul orang tuaku ke Amerika. Abeoji, beliau
dilarikan kerumah sakit tadi pagi. Jantung koroner yang diderita abeoji, beliau
koleps pada saat menghadiri rapat dan eomma, eomma memintaku untuk menyusulnya
ke Amerika. Arght.. apa yang
harus aku lakukan?” Hyuk Jae mengerang kesal. Berkali – kali ia nampak mengacak
rambutnya secara kasar, memukulkan kepalan tangannya pada meja.
“Pergilah
Hyuk Jae-ya, Eommamu pasti sangat membutuhkan dukunganmu disana. Beliau pasti
sangat khawatir dengan keadaan Appamu.” Hyun Hoon menggenggam tangan Hyuk Jae
memberinya kekuatan. Hyuk Jae masih saja menunduk, seakan berpikir keras.
“Mereka
hanya membutuhkanku saat hal buruk terjadi.. Aku tidak tahu, haruskah aku pergi
atau tidak.” keluhnya sangat pelan.
“Aku
pikir mereka sudah melupakanku, ternyata aku masih berguna untuk mereka” Hyuk Jae tersenyum sinis, membuat hati kedua
sahabatnya teriris.
“Jae-ya..
mereka juga orang tuamu. Mungkin selama ini mereka tidak terlalu melimpahimu
dengan perhatian yang kau harapkan. Tapi bukankah mereka selalu memastikan
kebutuhanmu tercukupi dengan baik dan kau selalu dalam keadaan yang baik
bukan?”
“Aku
tidak hanya membutuhkan uang, Joong Woon-ah” pungkasnya pendek. Beranjak kemabali mengisi gelasnya yang sudah kosong
dengan air dingin dan meneguknya cepat.
“Pergilah,
aku tidak ingin kau menyesal bila sesuatu terjadi pada Appamu. Dan ini adalah
sebuah kesempatan yang bagus agar kalian bisa menghabiskan waktu bersama dan
memperbaiki hubungan kalian” Jong Woon kembali berusaha meyakinkan Hyuk Jae.
Seburuk apapun hubungan Hyuk Jae dan kedua orangtuanya, Jong Woon tahu benar
namja itu merindukan kedua orangtuanya dan seringkali iri melihat kedekatannya
dengan kedua orangtuanya.
“Aku
tidak bisa, bagaimana dengan Ji Joon. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam
keadaan seperti ini, aku mencintainya aku tidak ingin lagi menyakitinya. Dan
aku sudah berjanji untuk menjawab pengakuannya setelah dia sembuh nanti.”
“Gwaenchanha,
aku dan Jong Woon akan menjaganya dengan baik. Dia pasti akan mengerti dengan
semuanya. Kau bisa mempercayakannya pada kami, Arrachi.”
Hyuk Jae
mengangguk, setelah beberapa saat Hyun Hoon dan Jong Woon meyakinkan namja yang
keras kepala itu dan akhirnya dia mengalah dan menuruti ucapan kedua
sahabatnya. Apa yang dikatakan sahabatnya memang benar, dia membutuhkan waktu
untuk memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tuanya.
“Geure,
aku akan berusaha mendapatkan tiket pesawat untuk malam ini. Berjanjilah padaku
untuk menjaganya” Hyuk Jae kembali duduk ditepian tempat tidur Ji Joon dan
membelai lembut pipi yeoja itu yang masih tampak pucat dan sedikit tirus.
“Arraseo
Jae-ya. Kau tidak percaya pada kami eoh?”
“Anniya,
aku percaya pada kalian. Dan jangan katakan apapun sampai dia sembuh.”
Jong Woon
dan Hyun Hoon mengangguk serempak. Hyuk Jae mengecup kening Ji Joon sejenak
sebelum akhirnya meninggalkan Ji Joon dan bersiap untuk pergi. Sementara Ji Joon
masih tertidur lelap dibuai dalam pelukan mimpinya.
***
“Jae-ya,
jaga dirimu baik-baik. Aku akan sangat merindukamu monyet nakal.” Hyun Hoon
memeluk Hyuk Jae erat saat namja itu akan benar-benar berangkat dengan pesawat
terakhir hari itu.
