Saturday, September 7, 2013

FF Series - Dear, My Beloved Bestfriend Part 5 [Part End] - SaShi story line




Tittle : “ Dear, My Beloved Bestfriend – Part 5 [Part End]“

Author : Sagari Lee & Shippa Kim (SaShi)

Main Cast
·         Super Junior’s Yesung a.k.a Kim Jong Woon
·         Super Junior’s Eunhyuk a.k.a Lee Hyuk Jae
·         Sagari Nilamsari a.k.a Park Ji Joon
·         Shippa Kim a.k.a Jung Hyun Hoon

Genre : Romance / Friendship / AU

Length : Series

Rate : General

Poster FF : YeHyun Edited (menggunakan Yesung, Eunhyuk dan Song Ah Ri (ulzzang) serta Do Hwe Ji (ulzzang) sebagai visualisi Ji Joon dan Hyun Hoon)

Disclaimer : Story milik SaShi! YeHyuk milik Tuhan YME, tapi Jong Woon dan Hyuk Jae milik kami (SaShi) *lol. Ide ini murni kolaborasi dari otak kami berdua, iseng – iseng buat FF kolaborasi dan alhasil jadi FF ini. semoga layak untuk dibaca dan jika terdapat kesamaan alur, nama dan lain – lain ini murni bukan unsur kesengajaan. Don’t Like don’t Read! Hargai karya seseorang jika ingin dihargai pula ^^



``Enjoy for reading``





[[Preview]]



            “Aku melihat ada cinta diantara kalian, dari perhatian yang kau tunjukan untuk Ji Joon dan dari caramu menatap JiJoon seperti tadi,” Hyun Hoon terkekeh, yeoja cantik itu menyandarkan kepalanya dibahu Jong Woon.

            “Aku memang mencintai Ji Joon. Aku juga baru saja menyadarinya, keundae nan…”



***



            “Apa yang mengganggu fikiranmu? Jika memang kau mencintainya, seharusnya kau mengatakannya, pabbo?” Jong Woon memukul gemas kepala Hyuk Jae.

            “Apakah bisa aku mengatakan perasaanku padanya? Sementara hari kepergianku pun tak bisa ditunda, Jong Woonie?!” Pekik Hyuk Jae membuat kedua sahabatnya itu  terdiam.

            Pergi? Yak…apa yang kau bicarakan ini? gurauanmu sama sekali tidak lucu, Jae” Tanya Hyun Hoon pada namja yang kini menundukan wajahnya itu. terlihat kini bahu Hyuk Jae bergetar, mereka sangat mengetahui namja dihadapan mereka sekarang. Dari luar, Hyuk Jae memang terlihat begitu kuat. Namun, pada kenyataannya namja bergummy smile itu bukanlah sekuat yang terlihat, dia hanyalah namja rapuh yang kadang menutupi semua kerapuhannya dengan sikapnya yang periang.

            Aku  harus segera menyusul orang tuaku ke Amerika. Abeoji, beliau dilarikan kerumah sakit tadi pagi. Jantung koroner yang diderita abeoji, beliau koleps pada saat menghadiri rapat dan eomma, eomma memintaku untuk menyusulnya ke Amerika. Arght.. apa yang harus aku lakukan?” Hyuk Jae mengerang kesal. Berkali – kali ia nampak mengacak rambutnya secara kasar, memukulkan kepalan tangannya pada meja.

            “Pergilah Hyuk Jae-ya, Eommamu pasti sangat membutuhkan dukunganmu disana. Beliau pasti sangat khawatir dengan keadaan Appamu.” Hyun Hoon menggenggam tangan Hyuk Jae memberinya kekuatan. Hyuk Jae masih saja menunduk, seakan berpikir keras.

            “Mereka hanya membutuhkanku saat hal buruk terjadi.. Aku tidak tahu, haruskah aku pergi atau tidak.” keluhnya sangat pelan.

