Tittle
: “Betrayal || special Yesung’s
Birthday”
Author
: Shippa Kim
Main
Cast
·
Kim Jong Woon
·
Jung Hyun Hoon
·
Lee Hyuk Jae
·
Park Ji Joon
·
Cho Kyu Hyun
·
Kim Hyun Kyo
·
Lee Dong Hae
·
Park Young Ah
·
Lee Sung Min
·
Kim Hye Yoo
Pairing
: YeHyun || YeYoung
Genre
: Hurt/Romance/Friendship/Angst (tentukan sendiri deh genrenya, saya bingung)
Length
: Oneshoot
Rated
: PG-15
Disclaimer
: semua cast milik Tuhan, keluarga dan diri mereka sendiri. Cerita punya saya,
ini murni hasil jerih payah otak saya yang payah. Tidak menyadur cerita dari
manapun, ide terlintas begitu saja :D
A/N
: hey…hey…istri Yesungie yang hari ini lakinya ultah, termasuk saya
neh…hehehehehe. Spesial Yesung’s B’day saya hadiahkan FF yang mudah-mudahan
layak untuk dibaca ya. Ini FF tercetus lantaran saya bingung mau ngasih apa
buat suami tercinta saya Yesungie -_- jadi daripada dicerai langsung talak 3,
mending saya buatkan aja FF khusus buat ELF terutama yang mengaku dirinya istri
simpenan laki saya *ditabok berjamaah. Maaf kalo nanti ceritanya agak
membingungkan :( ayok ah…sok RCL ya! Jangan todong saya pake cacian, hinaan
apalagi ejekan -_- saya hanya menerima Kritik dan Saran saja ah, yang bisa
memotivasi diri saya untuk terus dan terus menulis lebih baik lagi.
[[Betrayal-Shippa Kim story line]]
Silahkan membaca FF nya, setelah
ini mari cium saya secara berjamaah…ekekekekke
RCL ya, saya tunggu :*
***
Eun Hyuk berkata jika YoungHae
adalah pasangan yang kekanak-kanakan…
Sung Min berkata kalau dirinya lah
dan Hye Yoo pasangan paling kekanak-kanakan…
Tapi lain halnya menurut Dong Hae,
jika pasangan YeHyun, JoonHyuk dan KyoKyu yang paling kekanak-kanakan…
Namun
semua itu bukanlah sebuah masalah, mereka semua bersahabat, sama sekali tidak
pernah mempermasalahkan hal itu. Semua orang, setiap pasangan memiliki jangka
waktu yang berbeda untuk menjadikan dirinya dewasa. Bukan hanya faktor fisik
atau usia yang menjadi patokan dari sebuah kedewasaan. Melainkan dalam masalah
keyakinan dan kesungguhan hatilah yang sepertinya berpengaruh.
Sebenarnya
Hyun Hoon tidak begitu memahaminya, selama ia hidup ia melakukan dengan caranya
sendiri, dengan menuruti kata hatinya sendiri.
Begitu
pun ketika ia memutuskan menjalin hubungan dengan Yesung. Pria tampan yang
mempunyai suara menawan, pemilik senyum yang membuatnya semakin terlihat tampan
dan mempesona, mempunyai segudang bakat terpendam dan memiliki kemampuan lebih jika
dibandingkan dengan dirinya.
Dimata
Hyun Hoon sosok Yesung adalah pria paling sempurna, menjadikan sosok Yesung
sebagai panutan dan tujuan hidup adalah pilihannya. Yesung adalah orang yang
mampu memacu keinginan hatinya agar lebih baik, seorang pria yang menjadi
alasan mengapa semangat Hyun Hoon tak pernah surut.
Hyun
Hoon sangat mencintai Yesung…
Sepenuh
hatinya, segalanya…
Dan
sampai saat Yesung…
“Kita
bisa merahasiakan ini dari Hyun Hoon.”
“Tapi
aku tidak bisa melukai perasaannya, Oppa!”
“Lalu
bagaimana denganku? Apa kau tega melihatku terluka…Young Ah?”
Yesung
mengatakan itu semua pada Young Ah dengan penuh perasaan, sama seperti halnya
ia mengatakan itu pada Hyun Hoon.
Young
Ah dan Yesung…mereka berciuman mesra.
˚
˚
˚
˚
˚
Hyun
Hoon masih terpaku ditempatnya, menyaksikan kejadian yang begitu menyayat hati
dan perasaannya. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya hingga kuku jarinya
memucat sempurna. Tubuhnya gemetar, dan gemeratak giginya begitu terdengar
ngilu. Ia memukul kuat dadanya, dan mungkin jika ia terus melakukan hal itu
bisa saja Hyun Hoon memuntahkan darah kental dari mulutnya.
Kedua
mata almond nya seperti terbakar, dan bulir bening nan suci itu pun perlahan
turun membasahi pipinya.
“Ye-Yesung…”
***
Hubungan
gelap antara Yesung dan Young Ah mulai tersebar. Dimulai dengan Hye Yoo yang
menceritakan masalah ini pada Sung Min. Pada saat itu Hye Yoo, Ji Joon dan Hyun
Hoon tengah bersama-sama, bermaksud ingin meminjam buku diperpustakaan, namun
kenyataan yang dilihat adalah kemesraan Yesung dan Young Ah. Begitu pula dengan Ji Joon yang langsung
menceritakan hal ini pada kekasihnya Eun Hyuk.