“Ne…jaga
Ji Joon untukku. Dan aku tidak tahu berapa lama aku akan berada disana, aku
juga tidak sempat mempersiapkan apapun. Aku mengandalkan kalian untuk mengurus
semuanya untukku.”
“Tentu
saja Jae-ya. Kau selalu bisa mengandalkan kami, sampaikan salam untuk kedua
orang tuamu. Dan hubungi kami begitu kau sampai disana”
“Arraseo,
aku pergi” Hyuk Jae melambaikan tangan meninggalkan rumah Ji Joon dan Hyun Hoon
yang menyimpan sangat banyak kenangan untuk persahabatan mereka berempat.
Ji Joon
terbangun keesokan harinya, tubuhnya terasa lebih baik. Mual yang dirasakannya
mulai berkurang dan tenaganya sudah sedikit kembali. Nafsu makannya juga
berangsur-angsur membaik. Hanya saja ada hal yang sangat mengganggunya.
Seharian itu dia tidak melihat Hyuk Jae berkeliaran disampingnya seperti
biasanya, bahkan kemarin namja itu masih menjaganya seharian penuh.
“Hoonie-ya,
bukankah ini sedikit aneh?”
“Mwo-ya?
apa yang aneh emm?” jawab Hyun Hoon masih sibuk memasukkan pakaian Ji Joon
kedalam lemari yeoja itu. Sedangkan Jong Woon berbaring disamping Ji Joon
membaca komiknya.
“Aku
tidak melihat Hyuk Jae seharian ini? Apakah dia sibuk dengan kuliahnya?”
Pertanyaan polos Ji Joon sontak membuat Jong Woon dan Hyun Hoon menghentikan
kegiatan yang sedang mereka lakukan dan saling berpandangan.
“Em,
ne dia sedang melakukan beberapa urusan.” jawab Hyun Hyun gugup. Ji Joon belum
sembuh benar untuk mendengar hal yang dikhawatirkan akan membuatnya kecewa dan
kembali sakit.
“Emm,
arraseo.” jawab Ji Joon, terdengar jelas rasa kecewa didalam suaranya.
“A..
kau merindukannya eoh?” cetus Jong Woon menggoda Ji Joon.
“Yakk..
kau ingin mangkuk ini melayang kearahmu eoh?” ancam Ji Joon pada Jong Woon yang
kemudian segera menyambar mangkuk ditangan Ji Joon dan mengamankannya.
***
Ji Joon menghirup
sebanyak-banyaknya oksigen kedalam paru-parunya. Dia kini berada di taman yang
berada tidak jauh dari rumahnya, wajahnya mulai berseri tidak lagi pucat.
Meskipun pipi chubbynya masih belum kembali sepenuhnya. Hari itu adalah hari
ke-4 sejak Hyuk Jae pergi ke Amerika. Jong Woon dan Hyun Hoon tidak lagi
mempunyai alasan untuk menyembunyikan keabsenan Hyuk Jae diantara mereka.
Mereka sudah kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan Ji Joon yang selalu
saja dilontarkannya menanyakan keberadaan Hyuk Jae. Akhirnya keduanya sepakat
untuk memberikan surat yang tergesa ditulis Hyuk Jae untuk Ji Joon sebelum dia
pergi. Seharusnya surat itu diberikan pada Ji Joon setelah yeoja itu
benar-benar sembuh tapi mereka tidak tega harus terus menyembunyikannya. Toh
mereka berpikir Ji Joon juga sudah membaik.
Untuk sahabatku Park JiJoon
Annyeong,! Apa kau tidur dengan baik? Sebenarnya aku
ingin melihatmu tertidur selama mungkin. Tapi aku harus pergi jadi aku tidak
bisa, aku hanya mencuri beberapa fotomu kkkkkk~
Ah, ya. Saat kau membaca ini mungkin aku sudah sampai
di kediaman orangtuaku dan sudah berada disana selama beberapa hari. (Aku
berharap kau cepat sembuh dan bisa segera membacanya. Aku melarangmu
mendapatkan surat ini sampai kau benar-benar sembuh :P)
Maafkan aku, harus pergi tanpa memberitahumu. Appaku
sakit dan aku harus menemani Eomma disini. Mereka hanya membutuhkanku disaat
seperti ini bukan? Aku tidak ingin pergi. Tapi JongWoon dan HyunHoon memaksaku
untuk pergi. Semoga saja hal bagus akan terjadi untuk hubunganku dan kedua
orangtuaku. FIGHTING
Aku berjanji untuk menjawab perasaanmu setelah kau
sembuh bukan? Aku yakin kau sudah sembuh saat membaca surat ini jadi aku akan
menjawabnya. Persiapkan mentalmu eoh, anak ayam jelek! ^^
AKU MENCINTAIMU, PARK JIJOON! Sangat, mencintaimu.