            “Aku pikir mereka sudah melupakanku, ternyata aku masih berguna untuk mereka” Hyuk  Jae tersenyum sinis, membuat hati kedua sahabatnya teriris.

            “Jae-ya.. mereka juga orang tuamu. Mungkin selama ini mereka tidak terlalu melimpahimu dengan perhatian yang kau harapkan. Tapi bukankah mereka selalu memastikan kebutuhanmu tercukupi dengan baik dan kau selalu dalam keadaan yang baik bukan?”

            “Aku tidak hanya membutuhkan uang, Joong Woon-ah” pungkasnya pendek. Beranjak  kemabali mengisi gelasnya yang sudah kosong dengan  air dingin dan meneguknya cepat.

            “Pergilah, aku tidak ingin kau menyesal bila sesuatu terjadi pada Appamu. Dan ini adalah sebuah kesempatan yang bagus agar kalian bisa menghabiskan waktu bersama dan memperbaiki hubungan kalian” Jong Woon kembali berusaha meyakinkan Hyuk Jae. Seburuk apapun hubungan Hyuk Jae dan kedua orangtuanya, Jong Woon tahu benar namja itu merindukan kedua orangtuanya dan seringkali iri melihat kedekatannya dengan kedua orangtuanya.

            “Aku tidak bisa, bagaimana dengan Ji Joon. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan seperti ini, aku mencintainya aku tidak ingin lagi menyakitinya. Dan aku sudah berjanji untuk menjawab pengakuannya setelah dia sembuh nanti.”

            “Gwaenchanha, aku dan Jong Woon akan menjaganya dengan baik. Dia pasti akan mengerti dengan semuanya. Kau bisa mempercayakannya pada kami, Arrachi.”

            Hyuk Jae mengangguk, setelah beberapa saat Hyun Hoon dan Jong Woon meyakinkan namja yang keras kepala itu dan akhirnya dia mengalah dan menuruti ucapan kedua sahabatnya. Apa yang dikatakan sahabatnya memang benar, dia membutuhkan waktu untuk memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tuanya.

            “Geure, aku akan berusaha mendapatkan tiket pesawat untuk malam ini. Berjanjilah padaku untuk menjaganya” Hyuk Jae kembali duduk ditepian tempat tidur Ji Joon dan membelai lembut pipi yeoja itu yang masih tampak pucat dan sedikit tirus.

            “Arraseo Jae-ya. Kau tidak percaya pada kami eoh?”

            “Anniya, aku percaya pada kalian. Dan jangan katakan apapun sampai dia sembuh.”

            Jong Woon dan Hyun Hoon mengangguk serempak. Hyuk Jae mengecup kening Ji Joon sejenak sebelum akhirnya meninggalkan Ji Joon dan bersiap untuk pergi. Sementara Ji Joon masih tertidur lelap dibuai dalam pelukan mimpinya.



***


            “Jae-ya, jaga dirimu baik-baik. Aku akan sangat merindukamu monyet nakal.” Hyun Hoon memeluk Hyuk Jae erat saat namja itu akan benar-benar berangkat dengan pesawat terakhir hari itu.

            “Ne…jaga Ji Joon untukku. Dan aku tidak tahu berapa lama aku akan berada disana, aku juga tidak sempat mempersiapkan apapun. Aku mengandalkan kalian untuk mengurus semuanya untukku.”

            “Tentu saja Jae-ya. Kau selalu bisa mengandalkan kami, sampaikan salam untuk kedua orang tuamu. Dan hubungi kami begitu kau sampai disana”

            “Arraseo, aku pergi” Hyuk Jae melambaikan tangan meninggalkan rumah Ji Joon dan Hyun Hoon yang menyimpan sangat banyak kenangan untuk persahabatan mereka berempat.

            Ji Joon terbangun keesokan harinya, tubuhnya terasa lebih baik. Mual yang dirasakannya mulai berkurang dan tenaganya sudah sedikit kembali. Nafsu makannya juga berangsur-angsur membaik. Hanya saja ada hal yang sangat mengganggunya. Seharian itu dia tidak melihat Hyuk Jae berkeliaran disampingnya seperti biasanya, bahkan kemarin namja itu masih menjaganya seharian penuh.