Ke
5 pasangan ini memang bersahabat sejak mereka masuk ke Universitas yang sama
dan tinggal diasrama yang berdampingan. Maka tak heran jika ke 5 pasangan ini
memang dekat satu sama lain, bahkan mereka tidak pernah menaruh curiga satu sama
lain. Apalagi yang terlihat sebelumnya memang Yesung, Young Ah dan Hyun Hoon
adalah sahabat sejak mereka sama-sama duduk dibangku Senior High School.
“Dimana
Hyun Hoon?” Tanya Ji Joon pada Hye Yoo setibanya mereka di kantin universitas.
Hye
Yoo menggeleng lembut “Entahlah Eonnie. Mungkin seperti biasa, Hyun Hoon eonnie
menghabiskan waktunya di rooftop.”
“Apa
sebaiknya aku hubungi saja dia?”
“Biarkan
dia menenangkan diri, eonnie.” Cegah Hye Yoo sebelum Ji Joon mengeluarkan
ponselnya dari dalam saku sweater yang ia kenakan. “Aku rasa Hyun Hoon eonnie
sedang butuh waktu untuk sendiri, hatinya masih terguncang. Sebaiknya kita
jangan ganggu dia dulu, eonnie.”
Ji
Joon memandang wajah Hye Yoo yang diliputi kecemasan mendalam. Sejenak keduanya
saling bertukar pandang, hingga keberadaan Young Ah dan Yesung lah yang menarik
perhatian mereka. Pria berwajah tampan itu sepertinya tengah membicarakan hal
yang serius dengan Young Ah, entah apa yang keduanya bicarakan…Ji Joon dan Hye
Yoo tak mampu menangkap arah pembicaraan mereka berdua.
***
Tidak
banyak perubahan yang terlihat, semua masih berjalan sewajarnya. Seolah
pengkhianatan Yesung bukanlah suatu perkara besar dan masih dalam tahap bisa
dibilang cukup normal. Tidak ada yang memutuskan mereka akan berpihak pada
siapa…dan tidak ada pula yang berniat menghujat atau bahkan menyalahkan salah
satu pihak disini, walau pada kenyataannya Hyun Hoon lah yang paling menderita
karena pengkhianatan Yesung.
Mereka
memilih diam…dan memutuskan untuk percaya pada Hyun Hoon, Yesung dan Young Ah
tentang keputusan akhir yang baiknya seperti apa.
Mungkin
mereka berpikir, semakin banyak campur tangan, maka akan semakin rumit untuk
segera diselesaikan.
“Hoonie,”
Ucap pemilik suara khas dari seseorang yang kini memanggil Hyun Hoon.
Gadis
manis itu menolehkan pandangannya, menghadapkan iris hitam pekatnya pada pria
tampan yang kini berjalan perlahan kearahnya. Entah mengapa, meskipun indera
pendengarannya sudah ia tutupi dengan sepasang earphone, tapi tetap saja suara
pria tampan itu mampu mengusiknya.
“Dong
Hae oppa…ada apa?” Hyun Hoon tersenyum simpul, lalu melepaskan earphone dari
telinganya.
Dong
Hae membalas senyum simpul Hyun Hoon, dan berjalan mensejajarkan dirinya dengan
Hyun Hoon.
“Bagaimana
keadaanmu, Hoonie?”
“Seperti
yang terlihat oppa, lumayan baik walau belum sepenuhnya membaik.”
Dong
Hae hanya mengangguk paham. Kali ini pria tampan itu melangkahkan kakinya
mendekati pagar pembatas rooftop dan mengedarkan pandangannya menatap
pemandangan gedung-gedung tinggi pencakar langit, dan pemandangan kota Seoul
dibawah sana.
Angin
musim semi yang berhembus lembut, seolah menuntun Hyun Hoon untuk mengikuti apa
yang dilakukan Dong Hae.
Keduanya
kini hanya berdiri berdampingan dan saling diam, sambil sesekali menghembuskan
helaan nafas mereka masing-masing yang terdengar begitu berat.
Hyun
Hoon sesekali tersenyum, ia cukup bahagia mendapatkan empati yang berlebih dari
para sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya itu. Hye Yoo dan Sung
Min bahkan banyak memberikan cokelat dan makanan manis lain untuknya. Mereka
berkata jika cokelat dan makanan manis bisa menetralisir perasaan kita menjadi
lebih baik.
Terbongkarnya
pengkhianatan Yesung bagaikan sebilah pisau yang menyayat dinding kepercayaan
diantara persahabatan mereka, memberikan sebuah luka dalam hubungan antara satu
dengan yang lainnya. Tidak ada yang angkat berbicara, seolah semua terluka. Seolah
semua menderita.
“Bagaimana
kelanjutan hubunganmu dengan Yesung hyung?”
Hyun
Hoon menghela nafasnya dalam “Entahlah, aku tidak tahu, aku bingung. Semakin
lama memikirkan itu, kepalaku semakin sakit.”
Dong
Hae tersenyum tipis, seakan dibalik senyuman itu tersimpan kesedihan mendalam
“Maafkan Young Ah…”
“Tidak
ada yang patut dipersalahkan.” Kini giliran Hyun Hoon yang mencoba tersenyum, ia
mencoba berlapang hati.
Hanya
senyuman mampu mewakili kalimat yang susah untuk digumankan. Hyun Hoon memahami
bagaimana perasaan Dong Hae, karena fakta yang ada orang yang Dong Hae cintai,
gadis yang menjadi kekasihnya itu ternyata menjadi kekasih gelap orang lain.