Aku sangat bodoh tidak menyadarinya sejak awal. Aku
menyakitimu dan mengabaikan perasaan dan perhatianmu padaku. Sekarang aku baru
merasakannya dan harus berpisah denganmu. Ini sangat menyebalkan.
Kau masih bersedia menunggukukan? Kau harus
menungguku, arra? Aku tidak akan mengampunimu jika kau bermain-main dengan
namja lain saat aku tidak ada!!!
Setelah semuanya membaik disini, aku akan
menghubungimu. Aku akan sangat sangat sangat merindukanmu. Aku mohon jangan
sakit dan tersenyumlah. Aku tersiksa melihatmu sakit dan bersedih.
Aku akan segera kembali, jadi tetaplah disana dan
tunggu aku kembali.
*Pesawatku akan segera terbang jadi aku akan
benar-benar pergi. AKU MENCINTAIMU
Sahabatmu (dan juga kekasihmu mulai detik ini)
LEE HYUKJAE
Entah
ini adalah kali keberapa Ji Joon membaca surat dari Hyuk Jae itu sejak beberapa
waktu lalu Hyun Hoon dan Jong Woon memberikannya padanya, rasanya melegakan dan
membahagiakan saat ternyata namja yang juga sahabatnya itu membalas
perasaannya. Ada juga rasa sedih menyelip disana karena keadaan yang
mengharuskan mereka berpisah, disaat mereka saling mencintai dan berani
mengungkapnya satu sama lain.
“Namja
pabbo, selalu saja menanggung bebanmu sendiri.” bisiknya lirih menengadah
memandang semburat jingga dilangit sore kota Seoul. Kemudian Ji Joon tersenyum.
“Kita
sama Jae-ya. Selalu berusaha menanggung beban kita sendiri..”
“Aku
akan menunggumu kembali, cepatlah kembali. Aku merindukanmu” bisik Ji Joon pada
angin yang membelai lembut rambut hitamnya, seakan angin akan menyampaikannya
pesannya pada Hyuk Jae.
***
Suasana
gaduh terjadi di kediaman Ji Joon dan Hyun Hoon, hampir 2 tahun kemudian sejak
kepergian Hyuk Jae menyusul kedua orangtuanya ke Amerika. Beberapa waktu
setelah sampai di sana ternyata keadaan Appa Hyuk Jae tidak memungkinkan untuk meneruskan
bisnisnya, dan Hyuk Jae sebagai anak satu-satunya harus menggantikan Appanya
untuk menjalankan bisnisnya. Dia mentransfer kuliahnya ke Amerika dan menetap
disana menunggu Appanya kembali pulih.
Hubunganya
dengan Ji Joon masih berjalan dengan baik, meski harus menjalani hubungan jarak
jauh. Dan hari ini adalah hari dimana Hyun Hoon dan Jong Woon akan menikah. Setahun
lalu Ji Joon dan Hyun Hoon telah lulus dari KyungHee University, kemudian
bekerja dibidang yang mereka sukai. Sementara Jong Woon setelah lulus dan
kembali dari Amsterdam, Belanda tanpa membuang waktu namja tampan itu langsung
melamar Hyun Hoon dan akhirnya mereka akan
berdiri dipelaminan hari ini.
“Joonie-ya..
Eotthe?” tanya Hyun Hoon setelah semuanya siap. Yeoja itu mengenakan gaun
pengantin berwarna putih tulang dengan model sederhana, namun sangat mewah
dikenakan yeoja bermata almond itu. Tidak mengherankan karena Hyun Hoon bekerja
disebuah majalah fashion. Pastilah fashion taste yeoja itu juga sangat bagus.