            “Hoonie-ya, bukankah ini sedikit aneh?”

            “Mwo-ya? apa yang aneh emm?” jawab Hyun Hoon masih sibuk memasukkan pakaian Ji Joon kedalam lemari yeoja itu. Sedangkan Jong Woon berbaring disamping Ji Joon membaca komiknya.

            “Aku tidak melihat Hyuk Jae seharian ini? Apakah dia sibuk dengan kuliahnya?” Pertanyaan polos Ji Joon sontak membuat Jong Woon dan Hyun Hoon menghentikan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan saling berpandangan.

            “Em, ne dia sedang melakukan beberapa urusan.” jawab Hyun Hyun gugup. Ji Joon belum sembuh benar untuk mendengar hal yang dikhawatirkan akan membuatnya kecewa dan kembali sakit.

            “Emm, arraseo.” jawab Ji Joon, terdengar jelas rasa kecewa didalam suaranya.

            “A.. kau merindukannya eoh?” cetus Jong Woon menggoda Ji Joon.

            “Yakk.. kau ingin mangkuk ini melayang kearahmu eoh?” ancam Ji Joon pada Jong Woon yang kemudian segera menyambar mangkuk ditangan Ji Joon dan mengamankannya.


***


Ji Joon menghirup sebanyak-banyaknya oksigen kedalam paru-parunya. Dia kini berada di taman yang berada tidak jauh dari rumahnya, wajahnya mulai berseri tidak lagi pucat. Meskipun pipi chubbynya masih belum kembali sepenuhnya. Hari itu adalah hari ke-4 sejak Hyuk Jae pergi ke Amerika. Jong Woon dan Hyun Hoon tidak lagi mempunyai alasan untuk menyembunyikan keabsenan Hyuk Jae diantara mereka. Mereka sudah kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan Ji Joon yang selalu saja dilontarkannya menanyakan keberadaan Hyuk Jae. Akhirnya keduanya sepakat untuk memberikan surat yang tergesa ditulis Hyuk Jae untuk Ji Joon sebelum dia pergi. Seharusnya surat itu diberikan pada Ji Joon setelah yeoja itu benar-benar sembuh tapi mereka tidak tega harus terus menyembunyikannya. Toh mereka berpikir Ji Joon juga sudah membaik.

Untuk sahabatku Park JiJoon
Annyeong,! Apa kau tidur dengan baik? Sebenarnya aku ingin melihatmu tertidur selama mungkin. Tapi aku harus pergi jadi aku tidak bisa, aku hanya mencuri beberapa fotomu kkkkkk~
Ah, ya. Saat kau membaca ini mungkin aku sudah sampai di kediaman orangtuaku dan sudah berada disana selama beberapa hari. (Aku berharap kau cepat sembuh dan bisa segera membacanya. Aku melarangmu mendapatkan surat ini sampai kau benar-benar sembuh :P)
Maafkan aku, harus pergi tanpa memberitahumu. Appaku sakit dan aku harus menemani Eomma disini. Mereka hanya membutuhkanku disaat seperti ini bukan? Aku tidak ingin pergi. Tapi JongWoon dan HyunHoon memaksaku untuk pergi. Semoga saja hal bagus akan terjadi untuk hubunganku dan kedua orangtuaku. FIGHTING
Aku berjanji untuk menjawab perasaanmu setelah kau sembuh bukan? Aku yakin kau sudah sembuh saat membaca surat ini jadi aku akan menjawabnya. Persiapkan mentalmu eoh, anak ayam jelek! ^^
AKU MENCINTAIMU, PARK JIJOON! Sangat, mencintaimu.
Aku sangat bodoh tidak menyadarinya sejak awal. Aku menyakitimu dan mengabaikan perasaan dan perhatianmu padaku. Sekarang aku baru merasakannya dan harus berpisah denganmu. Ini sangat menyebalkan.
Kau masih bersedia menunggukukan? Kau harus menungguku, arra? Aku tidak akan mengampunimu jika kau bermain-main dengan namja lain saat aku tidak ada!!!
Setelah semuanya membaik disini, aku akan menghubungimu. Aku akan sangat sangat sangat merindukanmu. Aku mohon jangan sakit dan tersenyumlah. Aku tersiksa melihatmu sakit dan bersedih.
Aku akan segera kembali, jadi tetaplah disana dan tunggu aku kembali.
*Pesawatku akan segera terbang jadi aku akan benar-benar pergi. AKU MENCINTAIMU
Sahabatmu (dan juga kekasihmu mulai detik ini)
LEE HYUKJAE

