Friday, August 23, 2013

Betrayal || Special Yesung's Birthday - Shippa Kim story line



Tittle : “Betrayal || special Yesung’s Birthday”

Author : Shippa Kim

Main Cast
·         Kim Jong Woon
·         Jung Hyun Hoon
·         Lee Hyuk Jae
·         Park Ji Joon
·         Cho Kyu Hyun
·         Kim Hyun Kyo
·         Lee Dong Hae
·         Park Young Ah
·         Lee Sung Min
·         Kim Hye Yoo

Pairing : YeHyun || YeYoung

Genre : Hurt/Romance/Friendship/Angst (tentukan sendiri deh genrenya, saya bingung)

Length : Oneshoot

Rated : PG-15

Disclaimer : semua cast milik Tuhan, keluarga dan diri mereka sendiri. Cerita punya saya, ini murni hasil jerih payah otak saya yang payah. Tidak menyadur cerita dari manapun, ide terlintas begitu saja :D

A/N : hey…hey…istri Yesungie yang hari ini lakinya ultah, termasuk saya neh…hehehehehe. Spesial Yesung’s B’day saya hadiahkan FF yang mudah-mudahan layak untuk dibaca ya. Ini FF tercetus lantaran saya bingung mau ngasih apa buat suami tercinta saya Yesungie -_- jadi daripada dicerai langsung talak 3, mending saya buatkan aja FF khusus buat ELF terutama yang mengaku dirinya istri simpenan laki saya *ditabok berjamaah. Maaf kalo nanti ceritanya agak membingungkan :( ayok ah…sok RCL ya! Jangan todong saya pake cacian, hinaan apalagi ejekan -_- saya hanya menerima Kritik dan Saran saja ah, yang bisa memotivasi diri saya untuk terus dan terus menulis lebih baik lagi.




[[Betrayal-Shippa Kim story line]]

Silahkan membaca FF nya, setelah ini mari cium saya secara berjamaah…ekekekekke
RCL ya, saya tunggu :*





***

Eun Hyuk berkata jika YoungHae adalah pasangan yang kekanak-kanakan…

Sung Min berkata kalau dirinya lah dan Hye Yoo pasangan paling kekanak-kanakan…

Tapi lain halnya menurut Dong Hae, jika pasangan YeHyun, JoonHyuk dan KyoKyu yang paling kekanak-kanakan…


Namun semua itu bukanlah sebuah masalah, mereka semua bersahabat, sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Semua orang, setiap pasangan memiliki jangka waktu yang berbeda untuk menjadikan dirinya dewasa. Bukan hanya faktor fisik atau usia yang menjadi patokan dari sebuah kedewasaan. Melainkan dalam masalah keyakinan dan kesungguhan hatilah yang sepertinya berpengaruh.

Sebenarnya Hyun Hoon tidak begitu memahaminya, selama ia hidup ia melakukan dengan caranya sendiri, dengan menuruti kata hatinya sendiri.

Begitu pun ketika ia memutuskan menjalin hubungan dengan Yesung. Pria tampan yang mempunyai suara menawan, pemilik senyum yang membuatnya semakin terlihat tampan dan mempesona, mempunyai segudang bakat terpendam dan memiliki kemampuan lebih jika dibandingkan dengan dirinya.

Dimata Hyun Hoon sosok Yesung adalah pria paling sempurna, menjadikan sosok Yesung sebagai panutan dan tujuan hidup adalah pilihannya. Yesung adalah orang yang mampu memacu keinginan hatinya agar lebih baik, seorang pria yang menjadi alasan mengapa semangat Hyun Hoon tak pernah surut.

Hyun Hoon sangat mencintai Yesung…
Sepenuh hatinya, segalanya…
Dan sampai saat Yesung…

“Kita bisa merahasiakan ini dari Hyun Hoon.”

“Tapi aku tidak bisa melukai perasaannya, Oppa!”

“Lalu bagaimana denganku? Apa kau tega melihatku terluka…Young Ah?”