“Hoonie-ya,
kau sangat sangat sangat cantik. Rasanya air mataku akan menetes” Ji Joon
memeluk Hyun Hoon erat.
“Jeongmal?”
“Nde,
kau sangat cantik. Aku akan merindukanmu disini.” Hyun Hoon memandang ke setiap
sudut kamarnya. Sebagian besar barang-barangnya sudah berada didalam kardus,
siap untuk dikirim ke rumah barunya bersama Jong Woon.
“Aku
juga akan merindukanmu, datanglah kerumah kami kapan pun kau mau.”
“Bagaimana
aku bisa mengganggu kalian eoh?” Pipi Hyun Hoon seketika merona mendengan
ucapan Ji Joon.
“Ya..
kau!!”
“Hahaha,
kajja. Kita harus segera berangkat, Jong Woon pasti sudah tidak sabar untuk
membuatmu menjadi istinya.”
Ji Joon
dan Hyun Hoon sampai di hotel, dimana upacara pernikahan Hyun Hoon dan Jong Woon
akan segera dilaksanakan. Jong Woon bersama kedua orangtuanya, dan juga kedua
orangtua Ji Joon sudah bersiap disana sejak beberapa waktu lalu menyambut
tamu-tamu yang datang. Hyun Hoon tentu saja tidak diijinkan bertemu Jong Woon
sebelum upacara pernikahan dilakukan. Hyun Hoon ditemani Ji Joon duduk di ruang
yang sudah disediakan untuknya.
Hyun Hoon
sangat heran melihat Ji Joon yang tidak pernah bisa duduk dengan tenang.
Berkali-kali dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan
berjalan melintasi ruang tunggunya entah berapa puluh kali. Yeoja itu terlihat
sangat gelisah, Hyun Hoon adalah satu-satunya orang yang harus merasa gelisah
karena menanti upacara pernikahan yang akan segera dilaksanakan, tapi dalam hal
ini Ji Joon adalah orang yang paling terlihat khawatir disana.
“Ya,
Joonie! Berhentilah mondar-mandir seperti itu. Apa kau tidak lelah eoh?”
“Ah,
nde.” Ujar Ji Joon kali ini, dia sibuk memeriksa handphonenya.
“Aku
yang akan menikah, akulah yang harusnya merasa gelisah. Kenapa ini terasa
seperti kau adalah mempelainya?”
“Anniya,
Hyuk Jae bilang…dia akan datang dihari pernikahanmu, tapi sampai sekarang dia
tidak juga datang. Aku juga tidak bisa menghubunginya.” keluhnya duduk
disamping Hyun Hoon.
“Dia
pasti datang, dia tidak pernah tidak menepati janjinya. Ini adalah pertemuan
pertama kalian sejak hampir 2 tahun lalu emm?” Hyun Hoon menahan senyum
dibibirnya. Ji Joon mengangguk perlahan. Meskipun hampir setiap hari mereka
berbicara ditelepon, tentu saja rasanya akan berbeda saat bertemu secara
langsung.
“Hoonie-ya,
bagaimana gaunku? Apakah make up-ku
tidak terlihat berlebihan?” tanya Ji Joon terlihat gugup.
“Bagaimana
kalau dia tidak datang?” gumamnya meremas jemari tangannya yang terasa dingin.
Tawa
Hyun Hoon meledak, dia tidak sangup lagi menahan tawanya. Sangat jahat
mentertawakan sahabatnya sendiri yang sedang merasa sangat gelisah. Namun
ekspresi gelisah yeoja itu sangat lucu. Ji Joon memandang heran Hyun Hoon yang
tertawa tanpa tahu apa yang sedang ditertawakan sahabatnya itu.
“Hahaha,
mian Joonie-ya. Tapi ekspresimu sangat lucu” ujar Hyun Hoon setelah tawanya
reda.
“Yakkk..
kau!” Ji Joon siap mendaratkan cubitan supernya dilengan Hyun Hoon saat
seseorang mengetuk ruangan mereka.
Seseorang
datang, memberitahukan mereka untuk bersiap. Upacara pernikahan akan segera
dimulai dan Appa Hyun Hoon akan segera datang menjemput putrinya membawanya ke
altar dan menyerahkannya putri kesayangannya pada Jong Woon.