            Entah ini adalah kali keberapa Ji Joon membaca surat dari Hyuk Jae itu sejak beberapa waktu lalu Hyun Hoon dan Jong Woon memberikannya padanya, rasanya melegakan dan membahagiakan saat ternyata namja yang juga sahabatnya itu membalas perasaannya. Ada juga rasa sedih menyelip disana karena keadaan yang mengharuskan mereka berpisah, disaat mereka saling mencintai dan berani mengungkapnya satu sama lain.

            “Namja pabbo, selalu saja menanggung bebanmu sendiri.” bisiknya lirih menengadah memandang semburat jingga dilangit sore kota Seoul. Kemudian Ji Joon tersenyum.

            “Kita sama Jae-ya. Selalu berusaha menanggung beban kita sendiri..”

            “Aku akan menunggumu kembali, cepatlah kembali. Aku merindukanmu” bisik Ji Joon pada angin yang membelai lembut rambut hitamnya, seakan angin akan menyampaikannya pesannya pada Hyuk Jae.



***


            Suasana gaduh terjadi di kediaman Ji Joon dan Hyun Hoon, hampir 2 tahun kemudian sejak kepergian Hyuk Jae menyusul kedua orangtuanya ke Amerika. Beberapa waktu setelah sampai di sana ternyata keadaan Appa Hyuk Jae tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnisnya, dan Hyuk Jae sebagai anak satu-satunya harus menggantikan Appanya untuk menjalankan bisnisnya. Dia mentransfer kuliahnya ke Amerika dan menetap disana menunggu Appanya kembali pulih.

            Hubunganya dengan Ji Joon masih berjalan dengan baik, meski harus menjalani hubungan jarak jauh. Dan hari ini adalah hari dimana Hyun Hoon dan Jong Woon akan menikah. Setahun lalu Ji Joon dan Hyun Hoon telah lulus dari KyungHee University, kemudian bekerja dibidang yang mereka sukai. Sementara Jong Woon setelah lulus dan kembali dari Amsterdam, Belanda tanpa membuang waktu namja tampan itu langsung melamar Hyun Hoon dan akhirnya  mereka akan berdiri dipelaminan hari ini.

            “Joonie-ya.. Eotthe?” tanya Hyun Hoon setelah semuanya siap. Yeoja itu mengenakan gaun pengantin berwarna putih tulang dengan model sederhana, namun sangat mewah dikenakan yeoja bermata almond itu. Tidak mengherankan karena Hyun Hoon bekerja disebuah majalah fashion. Pastilah fashion taste yeoja itu juga sangat bagus.

            “Hoonie-ya, kau sangat sangat sangat cantik. Rasanya air mataku akan menetes” Ji Joon memeluk Hyun Hoon erat.

            “Jeongmal?”

            “Nde, kau sangat cantik. Aku akan merindukanmu disini.” Hyun Hoon memandang ke setiap sudut kamarnya. Sebagian besar barang-barangnya sudah berada didalam kardus, siap untuk dikirim ke rumah barunya bersama Jong Woon.

            “Aku juga akan merindukanmu, datanglah kerumah kami kapan pun kau mau.”