Yesung mengatakan itu semua pada Young Ah dengan penuh perasaan, sama seperti halnya ia mengatakan itu pada Hyun Hoon.

Young Ah dan Yesung…mereka berciuman mesra.

˚

˚

˚

˚

˚

Hyun Hoon masih terpaku ditempatnya, menyaksikan kejadian yang begitu menyayat hati dan perasaannya. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya hingga kuku jarinya memucat sempurna. Tubuhnya gemetar, dan gemeratak giginya begitu terdengar ngilu. Ia memukul kuat dadanya, dan mungkin jika ia terus melakukan hal itu bisa saja Hyun Hoon memuntahkan darah kental dari mulutnya.

Kedua mata almond nya seperti terbakar, dan bulir bening nan suci itu pun perlahan turun membasahi pipinya.

“Ye-Yesung…”




***


Hubungan gelap antara Yesung dan Young Ah mulai tersebar. Dimulai dengan Hye Yoo yang menceritakan masalah ini pada Sung Min. Pada saat itu Hye Yoo, Ji Joon dan Hyun Hoon tengah bersama-sama, bermaksud ingin meminjam buku diperpustakaan, namun kenyataan yang dilihat adalah kemesraan Yesung dan Young Ah.  Begitu pula dengan Ji Joon yang langsung menceritakan hal ini pada kekasihnya Eun Hyuk.

Ke 5 pasangan ini memang bersahabat sejak mereka masuk ke Universitas yang sama dan tinggal diasrama yang berdampingan. Maka tak heran jika ke 5 pasangan ini memang dekat satu sama lain, bahkan mereka tidak pernah menaruh curiga satu sama lain. Apalagi yang terlihat sebelumnya memang Yesung, Young Ah dan Hyun Hoon adalah sahabat sejak mereka sama-sama duduk dibangku Senior High School.

“Dimana Hyun Hoon?” Tanya Ji Joon pada Hye Yoo setibanya mereka di kantin universitas.

Hye Yoo menggeleng lembut “Entahlah Eonnie. Mungkin seperti biasa, Hyun Hoon eonnie menghabiskan waktunya di rooftop.”

“Apa sebaiknya aku hubungi saja dia?”

“Biarkan dia menenangkan diri, eonnie.” Cegah Hye Yoo sebelum Ji Joon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku sweater yang ia kenakan. “Aku rasa Hyun Hoon eonnie sedang butuh waktu untuk sendiri, hatinya masih terguncang. Sebaiknya kita jangan ganggu dia dulu, eonnie.”

Ji Joon memandang wajah Hye Yoo yang diliputi kecemasan mendalam. Sejenak keduanya saling bertukar pandang, hingga keberadaan Young Ah dan Yesung lah yang menarik perhatian mereka. Pria berwajah tampan itu sepertinya tengah membicarakan hal yang serius dengan Young Ah, entah apa yang keduanya bicarakan…Ji Joon dan Hye Yoo tak mampu menangkap arah pembicaraan mereka berdua.





***


Tidak banyak perubahan yang terlihat, semua masih berjalan sewajarnya. Seolah pengkhianatan Yesung bukanlah suatu perkara besar dan masih dalam tahap bisa dibilang cukup normal. Tidak ada yang memutuskan mereka akan berpihak pada siapa…dan tidak ada pula yang berniat menghujat atau bahkan menyalahkan salah satu pihak disini, walau pada kenyataannya Hyun Hoon lah yang paling menderita karena pengkhianatan Yesung.

Mereka memilih diam…dan memutuskan untuk percaya pada Hyun Hoon, Yesung dan Young Ah tentang keputusan akhir yang baiknya seperti apa.

Mungkin mereka berpikir, semakin banyak campur tangan, maka akan semakin rumit untuk segera diselesaikan.

“Hoonie,” Ucap pemilik suara khas dari seseorang yang kini memanggil Hyun Hoon.

Gadis manis itu menolehkan pandangannya, menghadapkan iris hitam pekatnya pada pria tampan yang kini berjalan perlahan kearahnya. Entah mengapa, meskipun indera pendengarannya sudah ia tutupi dengan sepasang earphone, tapi tetap saja suara pria tampan itu mampu mengusiknya.