Kedua
yeoja itu segera bersiap. Hyun Hoon dengan buket bunga mawar berwarna putih,
pink dan kuning lembut berukuran besar. Sedangkan Ji Joon sebagai pengiring
pengantin wanita membawa buket bunga yang lebih kecil.
Hyun Hoon
menggandeng lengan Appanya yang siap membawanya menuju calon suaminya, dan Ji Joon
berdiri didepan mereka bersiap melangkah. Wajahnya terlihat sedikit sedih
menatap spot kosong disampingnya. Seharusnya Hyuk Jae berdiri disana sekarang,
seharusnya lengannya terkait erat dengan lengan Hyuk Jae sekarang.
“Kau
siap anakku?” Bisik appa Hyun Hoon lembut mengeratkan genggaman tangannya pada
tangan putrinya. Hyun Hoon mengangguk yakin. Kemudian Appa Hyun Hoon berbisik
pada Ji Joon yang tepat berada didepannya.
“Ayo,
sayang. Kau bisa mulai berjalan” Ji Joon menoleh, mengangguk namun hatinya
seakan ingin berteriak “tunggu sebentar”. Ji Joon melangkahkan kaki kanannya
yang dibalut highhells berwarna hitam, saat seseorang menarik tangan kanannya
dan melingkarkannya pada lengan tangannya kemudian menggenggamnya erat. Hyun Hoon
dan Ji Joon sama terkejutnya. Hyuk Jae datang pada detik-detik terakhir sebelum
pernikahan Hyun Hoon dan Jong Woon dimulai.
“Apa
yang kau tunggu, agasshi? Pendamping yang kau tunggu sudah datang” Bisik Hyuk Jae
ditelinga Ji Joon yang masih memandang Hyuk Jae tanpa berkedip. Air matanya
hampir saja jatuh karena perasaan bahagia dan lega yang dirasakan yeoja itu.
Ji Joon
kemudian tersenyum dan berjalan mengantarkan sahabatnya menuju altar
pernikahannya.
***
“Gomawo
Jae-ya. Kau datang, aku sudah bersiap untuk menyeretmu pulang kalau kau tidak
datang hari ini” Ujar Jong Woon menjabat erat tangan Hyuk Jae dan memeluknya.
“Aku
tidak akan mengambil resiko dengan tidak datang, aku takut pada mempelaimu ini
Jong Woon-ah.” Hyuk Jae beralih memeluk Hyun Hoon.
“Kau
sangat cantik Nyonya Kim Jong Woon” bisiknya ditelinga Hyun Hoon sembari
mengecup pipinya sekilas.
“Gomapta,
monyet jelek. Aku sangat merindukanmu, arra?” Hyun Hoon memukul gemas kepala
Hyuk Jae puas-puas.
“Apa
aku datang hanya untuk dipukul, eoh?” Hyuk Jae mengusap kepalanya yang mendapat
pukulan dari Hyun Hoon.
“Palli,
cari Ji Joon. Dia sangat merindukanmu, mungkin beberapa hari ini dia tidak
tidur karena gelisah dengan pertemuan pertama kalian.”
Hyun Hoon
mendorong Hyuk Jae pelan menjauhinya sambil tersenyum. Hari itu dia telah resmi
menjadi istri “Kim Jong Woon” sahabatnya, pacar terbaiknya dan sekarang menjadi
suaminya. Dalam hati berharap Ji Joon dan Hyuk Jae juga akan segera merasakan
kebahagian seperti dirinya dan Jong Woon.
Ji Joon
duduk dibalkon, menjauh dari keramaian. Sengaja dia juga meninggalkan Hyuk Jae
segara setelah upacara selesai. Namja itu selalu saja melakukan hal yang
diinginkannya. Datang dimenit-menit terakhir dan membuatnya sangat khawatir
sepanjang hari.
“Kau
tidak merindukanku sayang?” panggil Hyuk Jae berdiri bersandar dipintu balkon
menghadap Ji Joon yang sedang berusaha menghapus airmatanya.
“Pabbo!” Ujar Ji Joon yang kemudian berdiri menghadap Hyuk Jae, dibandingkan
tatapan penuh cinta yeoja itu nampak begitu kesal. Sangat terlihat dari tatapan matanya sekarang.