Rasanya seperti dunia ini sempit, dan apakah didunia ini pria hanyalah Kim Jong
Woon atau Yesung? Seberapa lamban otak dan hati Young Ah, sehingga dimata dan
pikirannya yang terlihat hanya Yesung seorang. Dan bahkan gadis itu melupakan
ada sosok lain yang begitu mencintainya…sosok pria tampan itu Dong Hae.
“Hoonie…”
“Hmm?”
“Maukah
kau memberikan Yesung untuk Young Ah?”
Satu
kalimat yang membuat rohnya seolah terhempas jauh dari jasadnya. Hyun Hoon
terkejut? Tentu saja! Apakah Dong Hae berfikir jika cinta adalah sebuah benda
yang bisa dipindah tangankan begitu saja?
“Oppa,
kau__”
“Aku
tahu aku jahat. Kau boleh membenciku setelah ini, Hoonie. Atau jika perlu kau
bisa mengutukku agar aku masuk neraka kelak. Tapi kumohon, anggaplah ini
sebagai permintaan terakhir dari seorang Lee Dong Hae.”
Hyun
Hoon menghembuskan nafasnya kasar, tatapan kesungguhan Dong Hae membuatnya
bimbang…bimbang karena Dong Hae jauh lebih berlapang hati daripada dirinya.
“Apa
kau sadar yang kau lakukan ini oppa? Yang kau bicarakan ini menyangkut hal yang
berkaitan dengan orang yang kau cintai, Young Ah! Kau menginginkan Young Ah
bahagia ditangan Yesung? Apa kau gila oppa?!”
“Aku
memang gila, Hoonie. Gila karena cintaku sangat besar untuk Young Ah. Cintaku
yang membimbingku untuk melepaskannya. Jika memang bersama Yesung hyung ia
lebih bahagia, kenapa tidak?”
Ucapan
Dong Hae membuat Hyun Hoon meneguk paksa air liurnya. Ia tak mengira jika Dong
Hae yang biasanya sangat kekanak-kanakan, memiliki sisi dewasa yang begitu
sulit untuk dipercaya.
“Cinta
itu bukan seperti proses jual beli. kau tahu itu, kan? Aku tulus mencintai
Young Ah, sekali pun ia mengkhianatiku.”
“Oppa…”
“Maafkan
aku tidak memperdulikan perasaanmu, Hoonie. Tapi yang aku inginkan saat ini
adalah kebahagiaan Young Ah-ku. Maafkan aku…maaf…”
Raut
wajah Dong Hae terlihat begitu menderita. Pria tampan itu seolah menahan luka
yang teramat sakit. Dada Hyun Hoon bergemuruh. Ia tak sanggup menolak, walau
dalam hatinya ia ingin sekali meneriakan sebuah kata keadilan yang tak ia
dapatkan saat ini.
Apakah Dong Hae tahu…
Cinta bukanlah sekedar goresan pena
yang akan mudah lenyap dengan sendirinya…
Apakah Dong Hae menyadari…
Cinta bukanlah sekedar kalimat yang
dirangkai indah diatas hamparan pasir, yang ketika ombak menyapunya maka
kalimat itu hilang dengan sendirinya…
Cinta itu bagaikan sebongkah batu
karang yang tak pernah terkikis dan habis oleh deburan ombak…
Namun cinta pun bisa menjadi rapuh
layaknya jaring laba-laba…tersentuh sedikit saja, ia akan rusak dan hancur
berantakan.
Pengkhianatan
Yesung sedikit demi sedikit telah mengikis kepercayaan Hyun Hoon. Kenangan
buruk itu selamanya akan menjelma menjadi sebuah bayangan menyeramkan, yang
akan meninggalkan ketakutan yang mendalam.
Hyun
Hoon tak pernah tahu seberapa dalam luka yang dialami oleh Dong Hae, namun luka
dihati Dong Hae sepertinya jauh lebih cepat sembuh dibandingkan dengan lukanya.
Karena
apa? Karena Dong Hae mempunyai hati yang lapang, pemikirannya tentang cinta
sangat sederhana.
Donghae
mementingkan kebahagiaan orang yang ia cintai, sekalipun kebahagiaan itu bersama
orang lain, bukan bersamanya.
***
“Kau
tahu Hoonie, cara berpikir orang mengenai cinta itu berbeda-beda,” Ucap Eun
Hyuk setelah ia mendapatkan posisi yang nyaman disamping Hyun Hoon.
“Maksud,
Oppa?”
Eun
Hyuk hanya mengulum senyumnya. Keduanya kini tengah duduk diteras pembatas
asrama yang mereka tempati, saling duduk berdampingan sambil menatap indahnya
hamparan bintang diatas sana.
“Ada
orang yang berfikir jika mencintai tidak harus memiliki, dan ada juga orang
yang berfikir jika mencintai, maka kita harus bisa memiliki,” Ucap Eun Hyuk
masih tetap memandang hamparan bintang dilangit sana.
“Lantas…menurutmu,
kau termasuk orang yang mana?”
Pertanyaan
yang dilontarkan Hyun Hoon spontan membuat Eun Hyuk menoleh, menatap sendu
wajah gadis yang sudah ia anggap adik perempuannya itu.
“Aku…entahlah.
Bagiku cinta itu sederhana, Hoonie. Aku bukanlah tipe pria yang terlalu rumit
bagaimana mengartikan cintaku seperti apa. Asalkan aku tetap disampingnya,
melindunginya, merengkuhnya ketika dalam kesedihan, melakukan hal-hal yang
menggairahkan saat bersama. Itulah cinta menurut pandanganku.”