“Dong Hae oppa…ada apa?” Hyun Hoon tersenyum simpul, lalu melepaskan earphone dari telinganya.

Dong Hae membalas senyum simpul Hyun Hoon, dan berjalan mensejajarkan dirinya dengan Hyun Hoon.

“Bagaimana keadaanmu, Hoonie?”

“Seperti yang terlihat oppa, lumayan baik walau belum sepenuhnya membaik.”

Dong Hae hanya mengangguk paham. Kali ini pria tampan itu melangkahkan kakinya mendekati pagar pembatas rooftop dan mengedarkan pandangannya menatap pemandangan gedung-gedung tinggi pencakar langit, dan pemandangan kota Seoul dibawah sana.

Angin musim semi yang berhembus lembut, seolah menuntun Hyun Hoon untuk mengikuti apa yang dilakukan Dong Hae.

Keduanya kini hanya berdiri berdampingan dan saling diam, sambil sesekali menghembuskan helaan nafas mereka masing-masing yang terdengar begitu berat.

Hyun Hoon sesekali tersenyum, ia cukup bahagia mendapatkan empati yang berlebih dari para sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya itu. Hye Yoo dan Sung Min bahkan banyak memberikan cokelat dan makanan manis lain untuknya. Mereka berkata jika cokelat dan makanan manis bisa menetralisir perasaan kita menjadi lebih baik.

Terbongkarnya pengkhianatan Yesung bagaikan sebilah pisau yang menyayat dinding kepercayaan diantara persahabatan mereka, memberikan sebuah luka dalam hubungan antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang angkat berbicara, seolah semua terluka. Seolah semua menderita.

“Bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Yesung hyung?”

Hyun Hoon menghela nafasnya dalam “Entahlah, aku tidak tahu, aku bingung. Semakin lama memikirkan itu, kepalaku semakin sakit.”

Dong Hae tersenyum tipis, seakan dibalik senyuman itu tersimpan kesedihan mendalam “Maafkan Young Ah…”

“Tidak ada yang patut dipersalahkan.” Kini giliran Hyun Hoon yang mencoba tersenyum, ia mencoba berlapang hati.

Hanya senyuman mampu mewakili kalimat yang susah untuk digumankan. Hyun Hoon memahami bagaimana perasaan Dong Hae, karena fakta yang ada orang yang Dong Hae cintai, gadis yang menjadi kekasihnya itu ternyata menjadi kekasih gelap orang lain. Rasanya seperti dunia ini sempit, dan apakah didunia ini pria hanyalah Kim Jong Woon atau Yesung? Seberapa lamban otak dan hati Young Ah, sehingga dimata dan pikirannya yang terlihat hanya Yesung seorang. Dan bahkan gadis itu melupakan ada sosok lain yang begitu mencintainya…sosok pria tampan itu Dong Hae.

“Hoonie…”

“Hmm?”

“Maukah kau memberikan Yesung untuk Young Ah?”

Satu kalimat yang membuat rohnya seolah terhempas jauh dari jasadnya. Hyun Hoon terkejut? Tentu saja! Apakah Dong Hae berfikir jika cinta adalah sebuah benda yang bisa dipindah tangankan begitu saja?

“Oppa, kau__”

“Aku tahu aku jahat. Kau boleh membenciku setelah ini, Hoonie. Atau jika perlu kau bisa mengutukku agar aku masuk neraka kelak. Tapi kumohon, anggaplah ini sebagai permintaan terakhir dari seorang Lee Dong Hae.”

Hyun Hoon menghembuskan nafasnya kasar, tatapan kesungguhan Dong Hae membuatnya bimbang…bimbang karena Dong Hae jauh lebih berlapang hati daripada dirinya.

“Apa kau sadar yang kau lakukan ini oppa? Yang kau bicarakan ini menyangkut hal yang berkaitan dengan orang yang kau cintai, Young Ah! Kau menginginkan Young Ah bahagia ditangan Yesung? Apa kau gila oppa?!”