            “Bagaimana aku bisa mengganggu kalian eoh?” Pipi Hyun Hoon seketika merona mendengan ucapan Ji Joon.

            “Ya.. kau!!”

            “Hahaha, kajja. Kita harus segera berangkat, Jong Woon pasti sudah tidak sabar untuk membuatmu menjadi istinya.”

            Ji Joon dan Hyun Hoon sampai di hotel, dimana upacara pernikahan Hyun Hoon dan Jong Woon akan segera dilaksanakan. Jong Woon bersama kedua orangtuanya, dan juga kedua orangtua Ji Joon sudah bersiap disana sejak beberapa waktu lalu menyambut tamu-tamu yang datang. Hyun Hoon tentu saja tidak diijinkan bertemu Jong Woon sebelum upacara pernikahan dilakukan. Hyun Hoon ditemani Ji Joon duduk di ruang yang sudah disediakan untuknya.

            Hyun Hoon sangat heran melihat Ji Joon yang tidak pernah bisa duduk dengan tenang. Berkali-kali dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan berjalan melintasi ruang tunggunya entah berapa puluh kali. Yeoja itu terlihat sangat gelisah, Hyun Hoon adalah satu-satunya orang yang harus merasa gelisah karena menanti upacara pernikahan yang akan segera dilaksanakan, tapi dalam hal ini Ji Joon adalah orang yang paling terlihat khawatir disana.

            “Ya, Joonie! Berhentilah mondar-mandir seperti itu. Apa kau tidak lelah eoh?”

            “Ah, nde.” Ujar Ji Joon kali ini, dia sibuk memeriksa handphonenya.

            “Aku yang akan menikah, akulah yang harusnya merasa gelisah. Kenapa ini terasa seperti kau adalah mempelainya?”

            “Anniya, Hyuk Jae bilang…dia akan datang dihari pernikahanmu, tapi sampai sekarang dia tidak juga datang. Aku juga tidak bisa menghubunginya.” keluhnya duduk disamping Hyun Hoon.

            “Dia pasti datang, dia tidak pernah tidak menepati janjinya. Ini adalah pertemuan pertama kalian sejak hampir 2 tahun lalu emm?” Hyun Hoon menahan senyum dibibirnya. Ji Joon mengangguk perlahan. Meskipun hampir setiap hari mereka berbicara ditelepon, tentu saja rasanya akan berbeda saat bertemu secara langsung.

            “Hoonie-ya, bagaimana gaunku?  Apakah make up-ku tidak terlihat berlebihan?” tanya Ji Joon terlihat gugup.

            “Bagaimana kalau dia tidak datang?” gumamnya meremas jemari tangannya yang terasa dingin.

            Tawa Hyun Hoon meledak, dia tidak sangup lagi menahan tawanya. Sangat jahat mentertawakan sahabatnya sendiri yang sedang merasa sangat gelisah. Namun ekspresi gelisah yeoja itu sangat lucu. Ji Joon memandang heran Hyun Hoon yang tertawa tanpa tahu apa yang sedang ditertawakan sahabatnya itu.

            “Hahaha, mian Joonie-ya. Tapi ekspresimu sangat lucu” ujar Hyun Hoon setelah tawanya reda.

            “Yakkk.. kau!” Ji Joon siap mendaratkan cubitan supernya dilengan Hyun Hoon saat seseorang mengetuk ruangan mereka.

            Seseorang datang, memberitahukan mereka untuk bersiap. Upacara pernikahan akan segera dimulai dan Appa Hyun Hoon akan segera datang menjemput putrinya membawanya ke altar dan menyerahkannya putri kesayangannya pada Jong Woon.

            Kedua yeoja itu segera bersiap. Hyun Hoon dengan buket bunga mawar berwarna putih, pink dan kuning lembut berukuran besar. Sedangkan Ji Joon sebagai pengiring pengantin wanita membawa buket bunga yang lebih kecil.