“Oppa…”
“Hahahha…baik-baik,
mungkin kau berfikir jika aku pria mesum, kan? Itu sangat manusiawi menurutku,
dalam berhubungan bukankah suatu kecupan, pelukan itu hal yang biasa jika
didasari dengan cinta?”
Eun
Hyuk benar, dan otomatis ucapan Eun Hyuk tadi membuat Hyun Hoon kembali memutar
memori ingatannya. Hyun Hoon teringat bagaimana Yesung dan Young Ah berciuman
mesra. Mereka bahkan terlihat begitu menikmatinya, saling mencurahkan semua
perasaan yang bahkan membuat hatinya kembali perih seketika.
Meskipun
berkali-kali ia mencoba melupakan memori itu dalam ingatannya, namun berkali-kali
pula otaknya menolak. Semua sia-sia, kenangan buruk itu seolah berputar
layaknya rool film yang diputar secara bergantian.
Hyun
Hoon seolah menjadi manusia paling menyedihkan didunia, ia merasa
hancur…sebagian dari hatinya hilang, perasaan yang ia berikan sepenuh hatinya
Yesung abaikan begitu saja.
Hyun
Hoon sangat menyayangi Young Ah, Young Ah sangat baik padanya. Selalu membuat
makanan apapun yang diinginkan Hyun Hoon. Selalu membantunya dalam hal apapun.
Hyun Hoon pun sangat menyukai bagaimana sahabatnya itu tersenyum, dengan mata
bulat bak bonekanya yang terlihat indah jika sedang tersenyum. Namun kini
rasanya ia sangat takut…ia takut berhadapan dengan Young Ah, Hyun Hoon takut
jika akhirnya ialah yang harus kalah…kalah akan perasaannya.
“Hoonie…hey…ada
apa denganmu, eoh? Uljimma…” Tiba-tiba Eun Hyuk panik, saat tahu gadis
disampingnya itu menangis.
“Eoh…”
“Uljimma
uri Hoonie…”
“Eh?”
Butuh
beberapa kedipan hingga akhirnya buliran bening nan suci itu lolos dari kelopak
mata almond milik Hyun Hoon. “Aku menangis? Ah…apa-apaan ini?? Bodoh…Hyun Hoon
bodoh!!” Hyun Hoon terus menerus mengusap buliran bening itu dari pipinya. Hyun
Hoon tertawa miris. “Hehehehe…ini memalukan, Oppa.”
Lihatlah…Hyun
Hoon benar-benar hancur dimata Eun Hyuk. Hingga pria tampan itu pun seolah ikut
merasakan aliran darah itu mengucur dari dadanya yang terluka.
Eun
Hyuk tidak ingin mengatakan jika ini sia-sia. Ia tak ingin mengatakan kalimat
apapun, karena ia takut jika ucapannya
nanti dapat menjadi sebuah martil raksasa yang dapat menghantam dinding luka
dihati Hyun Hoon semakin besar dan menganga.
Eun
Hyuk cukup tahu…ia bahkan sangat mengerti…
“Aku
ingin pulang, Oppa. Rindu sekali rasanya pada ayah dan ibu…hiks…”
“Hoonie…”
“Aish…kenapa
airmatanya tidak mau berhenti…sial!!” Pekik Hyun Hoon tertahan dengan suaranya
yang parau.
Eun
Hyuk hanya bisa menghela nafasnya pelan. Sebelum akhirnya ia merengkuh lembut
tubuh gadis disampingnya itu. Memberikan sedikit kenyamanan agar Hyun Hoon
lebih tenang.
“Aku
rindu ayah dan ibu, Oppa. Tempat ini seperti neraka bagiku…hiks…aku ingin
pulang…hiks…”
Hyun
Hoon memang adik kecilnya yang manja…
Bahkan
ia lebih manja dari Hyun Kyo dan Hye Yoo…
Ah…semua
orang memang mempunyai sisi dimana mereka akan manja…
Eun
Hyuk sadar dan dapat menangkap sebuah siluet tubuh Yesung yang terpaku dibalik
dinding sana, tengah menatap geram kearah dimana Eun Hyuk dan Hyun Hoon berada.
Eun Hyuk mengerti…namun seolah ia mentulikan telinga dan pengelihatannya. Saat
ini ia hanya berniat menenangkan Hyun Hoon dalam pelukannya.
***
Hari
libur dimana semua mahasiswa memilih pulang kerumah masing-masing. Namun
sepertinya tidak untuk Hyun Hoon, ia lebih memilih untuk tetap berdiam diri
diasrama Universitas bersama sahabatnya yang lain. Toh…besok pun mereka sudah
kembali disibukan dengan jadwal perkuliahan yang padat seperti biasanya.
Sore
itu Hyun Hoon memutuskan untuk meminjam beberapa Manga pada Hoobaenya Baek Hyun
di asrama sebelah. Menghabiskan waktu luangnya untuk membaca Manga sepertinya
menyenangkan. Kedua tangan gadis itu kini membawa sebuah paper bag berisi
beberapa Manga yang berhasil ia pinjam. Sesekali bibir tipisnya nampak
melantunkan beberapa bait lagu favoritnya.
“Hyun
Hoon…”
Deg~
Tubuhnya
membeku, langkah kakinya terhenti seketika, manakala sebuah suara yang begitu
ia kenal menyapanya dengan suara yang lembut yang sangat ia rindukan.