“Aku memang gila, Hoonie. Gila karena cintaku sangat besar untuk Young Ah. Cintaku yang membimbingku untuk melepaskannya. Jika memang bersama Yesung hyung ia lebih bahagia, kenapa tidak?”

Ucapan Dong Hae membuat Hyun Hoon meneguk paksa air liurnya. Ia tak mengira jika Dong Hae yang biasanya sangat kekanak-kanakan, memiliki sisi dewasa yang begitu sulit untuk dipercaya.

“Cinta itu bukan seperti proses jual beli. kau tahu itu, kan? Aku tulus mencintai Young Ah, sekali pun ia mengkhianatiku.”

“Oppa…”

“Maafkan aku tidak memperdulikan perasaanmu, Hoonie. Tapi yang aku inginkan saat ini adalah kebahagiaan Young Ah-ku. Maafkan aku…maaf…”

Raut wajah Dong Hae terlihat begitu menderita. Pria tampan itu seolah menahan luka yang teramat sakit. Dada Hyun Hoon bergemuruh. Ia tak sanggup menolak, walau dalam hatinya ia ingin sekali meneriakan sebuah kata keadilan yang tak ia dapatkan saat ini.

Apakah Dong Hae tahu…
Cinta bukanlah sekedar goresan pena yang akan mudah lenyap dengan sendirinya…
Apakah Dong Hae menyadari…
Cinta bukanlah sekedar kalimat yang dirangkai indah diatas hamparan pasir, yang ketika ombak menyapunya maka kalimat itu hilang dengan sendirinya…
Cinta itu bagaikan sebongkah batu karang yang tak pernah terkikis dan habis oleh deburan ombak…
Namun cinta pun bisa menjadi rapuh layaknya jaring laba-laba…tersentuh sedikit saja, ia akan rusak dan hancur berantakan.

Pengkhianatan Yesung sedikit demi sedikit telah mengikis kepercayaan Hyun Hoon. Kenangan buruk itu selamanya akan menjelma menjadi sebuah bayangan menyeramkan, yang akan meninggalkan ketakutan yang mendalam.

Hyun Hoon tak pernah tahu seberapa dalam luka yang dialami oleh Dong Hae, namun luka dihati Dong Hae sepertinya jauh lebih cepat sembuh dibandingkan dengan lukanya.

Karena apa? Karena Dong Hae mempunyai hati yang lapang, pemikirannya tentang cinta sangat sederhana.

Donghae mementingkan kebahagiaan orang yang ia cintai, sekalipun kebahagiaan itu bersama orang lain, bukan bersamanya.






***



“Kau tahu Hoonie, cara berpikir orang mengenai cinta itu berbeda-beda,” Ucap Eun Hyuk setelah ia mendapatkan posisi yang nyaman disamping Hyun Hoon.

“Maksud, Oppa?”

Eun Hyuk hanya mengulum senyumnya. Keduanya kini tengah duduk diteras pembatas asrama yang mereka tempati, saling duduk berdampingan sambil menatap indahnya hamparan bintang diatas sana.

“Ada orang yang berfikir jika mencintai tidak harus memiliki, dan ada juga orang yang berfikir jika mencintai, maka kita harus bisa memiliki,” Ucap Eun Hyuk masih tetap memandang hamparan bintang dilangit sana.

“Lantas…menurutmu, kau termasuk orang yang mana?”

Pertanyaan yang dilontarkan Hyun Hoon spontan membuat Eun Hyuk menoleh, menatap sendu wajah gadis yang sudah ia anggap adik perempuannya itu.

“Aku…entahlah. Bagiku cinta itu sederhana, Hoonie. Aku bukanlah tipe pria yang terlalu rumit bagaimana mengartikan cintaku seperti apa. Asalkan aku tetap disampingnya, melindunginya, merengkuhnya ketika dalam kesedihan, melakukan hal-hal yang menggairahkan saat bersama. Itulah cinta menurut pandanganku.”