            Hyun Hoon menggandeng lengan Appanya yang siap membawanya menuju calon suaminya, dan Ji Joon berdiri didepan mereka bersiap melangkah. Wajahnya terlihat sedikit sedih menatap spot kosong disampingnya. Seharusnya Hyuk Jae berdiri disana sekarang, seharusnya lengannya terkait erat dengan lengan Hyuk Jae sekarang.

            “Kau siap anakku?” Bisik appa Hyun Hoon lembut mengeratkan genggaman tangannya pada tangan putrinya. Hyun Hoon mengangguk yakin. Kemudian Appa Hyun Hoon berbisik pada Ji Joon yang tepat berada didepannya.

            “Ayo, sayang. Kau bisa mulai berjalan” Ji Joon menoleh, mengangguk namun hatinya seakan ingin berteriak “tunggu sebentar”. Ji Joon melangkahkan kaki kanannya yang dibalut highhells berwarna hitam, saat seseorang menarik tangan kanannya dan melingkarkannya pada lengan tangannya kemudian menggenggamnya erat. Hyun Hoon dan Ji Joon sama terkejutnya. Hyuk Jae datang pada detik-detik terakhir sebelum pernikahan Hyun Hoon dan Jong Woon dimulai.

            “Apa yang kau tunggu, agasshi? Pendamping yang kau tunggu sudah datang” Bisik Hyuk Jae ditelinga Ji Joon yang masih memandang Hyuk Jae tanpa berkedip. Air matanya hampir saja jatuh karena perasaan bahagia dan lega yang dirasakan yeoja itu.

            Ji Joon kemudian tersenyum dan berjalan mengantarkan sahabatnya menuju altar pernikahannya.


***


            “Gomawo Jae-ya. Kau datang, aku sudah bersiap untuk menyeretmu pulang kalau kau tidak datang hari ini” Ujar Jong Woon menjabat erat tangan Hyuk Jae dan memeluknya.

            “Aku tidak akan mengambil resiko dengan tidak datang, aku takut pada mempelaimu ini Jong Woon-ah.” Hyuk Jae beralih memeluk Hyun Hoon.

            “Kau sangat cantik Nyonya Kim Jong Woon” bisiknya ditelinga Hyun Hoon sembari mengecup pipinya sekilas.

            “Gomapta, monyet jelek. Aku sangat merindukanmu, arra?” Hyun Hoon memukul gemas kepala Hyuk Jae puas-puas.

            “Apa aku datang hanya untuk dipukul, eoh?” Hyuk Jae mengusap kepalanya yang mendapat pukulan dari Hyun Hoon.

            “Palli, cari Ji Joon. Dia sangat merindukanmu, mungkin beberapa hari ini dia tidak tidur karena gelisah dengan pertemuan pertama kalian.”

Hyun Hoon mendorong Hyuk Jae pelan menjauhinya sambil tersenyum. Hari itu dia telah resmi menjadi istri “Kim Jong Woon” sahabatnya, pacar terbaiknya dan sekarang menjadi suaminya. Dalam hati berharap Ji Joon dan Hyuk Jae juga akan segera merasakan kebahagian seperti dirinya dan Jong Woon.

            Ji Joon duduk dibalkon, menjauh dari keramaian. Sengaja dia juga meninggalkan Hyuk Jae segara setelah upacara selesai. Namja itu selalu saja melakukan hal yang diinginkannya. Datang dimenit-menit terakhir dan membuatnya sangat khawatir sepanjang hari.

            “Kau tidak merindukanku sayang?” panggil Hyuk Jae berdiri bersandar dipintu balkon menghadap Ji Joon yang sedang berusaha menghapus airmatanya.

            “Pabbo!” Ujar Ji Joon yang kemudian berdiri menghadap Hyuk Jae, dibandingkan tatapan penuh cinta yeoja itu nampak begitu kesal. Sangat terlihat dari tatapan matanya sekarang.

            Ji Joon menatap Hyuk Jae kesal, perlahan yeoja cantik itu mendekati Hyuk Jae yang masih tersenyum menatap Ji Joon tanpa kehilangan satu pun kedipan matanya.