“Ye-Yesung…”
Senyum manis dibibirnya seraya pudar, saat ia menggumankan sebuah nama yang membuat
hatinya kembali mengucurkan darah dari lukanya.
Pria
tampan itu kini berdiri dihadapannya, bagaimana pun cara ia memandang Yesung,
walau dengan sorot mata penuh luka sekalipun. Yesung tetap tampan dimatanya,
sebuah eyesmiles bahkan masih begitu manis menghiasi wajahnya.
“Apa
yang sedang kau lakukan disini, baby? Biarkan aku membantumu membawa itu.”
Perlahan Yesung berjalan mendekatinya sambil sesekali tangannya berusaha meraih
paper bag ditangannya.
“Ti-tidak
perlu, aku bisa membawa ini sendiri.” Hyun Hoon menolak lembut, dan tentu saja
tangannya menepis genggaman tangan Yesung dari paper bag yang ia genggam.
Yesung
menghela nafasnya, ia tetap tenang dan menatap Hyun Hoon lekat. Namun
sepertinya yang ditatap seolah tengah bersusah payah menghidari itu.
“Ada
apa denganmu, baby?”
Yesung
tak kehilangan akal, ia kemudian mencoba membelai lembut pipi Hyun Hoon. Namun
lagi dan lagi Hyun Hoon mengelak.
Keduanya
kini terdiam, Hyun Hoon mencoba mengatur ritme nafasnya yang terdengar begitu
bergemuruh. Sementara Yesung masih menatap Hyun Hoon tak percaya.
Kekasihnya
menolak belaian tangannya…
Kekasihnya
bahkan berusaha menghindari kontak mata dengannya…
“Maaf
aku hanya ka__”
Belum
sempat ia menyelesaikan kalimatnya, kini Yesung sudah menghimpit tubuhnya
merapat kedinding koridor asrama. Mencengkram bahunya sedikit lebih kuat dari
biasanya, seolah pria dihadapannya ini sedang mencoba mencari penjelasan
tentang sikapnya.
Bruk~
Paper
bag ditangan Hyun Hoon terjatuh dari tangannya.
“O-oppa…”
Yesung
menghiraukan panggilan itu, yang ia lakukan saat ini adalah mempersempit jarak
antara dirinya dan Hyun Hoon. Menutup celah oksigen diantara mereka,
mendekatkan jarak wajahnya, hingga tercium aroma mint yang selalu menjadi aroma
dari pelembab bibir kekasihnya itu.
“Hentikan…Jeball…”
Yesung
terkejut, tubuhnya membeku. Yesung dapat melihat jika gadis dihadapannya,
kekasihnya itu tengah mati-matian menutup wajahnya dengan posisi kedua tangan
menutup seluruh permukaan wajah cantiknya. Dapat terlihat jika tubuh gadisnya
itu bergetar hebat, seperti seseorang yang terlihat ketakutan. Apa ulahnya tadi
membuat Hyun Hoon ketakutan?
“Kenapa…kenapa
Hyun Hoon-ah??”
Ini
adalah kali pertama Hyun Hoon menolaknya. Dan bagi Yesung penolakan itu seperti
sebuah batu karang raksasa yang terlempar tepat mengenai jantungnya.
“Karena
aku merasa tidak ada hak lagi menerima perlakuanmu, oppa. Tolong…lepaskan
tanganmu…” Guman Hyun Hoon lirih.
Perlahan
tangan Yesung terlepas sempurna. Dan tanpa mengatakan apapun lagi Hyun Hoon
kini berjalan meninggalkan Yesung, kembali menenteng paper bag ditangan
kanannya.
“Maafkan
aku…”
Langkah
gadis cantik itu terhenti…
“Maafkan
aku, baby…”
Hyun
Hoon hanya diam, sesaat kemudian tubuhnya kembali berhadapan dengan Yesung.
“Kau
tahu Yesung-sshi…saat melihatmu berciuman dengan Young Ah, aku berharap saat
itu Tuhan mencabut pendengaran dan pengelihatanku. Aku tidak bisa sekalipun
menghilangkan ingatan mengerikan itu. Setiap detik, setiap hari bayangan
menjijikan kalian berdua berputar diotakku, dan itu membuatku hampir gila!!”
Hyun
Hoon mengerang, ia mengusap kasar buliran bening yang menggenang dipelupuk
matanya.
“Kau
telah menguak luka dalam dihatiku, hingga membuat luka itu sepertinya akan
sulit disembuhkan.”
Itulah
kata terakhir yang diucapkan Hyun Hoon sebelum ia melangkah meninggalkan Yesung
yang kini luruh dilantai.
“Maaf…maafkan
aku…”
***
Anemia…penyakit
yang membuat Hyun Hoon sedikit kesulitan memulai aktivitasnya. Terkadang gadis
itu kesal, kenapa disaat kegiatannya yang menyita waktu, penyakit terkutuk itu
mengganggunya. Mempersempit celah dirinya untuk bisa beraktivitas seperti
biasanya.
Hyun
Hoon masih terkulai lemas ditempat tidur, dan sesekali ia memejamkan kelopak
mata almondnya. Berharap jika penyakit sialan ini bisa sembuh dengan
sendirinya. Rasanya tubuh Hyun Hoon begitu lemas dan sakit kepala yang
menyerangnya pun tak kunjung hilang sejak semalam.