“Oppa…”

“Hahahha…baik-baik, mungkin kau berfikir jika aku pria mesum, kan? Itu sangat manusiawi menurutku, dalam berhubungan bukankah suatu kecupan, pelukan itu hal yang biasa jika didasari dengan cinta?”

Eun Hyuk benar, dan otomatis ucapan Eun Hyuk tadi membuat Hyun Hoon kembali memutar memori ingatannya. Hyun Hoon teringat bagaimana Yesung dan Young Ah berciuman mesra. Mereka bahkan terlihat begitu menikmatinya, saling mencurahkan semua perasaan yang bahkan membuat hatinya kembali perih seketika.

Meskipun berkali-kali ia mencoba melupakan memori itu dalam ingatannya, namun berkali-kali pula otaknya menolak. Semua sia-sia, kenangan buruk itu seolah berputar layaknya rool film yang diputar secara bergantian.

Hyun Hoon seolah menjadi manusia paling menyedihkan didunia, ia merasa hancur…sebagian dari hatinya hilang, perasaan yang ia berikan sepenuh hatinya Yesung abaikan begitu saja.

Hyun Hoon sangat menyayangi Young Ah, Young Ah sangat baik padanya. Selalu membuat makanan apapun yang diinginkan Hyun Hoon. Selalu membantunya dalam hal apapun. Hyun Hoon pun sangat menyukai bagaimana sahabatnya itu tersenyum, dengan mata bulat bak bonekanya yang terlihat indah jika sedang tersenyum. Namun kini rasanya ia sangat takut…ia takut berhadapan dengan Young Ah, Hyun Hoon takut jika akhirnya ialah yang harus kalah…kalah akan perasaannya.

“Hoonie…hey…ada apa denganmu, eoh? Uljimma…” Tiba-tiba Eun Hyuk panik, saat tahu gadis disampingnya itu menangis.

“Eoh…”

“Uljimma uri Hoonie…”

“Eh?”

Butuh beberapa kedipan hingga akhirnya buliran bening nan suci itu lolos dari kelopak mata almond milik Hyun Hoon. “Aku menangis? Ah…apa-apaan ini?? Bodoh…Hyun Hoon bodoh!!” Hyun Hoon terus menerus mengusap buliran bening itu dari pipinya. Hyun Hoon tertawa miris. “Hehehehe…ini memalukan, Oppa.”

Lihatlah…Hyun Hoon benar-benar hancur dimata Eun Hyuk. Hingga pria tampan itu pun seolah ikut merasakan aliran darah itu mengucur dari dadanya yang terluka.

Eun Hyuk tidak ingin mengatakan jika ini sia-sia. Ia tak ingin mengatakan kalimat apapun,  karena ia takut jika ucapannya nanti dapat menjadi sebuah martil raksasa yang dapat menghantam dinding luka dihati Hyun Hoon semakin besar dan menganga.

Eun Hyuk cukup tahu…ia bahkan sangat mengerti…

“Aku ingin pulang, Oppa. Rindu sekali rasanya pada ayah dan ibu…hiks…”

“Hoonie…”

“Aish…kenapa airmatanya tidak mau berhenti…sial!!” Pekik Hyun Hoon tertahan dengan suaranya yang parau.

Eun Hyuk hanya bisa menghela nafasnya pelan. Sebelum akhirnya ia merengkuh lembut tubuh gadis disampingnya itu. Memberikan sedikit kenyamanan agar Hyun Hoon lebih tenang.

“Aku rindu ayah dan ibu, Oppa. Tempat ini seperti neraka bagiku…hiks…aku ingin pulang…hiks…”

Hyun Hoon memang adik kecilnya yang manja…
Bahkan ia lebih manja dari Hyun Kyo dan Hye Yoo…
Ah…semua orang memang mempunyai sisi dimana mereka akan manja…

Eun Hyuk sadar dan dapat menangkap sebuah siluet tubuh Yesung yang terpaku dibalik dinding sana, tengah menatap geram kearah dimana Eun Hyuk dan Hyun Hoon berada. Eun Hyuk mengerti…namun seolah ia mentulikan telinga dan pengelihatannya. Saat ini ia hanya berniat menenangkan Hyun Hoon dalam pelukannya.