Ji Joon menatap Hyuk Jae kesal,
perlahan yeoja cantik itu mendekati Hyuk Jae yang masih tersenyum menatap Ji Joon tanpa kehilangan satu pun kedipan matanya.
“Takk” Ji Joon memukul kepala Hyuk Jae
dengan jemari tangannya. Hyuk Jae tidak pernah
tahu, mengapa tangan lembut seorang wanita akan berubah sangat menyakitkan saat
memukulnya.
“Yak…mengapa kau memukulku, Joonie?”
Lagi – lagi Ji Joon memukul kepala Hyuk Jae tanpa menjawab ucapan Hyuk Jae
padanya. Hyuk Jae ternganga dengan perlakuan Ji Joon
padanya. Dia berpikir yeoja itu akan memeluknya dan tidak akan melepaskannya
lagi, namun dia salah. Yeoja itu, kekasihnya memukulnya. Bahkan 2 kali tanpa
menjelaskan apapun.
“Pabbo! Apa itu lucu eoh? Membuatku selalu saja khawatir tentangmu! Aku hampir mati
karena gelisah kau tahu??” Ji Joon menaikkan 1 oktaf nada suaranya.
“Mian…” Hanya itu yang diucapkan
Hyuk Jae pada Ji Joon. Perlahan Hyuk Jae mengusap lembut rambut Ji Joon yang tergerai indah.
“Kau
datang?” pertanyaan terbodoh yang sangat disesali Ji Joon.
“Tentu
saja, aku berada disini sekarang.” Jawab Hyuk Jae memamerkan gummy smilenya.
Beberapa detik kemudian Hyuk Jae dan Ji Joon masih terdiam dan hanya saling
menatap satu sama lain.
“Bolehkah
aku mengatakannya sekarang?” Tanya Hyuk Jae perlahan mendekati Ji Joon.
“Apa?”
Tanya Ji Joon heran. Dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dikatakan Hyuk Jae
padanya. Pikirannya terasa kosong, Hyuk Jae benar-benar menguras semua
konsentrasinya. Bahagia, hanya itu yang dirasakannya.
“Saranghae,” Ujar Hyuk Jae. Akhirnya dia mengucapakan kata yang sangat ingin
diucapkannya pada Ji Joon secara langsung sejak 2 tahun yang lalu.
“Mwo?” Ji Joon berkata gugup.
“Apakah bisa kau ulangi sekali lagi?”
“Saranghae Park Ji Joon-sshi. Yeoja bodoh yang selama ini begitu
mencintaiku, yang diam – diam begitu memerhatikanku dengan sangat baik, berada
disampingku walaupun aku selalu menyakitimu,” Ji Joon tersenyum, ia hanya
terdiam dan tak tahu harus mengatakan apa untuk mengungkapkan kebahagiaannya
saat ini. Jika saja ada sesuatu yang bisa mewakili kebahagiaannya saat ini,
mungkin ia akan melakukannya sekarang.
“Gomawo, Joonie. Kau masih disini menungguku..” Hyuk Jae menarik tubuh mungil Ji Joon
kedalam pelukannya. Sementara Ji Joon hanya membalas pelukan Hyuk Jae lembut,
menepuk – nepuk lembut bahu namja tampan yang kini memeluknya itu.
“Kau meragukanku, eoh? Apakah
penantianku selama ini masih belum cukup?” Ji Joon mencubit gemas hidung
runcing milik namja yang kini resmi menjadi kekasihnya itu.
“Arra,” Hyuk Jae kembali memeluk tubuh Ji Joon erat, bersandar dilekukan leher milik kekasihnya itu. berkali – kali Ji Joon mendengar Hyuk Jae menghela nafasnya, pertanda jika namjanya itu masih belum merasa baik.
“Arra,” Hyuk Jae kembali memeluk tubuh Ji Joon erat, bersandar dilekukan leher milik kekasihnya itu. berkali – kali Ji Joon mendengar Hyuk Jae menghela nafasnya, pertanda jika namjanya itu masih belum merasa baik.
“Apa
yang masih kau pikirkan em?” tanya Ji Joon masih dalam pelukan Hyuk Jae.