Kriet~
Seseorang
membuka pintu kamarnya yang memang tidak terkunci. Ia dapat mencium bau wangi
dari masakan yang menguar didalam ruang kamarnya. Seseorang berjalan perlahan
mendekatinya. Dan Hyun Hoon pun dapat merasakan jika seseorang dengan farfum
vanilla itu kini duduk ditepian tempat tidurnya. Mengusap lembut surai
hitamnya. Ia tahu siapa pemilik tangan halus itu.
Young
Ah.
Perlahan
kelopak mata Hyun Hoon terbuka sempurna. Hampir satu minggu ini ia tidak
melihat sosok sahabatnya itu. Hampir satu minggu ini Hyun Hoon memang
menghindar untuk bertemu dengan Young Ah.
“Kudengar
dari Ji Joon kau sakit, Hoon-ah?”
Hyun
Hoon merubah posisi tidurnya. Ia bersandar ditepian tempat tidur dengan
beberapa bantal yang menyangga kepalanya.
“Anemiaku
kambuh.”
Hening…kedua
gadis itu nampak terlihat gugup. Apalagi setelah kejadian itu Hyun Hoon seperti
menutup diri dari siapapun, terlebih pada Young Ah sendiri.
“Ini
aku buatkan bubur ayam kesukaanmu, dan ada obat untuk meredakan sakit
kepalamu.”
Young
Ah memberikan nampan berisi bubur pada Hyun Hoon. “Terima kasih banyak, Young
Ah.” Hanya itu yang diucapkan Hyun Hoon dan tentunya tak lupa ia pun memasang
senyuman tulus dari bibirnya.
Hanya
membutuhkan waktu 15 menit untuk Hyun Hoon menyelesaikan sarapannya pagi itu.
Ia kemudian meletakan kembali nampan tanpa isi diatas nakas kecil disamping
tempat tidurnya.
“Apa
hari ini tidak ada jadwal kuliah, Young Ah?”
“Jadwal
kuliahku dimulai jam 11 siang nanti, dan aku masih mempunyai waktu 2 jam lagi
untuk menemanimu disini, Hyun Hoon.”
“Eumm…”
“Hyun
Hoon…maafkan aku…”
Itulah
kalimat yang berhasil membuat Hyun Hoon melupakan kembali senyumannya. Gadis
itu hanya menggeleng lembut. “Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
“Tapi
aku jahat, merebut kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikmu.”
Hyun
Hoon kini duduk bersila, tangannya berusaha menggapai surai hitam gadis
dihadapannya.
“Mengapa
kau tidak membenciku saja, atau bila perlu pukul aku dan jika kau belum puas
bunuhlah aku, Hyun Hoon…”
Pukk~
Satu
bantal berbentuk kepala sapi mendarat diwajah Young Ah. Siapa lagi pelakunya
jika bukan Hyun Hoon. Bibir pucatnya masih bisa melengkungkan segaris senyum
pahit.
“Apa
kau mencintai Yesung, Young Ah?” Young Ah terperangah. Mata gadis itu membulat
sempurna.
“Hyun
Hoon, aku…maksudku…eummm…” Gadis itu nampak meracau tidak jelas.
“Tenanglah
Young Ah…”
Hening menyeruak, suara perputaran jarum jam terdengar jelas
menggema menghentak jantung…nafas Young Ah terengah, isi kepalanya seakan masih
kacau sehingga ia mengunci mulutnya rapat.
“Ada apa denganmu, Young Ah?” Ucap Hyun Hoon tenang.
Hyun Hoon menghela nafas pelan, melihat Young Ah yang begitu rapuh
dan terkekang rasa bersalah…benar, bukan hanya dirinya yang menderita. Ia
kemudian mendekati Young Ah dan menepuk kedua pundaknya mantap.
“Young Ah, jawab pertanyaanku!” Ucapnya tegas dengan menatap
lekat, langsung kepada sepasang mata bulat dihadapannya.
“Apa kau mencintai Yesung?”
Young Ah sedikit tertegun, ia masih mengunci rapat mulutnya…namun
raut wajah tegas Hyun Hoon dan cengkramannya yang kuat, membuat Young Ah tanpa
sadar mengangguk pelan.
Oh, begitukah…Hyun Hoon fikir.
“Baiklah kalau begitu.” Ujar Hyun Hoon seraya tersenyum,
memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.
***
Malam
itu, ke 5 pasangan tengah berkumpul bersama diasrama para gadis. Mereka tengah
menikmati makan malam bersama. Makan malam
berlangsung tak jauh berbeda dari biasanya. Hyun Kyo, Hye Yoo selalu ribut
berebut makanan, Sung Min hanya tersenyum senang melihat betapa hebohnya kedua
gadis itu, sementara Kyu Hyun sibuk mengurut pelipisnya frustasi, ia paling
tidak tahan dengan kebisingan sebenarnya, karena itulah merupakan hal yang aneh
ia dapat memiliki kekasih seperti Hyun Kyo yang luar biasa tidak bisa diam.
Young Ah tetap yang paling banyak memasak hidangan, Ji Joon hanya
membantu dengan mencuci bahan atau mengambil ini-itu yang diperintahkan sang
koki.
Semua terlihat biasa saja sampai ketika Hyun Hoon meletakan
sumpitnya dan berdiri.
“Yesung oppa, Young Ah…bisakah kita berbicara?”