            “Takk” Ji Joon memukul kepala Hyuk Jae dengan jemari tangannya. Hyuk Jae tidak pernah tahu, mengapa tangan lembut seorang wanita akan berubah sangat menyakitkan saat memukulnya.

            “Yak…mengapa kau memukulku, Joonie?” Lagi – lagi Ji Joon memukul kepala Hyuk Jae tanpa menjawab ucapan Hyuk Jae padanya. Hyuk Jae ternganga dengan perlakuan Ji Joon padanya. Dia berpikir yeoja itu akan memeluknya dan tidak akan melepaskannya lagi, namun dia salah. Yeoja itu, kekasihnya memukulnya. Bahkan 2 kali tanpa menjelaskan apapun.

            “Pabbo! Apa itu lucu eoh? Membuatku selalu saja khawatir tentangmu! Aku hampir mati karena gelisah kau tahu??” Ji Joon menaikkan 1 oktaf nada suaranya.

            “Mian…” Hanya itu yang diucapkan Hyuk Jae pada Ji Joon. Perlahan Hyuk Jae mengusap lembut rambut Ji Joon yang tergerai indah.

            “Kau datang?” pertanyaan terbodoh yang sangat disesali Ji Joon.

            “Tentu saja, aku berada disini sekarang.” Jawab Hyuk Jae memamerkan gummy smilenya. Beberapa detik kemudian Hyuk Jae dan Ji Joon masih terdiam  dan hanya saling menatap satu sama lain.

            “Bolehkah aku mengatakannya sekarang?” Tanya Hyuk Jae perlahan mendekati Ji Joon.

            “Apa?” Tanya Ji Joon heran. Dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dikatakan Hyuk Jae padanya. Pikirannya terasa kosong, Hyuk Jae benar-benar menguras semua konsentrasinya. Bahagia, hanya itu yang dirasakannya.

            “Saranghae,” Ujar Hyuk Jae. Akhirnya dia mengucapakan kata yang sangat ingin diucapkannya pada Ji Joon secara langsung sejak 2 tahun yang lalu.

            “Mwo?” Ji Joon berkata gugup. “Apakah bisa kau ulangi sekali lagi?” 

            “Saranghae Park Ji Joon-sshi. Yeoja bodoh yang selama ini begitu mencintaiku, yang diam – diam begitu memerhatikanku dengan sangat baik, berada disampingku walaupun aku selalu menyakitimu,” Ji Joon tersenyum, ia hanya terdiam dan tak tahu harus mengatakan apa untuk mengungkapkan kebahagiaannya saat ini. Jika saja ada sesuatu yang bisa mewakili kebahagiaannya saat ini, mungkin ia akan melakukannya sekarang.

            “Gomawo, Joonie. Kau masih disini menungguku.. Hyuk Jae menarik tubuh mungil Ji Joon kedalam pelukannya. Sementara Ji Joon hanya membalas pelukan Hyuk Jae lembut, menepuk – nepuk lembut bahu namja tampan yang kini memeluknya itu.

            “Kau meragukanku, eoh? Apakah penantianku selama ini masih belum cukup?” Ji Joon mencubit gemas hidung runcing milik namja yang kini resmi menjadi kekasihnya itu.
“Arra,”  Hyuk Jae kembali memeluk tubuh Ji Joon erat, bersandar dilekukan leher milik kekasihnya itu. berkali – kali Ji Joon mendengar Hyuk Jae menghela nafasnya, pertanda jika namjanya itu masih belum merasa baik.

            “Apa yang masih kau pikirkan em?” tanya Ji Joon masih dalam pelukan Hyuk Jae. Rasanya berada disana adalah sangat nyaman. Lebih nyaman dari tempat tidur termahal didunia sekalipun.

            “Em?”

            “Apa?” Tanya Ji Joon tidak paham.