Rasanya berada disana adalah sangat nyaman. Lebih nyaman dari tempat tidur
termahal didunia sekalipun.
“Em?”
“Apa?”
Tanya Ji Joon tidak paham.
“Aku
masih tidak tahu kapan aku kembali. Aku masih harus kembali ke Amerika setelah
urusanku selesai. Aku merasa ini tidak adil untukmu.” Keluh Hyuk Jae masih
betah berlama-lama bersandar dilekukan leher Ji Joon untuk memuaskan kerinduannya
pada yeoja itu.
“Mengapa
kau selalu menanggung semua bebanmu sendiri, eoh? Apakah aku, Hyun Hoon dan Jong Woon tak pernah bisa kau
percaya? Aku baik-baik saja disini, meskipun
akan sangat jauh lebih menyenangkan saat kau disisiku. Tapi aku akan mengerti
jika kau harus pergi.” Hyuk Jae menatap lekat wajah cantik Ji Joon yang sekarang sudah kembali chubby dan merona tidak seperti
terakhir kali saat dia meninggalkannya 2 tahun lalu. Mata bulatnya terlihat berkaca – kaca, namun Ji
Joon masih terus menahannya, menahan agar cairan bening itu tak terjatuh.
“Apa kau tidak mempercayaiku, Jae-ya?” Hyuk
Jae menggeleng, namja tampan itu lalu terkekeh menanggapi ucapan Ji Joon.
“Pergilah, saat ini ada hal lain yang lebih membutuhkan perhatianmu, sayangku.”
Hyuk Jae melepaskan pelukannya, ia meraih sepasang tangan mungil Ji Joon dan
menggenggamnya kuat.
“Aku tidak tahu kapan akan kembali, mungkin bisa 1 minggu, 1 bulan atau bahkan lebih lama lebih dari itu. Bersabarlah menungguku sedikit lebih lama emm, Joonie-ya?” Ji Joon mengangguk dan tersenyum.
“Tentu
saja, aku akan menunggumu. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja” Ji Joon
tersenyum manis. Hyuk Jae kembali memeluknya dan berbisik.
“Malam ini apakah aku boleh tidur
bersamamu, Joonie?” Ucap Hyuk Jae polos.
“Yak! Mau mati kau, eoh?” Ji Joon
mempererat pelukannya, yeoja itu bahkan tak menyisakan ruang udara untuk Hyuk Jae
bernafas dan membuat namja tampannya itu meronta – ronta. Tidak jauh dari tepat itu Hyun Hoon dan Jong Woon
tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
“Mereka tak pernah berubah,” Ucap
Jong Woon yang menoleh pada Hyun Hoon disampingnya. Tangannya kini melingkar
lembut dipundak Hyun Hoon, merasa ada yang kurang beres dengan namja yang telah resmi menjadi suaminya itu, Hyun
Hoon mencoba melepaskan tangan Jong Woon yang berada dipundaknya.
“Kau mau apa, eoh?” Tanya Hyun Hoon
yang hanya ditanggapi seringai evil dari Jong Woon.
“Apakah kau tak mau seperti mereka,
chagi?” Goda Jong Woon dan berhasil membuat pipi Hyun Hoon memerah.
“Yak..
banyak orang yang melihat kita Jong Woon-ah” ucap Hyun Hoon malu.
“Kau
sudah resmi menjadi istriku, biarkan saja orang melihat kita” Jong Woon
mengecup sekilas bibir istrinya dan menggenggam tangannya membawanya kembali
kepada para tamu yang bersiap mengucapkan selamat pada kedua pasangan itu.
_FIN_
Ahey….cuit…cuit…akhirnya
selesai juga, tamat euy…kekekekek
Bagaimana…endingnya
mudah-mudahan gak absurd ya -_-
Terima
kasih banyak sudah setia membaca, mengoreksi dan memberikan jempol kalian di FF
kita –saya dan sagari.
Maaf
jika agak molor publish ff nya, dikarenakan gegara saya yang sedang suka dan
terbuai menulis fanfict yang nista-nista belakangan ini. Maafkan saya T_T
Akhir
kata…terima kasih banyak dan sampai jumpa di fanfict kolaborasi kita yang
selanjutnya #kecupmesra :*
No comments:
Post a Comment