Hening
seketika menyelimuti acara makan malam kali ini. Dua gadis yang sedari tadi
berisik pun kini diam. Semua diam, tidak ada satupun yang angkat bicara. Hingga
suara decitan kursi membuyarkan lamunan mereka semua. Sung Min, Kyu Hyun, Hye
Yoo, Hyun Kyo, Ji Joon, Eun Hyuk, dan Dong Hae hanya bisa menatap punggung
ketiga sahabatnya itu pergi menjauh dari ruang makan.
˚
˚
˚
˚
˚
Disinilah
mereka berada, di rooftop asrama ketiganya berdiri berhadapan. Hanya Hyun Hoon
yang mampu menatap keduanya, sementara Yesung dan Young Ah lebih memilih
menundukkan wajah mereka.
Yesung
saat ini tidak percaya jika dirinya akan berhadapan dengan situasi seperti ini.
Bensin yang ia tuangkan kedalam kobaran api sepertinya secara perlahan melahap
habis tubuhnya. Ia pun seperti dihujami beribu-ribu paku, dijatuhkan jutaan
batu…bahkan Yesung merasa jika posisinya saat ini seperti ia tengah didakwa dan
siap divonis hukuman mati oleh sang hakim.
Tinggal menunggu vonis itu dijatuhkan, maka matilah dirinya.
Yesung
pun merasa jika ia tengah berada diantara alam sadar dan halusinasinya.
Ia
bingung apakah ia masih berada dibumi ataukah dineraka.
“Maafkan
aku…”
Satu
kalimat yang membuat Yesung semakin bungkam. Satu kalimat yang dengan susah
payah digumankan Hyun Hoon dari bibirnya.
“Mulai
saat ini, kuputuskan untuk melepasmu, oppa.”
Suara
lembut itu membuat telinga Yesung pengang hingga mengucurkan darah kental.
Suara lembut itu biasanya hanya menggumankan kalimat kasih dan cinta…namun
kini, pemilik suara lembut itu lebih memilih untuk menghentikan semuanya.
Perjalanan cinta mereka, manisnya kisah dan kasih mereka selama ini.
“Dan
maafkan aku, Yesung oppa…Young Ah-ya…maaf…” Ucap Hyun Hoon lirih. Gadis itu
hanya menundukan wajahnya, berusaha menekan kuat rasa sakit di ulu hatinya.
“Tuhan-Ku mengapa harus dirinya yang
meminta maaf dan memohon sebelum bibir ini mampu berucap kata maaf terlebih
dulu padanya…”
Batin Yesung.
“Hyun
Hoon-ah, bicara apa kau?? Jangan seperti ini, kumohon…” Young Ah terus
mengguncangkan tubuh Hyun Hoon. Berharap jika sahabatnya itu sadar dari alam
mimpinya.
Namun
sepertinya usaha Young Ah sia-sia, karena Hyun Hoon saat ini tidak sedang
bermimpi…ini ada kenyataan yang sebenarnya.
Hyun
Hoon melepaskan cengkaraman tangan Young Ah dengan sangat hati-hati dari
bahunya. Gadis itu tersenyum dan membelai lembut pipi sahabatnya.
“Maafkan
aku jika inilah pilihan yang harus aku pilih. Kau mungkin berfikir jika aku
pengecut, dan lebih memilih mengakhiri semuanya dengan cara seperti ini ‘kan?
Tapi aku tidak sanggup lagi, rasanya seperti hampir gila. Aku merasa seolah
dunia ini pun sudah terbalik, bumi diatas dan langit dibawah. Aku hampir gila,
atau mungkin aku memang sudah gila.”
Young
Ah diam…Hyun Hoon begitu merendahkan diri dihadapannya dan Yesung. Seolah gadis
cantik dihadapannya tengah meminta keadilan untuk seorang terdakwa dimeja
pesakitan.
Sejak
tadi Hyun Hoon tak melepaskan kepelan tangannya, hingga buku-buku jarinya pun
terlihat memucat. Entah seberapa besar rasa sakit dan penderitaan yang tengah
dialami gadis itu sekarang. Dan entah
seberapa keras pula usahanya untuk menahan tangis hingga suara gadis itu
terdengar begitu lirih dan menyedihkan untuk didengar.
“Berada
diantara kalian yang saling mencintai satu sama lain, rasanya seperti dineraka.
Maka aku lebih memilih menyingkir dan memberikan jalan untuk bahagia
kedepannya.”
Hyun
Hoon sangat mencintai Yesung.
Namun
luka dalam yang menganga itu sepertinya akan lama untuk disembuhkan.
Menghancurkan dinding kepercayaan dihatinya hingga menjadi kepingan-kepingan
kecil yang mungkin akan sulit untuk disatukan.
Hyun
Hoon sangat mencintai Yesung…hingga ia memutuskan lebih memilih melepaskan
Yesung, agar pria yang begitu dicintainya itu bisa memilih jalannya sendiri.
Hyun
Hoon pasti merasa sangat hancur, sakit bahkan sedih…hingga gadis itu sepertinya
tidak memiliki tenaga lagi untuk marah, meluapkan rasa sakit dalam hatinya.
Bahkan untuk meneriakan keadilan untuk dirinya sendiri pun rasanya gadis itu
sudah tak sanggup.
“Terakhir
yang ingin aku ucapkan…berbahagialah setelah ini, dan jangan pernah menyakiti
siapapun setelah ini.”
Kini
Hyun Hoon memilih untuk pergi meninggalkan kedua manusia dihadapannya, namun
sebelum ia berhasil melangkah, Young Ah kembali menarik lengannya dan membuat
langkah gontainya itu terhenti.