            “Aku masih tidak tahu kapan aku kembali. Aku masih harus kembali ke Amerika setelah urusanku selesai. Aku merasa ini tidak adil untukmu.” Keluh Hyuk Jae masih betah berlama-lama bersandar dilekukan leher Ji Joon untuk memuaskan kerinduannya pada yeoja itu.

            Mengapa kau selalu menanggung semua bebanmu sendiri, eoh? Apakah aku, Hyun  Hoon dan Jong Woon tak pernah bisa kau percaya? Aku baik-baik saja disini, meskipun akan sangat jauh lebih menyenangkan saat kau disisiku. Tapi aku akan mengerti jika kau harus pergi.” Hyuk Jae menatap lekat wajah cantik Ji Joon yang sekarang sudah kembali chubby dan merona tidak seperti terakhir kali saat dia meninggalkannya 2 tahun lalu. Mata bulatnya terlihat berkaca – kaca, namun Ji Joon masih terus menahannya, menahan agar cairan bening itu tak terjatuh.

            “Apa kau tidak mempercayaiku, Jae-ya?” Hyuk Jae menggeleng, namja tampan itu lalu terkekeh menanggapi ucapan Ji Joon.

            “Pergilah, saat ini ada hal lain yang lebih membutuhkan perhatianmu, sayangku.” Hyuk Jae melepaskan pelukannya, ia meraih sepasang tangan mungil Ji Joon dan menggenggamnya kuat.

            “Aku tidak tahu kapan akan kembali, mungkin bisa 1 minggu, 1 bulan atau bahkan lebih lama lebih dari itu. Bersabarlah menungguku sedikit lebih lama emm, Joonie-ya?” Ji Joon mengangguk dan tersenyum.

            “Tentu saja, aku akan menunggumu. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja” Ji Joon tersenyum manis. Hyuk Jae kembali memeluknya dan berbisik.

            “Malam ini apakah aku boleh tidur bersamamu, Joonie?” Ucap Hyuk Jae polos.

            “Yak! Mau mati kau, eoh?” Ji Joon mempererat pelukannya, yeoja itu bahkan tak menyisakan ruang udara untuk Hyuk Jae bernafas dan membuat namja tampannya itu meronta – ronta. Tidak jauh dari tepat itu Hyun Hoon dan Jong Woon tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

            “Mereka tak pernah berubah,” Ucap Jong Woon yang menoleh pada Hyun Hoon disampingnya. Tangannya kini melingkar lembut dipundak Hyun Hoon, merasa ada yang kurang beres dengan namja yang telah resmi menjadi suaminya itu, Hyun Hoon mencoba melepaskan tangan Jong Woon yang berada dipundaknya.

            “Kau mau apa, eoh?” Tanya Hyun Hoon yang hanya ditanggapi seringai evil dari Jong Woon.

            “Apakah kau tak mau seperti mereka, chagi?” Goda Jong Woon dan berhasil membuat pipi Hyun Hoon memerah.

            “Yak.. banyak orang yang melihat kita Jong Woon-ah” ucap Hyun Hoon malu.

            “Kau sudah resmi menjadi istriku, biarkan saja orang melihat kita” Jong Woon mengecup sekilas bibir istrinya dan menggenggam tangannya membawanya kembali kepada para tamu yang bersiap mengucapkan selamat pada kedua pasangan itu.

           
_FIN_

Ahey….cuit…cuit…akhirnya selesai juga, tamat euy…kekekekek
Bagaimana…endingnya mudah-mudahan gak absurd ya -_-
Terima kasih banyak sudah setia membaca, mengoreksi dan memberikan jempol kalian di FF kita –saya dan sagari.
Maaf jika agak molor publish ff nya, dikarenakan gegara saya yang sedang suka dan terbuai menulis fanfict yang nista-nista belakangan ini. Maafkan saya T_T
Akhir kata…terima kasih banyak dan sampai jumpa di fanfict kolaborasi kita yang selanjutnya #kecupmesra :*

No comments:

Post a Comment