Kedua
mata bulat bak boneka itu kini digenangi air suci, bulir bening itu berhasil
menguar hingga membasahi sepasang pipi tirus Young Ah. “Tidak Hyun Hoon,
kumohon jangan bersikap seperti ini. Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf.”
Kalimat
terakhir yang hanya dijawab oleh gelengan kecil dari Hyun Hoon. Kali ini hati
dan otaknya benar-benar bekerjasama dengan baik, permohonan Young Ah rupanya
tak bisa menggoyahkan keputusan bulat Hyun Hoon.
Dan Hyun Hoon pun kembali berlalu pergi terdorong oleh hembusan
angin malam yang membawa langkahnya menjauh dari hadapan kedua manusia
dihadapannya.
Setelah
kepergian Hyun Hoon, Yesung menjatuhkan dirinya. Tubuhnya luruh dilantai.
“Yesung
oppa, kau baik-baik saja?!” Young Ah berlari menghampirinya.
Yesung
hanya mematung, pria tampan itu seperti mayat hidup sekarang…kedua matanya
terbuka lebar, tetapi pandangannya melayang entah kemana. Yesung masih bernafas
namun sama sekali tak bergerak, pria tampan itu seperti lumpuh, bahkan untuk
menggerakan bibirnya saja sepertinya ia tak sanggup.
Yesung
tak mampu mengeluarkan suara, ia bahkan seakan ingin bunuh diri saja.
Bukan
Hyun Hoon yang melepasnya, namun ia sendirilah yang melepas gadis itu lebih
dulu.
“Tuhan-Ku…mengapa bibir ini seakan
kelu. Tuhan-Ku…sanggupkah setelah ini aku masih bisa menatap manic mata
indahnya tersenyum? Sanggupkah setelah ini aku berbahagia diatas kesakitan yang
diderita olehnya? Tuhan-Ku…mengapa diri ini menjadi pria paling pengecut??
Ingin rasanya aku mengutuk diriku sendiri, atau bila perlu Engkau langsung
kirim saja aku kedasar neraka paling menyakitkan, agar bisa menebus kesalahan
ini padanya.”
Batin Yesung.
***
Hyun
Hoon menuruni anak tangga, dengan langkah tertunduk setelah meninggalkan Yesung
dan Young Ah.
Ia
masih bertahan untuk tidak menjatuhkan bulir bening nan suci dari kedua
matanya. Langkahnya kini semakin lunglai, hingga ia perlu sedikit berpegangan
pada tepian tangga.
“Hoonie…”
Suara
Ji Joon berhasil membuat Hyun Hoon mengangkat wajahnya. Tatapan gadis itu
begitu menyedihkan sekarang. Hyun Hoon segera mengusap kasar bulir bening yang
menggenang dipelupuk matanya, tak lama kemudian seulas senyum tipis menghiasi
wajah rapuhnya. Sungguh senyuman paling jelek yang pernah ia tunjukan pada para
sahabatnya itu.
“Cinta
pertamaku sudah berakhir, Joonie.”
Ji
Joon segera mengambil langkah dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan pelukan
hangatnya. Hyun Hoon hanya diam dengan bibir yang menempel dibahu Ji Joon. Ia
bisa melihat jika semua saudaranya, sahabatnya yang lain. Dong Hae, Sung Min,
Eun Hyuk, Kyu Hyun, Hyun Kyo dan Hye Yoo…semua tersenyum padanya. Seolah mereka
berkata jika Hyun Hoon masih punya mereka.
“Setelah
ini, kumohon jangan pernah membenci Young Ah, Hoonie.”
Hyun
Hoon menggeleng…tentu saja ia tidak akan setega itu membenci salah satu
keluarganya. Pintu maaf, bahkan sebelum Young Ah menyadari kesalahannya, Hyun
Hoon sudah memaafkan kesalahan gadis yang sangat di cintai oleh Dong Hae.
“Setelah
ini, kumohon jangan pernah membenci Yesung, Hoonie.”
Itu
Sung Min yang meminta.
Tentu
saja…Hyun Hoon bahkan tidak sanggup menggumankan kata benci itu untuk pria yang
dicintainya. Sekalipun Yesung menyakitinya, sekalipun luka dalam hatinya tak
akan pernah tersembuhkan dengan apapun…tapi cinta lah yang memaafkan semua
kesalahan pria yang dicintainya itu.
Sampai
kapanpun…
Hyun
Hoon masih tetap mencintai Yesung…
-Fin-
Kekekekek….jeder…jeder…*tebar
petasan
Akhirnya selesai juga, maafkan saya
terkhusus untuk sahabat saya tercinta Rafika Diah Ayumi…maafkan saya sayangku,
menjadikan dirimu kekasih simpanan Yesungku..hihihihii
Dan terima kasih banyak untuk uri
Sagari Nilamsari yang selalu menjadi editor untuk FF2 selama ini…makasih
chagiya :*
Rederdeul…oy…RCL yuk ah, tinggalkan
jejak yang manis untuk sang author cantik ini XD *readernya muntah berjamaah.
Saya kagak minta kado, kagak minta
duit kok, hanya meminta sedikit kritik dan saran aja…hehehehehe
Yang ngejek, yang ngehina, yang
mencaci silahkan pergi jauh-jauh dan jangan mampir dimari ye… *gaknyante
Terima kasih banyak sudah membaca FF
absurd ini…*ciummesra :*
No comments:
Post a Comment