***



Hari libur dimana semua mahasiswa memilih pulang kerumah masing-masing. Namun sepertinya tidak untuk Hyun Hoon, ia lebih memilih untuk tetap berdiam diri diasrama Universitas bersama sahabatnya yang lain. Toh…besok pun mereka sudah kembali disibukan dengan jadwal perkuliahan yang padat seperti biasanya.

Sore itu Hyun Hoon memutuskan untuk meminjam beberapa Manga pada Hoobaenya Baek Hyun di asrama sebelah. Menghabiskan waktu luangnya untuk membaca Manga sepertinya menyenangkan. Kedua tangan gadis itu kini membawa sebuah paper bag berisi beberapa Manga yang berhasil ia pinjam. Sesekali bibir tipisnya nampak melantunkan beberapa bait lagu favoritnya.

“Hyun Hoon…”

Deg~

Tubuhnya membeku, langkah kakinya terhenti seketika, manakala sebuah suara yang begitu ia kenal menyapanya dengan suara yang lembut yang sangat ia rindukan.

“Ye-Yesung…” Senyum manis dibibirnya seraya pudar, saat ia menggumankan sebuah nama yang membuat hatinya kembali mengucurkan darah dari lukanya.

Pria tampan itu kini berdiri dihadapannya, bagaimana pun cara ia memandang Yesung, walau dengan sorot mata penuh luka sekalipun. Yesung tetap tampan dimatanya, sebuah eyesmiles bahkan masih begitu manis menghiasi wajahnya.

“Apa yang sedang kau lakukan disini, baby? Biarkan aku membantumu membawa itu.” Perlahan Yesung berjalan mendekatinya sambil sesekali tangannya berusaha meraih paper bag ditangannya.

“Ti-tidak perlu, aku bisa membawa ini sendiri.” Hyun Hoon menolak lembut, dan tentu saja tangannya menepis genggaman tangan Yesung dari paper bag yang ia genggam.

Yesung menghela nafasnya, ia tetap tenang dan menatap Hyun Hoon lekat. Namun sepertinya yang ditatap seolah tengah bersusah payah menghidari itu.

“Ada apa denganmu, baby?”

Yesung tak kehilangan akal, ia kemudian mencoba membelai lembut pipi Hyun Hoon. Namun lagi dan lagi Hyun Hoon mengelak.

Keduanya kini terdiam, Hyun Hoon mencoba mengatur ritme nafasnya yang terdengar begitu bergemuruh. Sementara Yesung masih menatap Hyun Hoon tak percaya.

Kekasihnya menolak belaian tangannya…
Kekasihnya bahkan berusaha menghindari kontak mata dengannya…

“Maaf aku hanya ka__”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, kini Yesung sudah menghimpit tubuhnya merapat kedinding koridor asrama. Mencengkram bahunya sedikit lebih kuat dari biasanya, seolah pria dihadapannya ini sedang mencoba mencari penjelasan tentang sikapnya.

Bruk~

Paper bag ditangan Hyun Hoon terjatuh dari tangannya.

“O-oppa…”

Yesung menghiraukan panggilan itu, yang ia lakukan saat ini adalah mempersempit jarak antara dirinya dan Hyun Hoon. Menutup celah oksigen diantara mereka, mendekatkan jarak wajahnya, hingga tercium aroma mint yang selalu menjadi aroma dari pelembab bibir kekasihnya itu.

“Hentikan…Jeball…”

Yesung terkejut, tubuhnya membeku. Yesung dapat melihat jika gadis dihadapannya, kekasihnya itu tengah mati-matian menutup wajahnya dengan posisi kedua tangan menutup seluruh permukaan wajah cantiknya. Dapat terlihat jika tubuh gadisnya itu bergetar hebat, seperti seseorang yang terlihat ketakutan. Apa ulahnya tadi membuat Hyun Hoon ketakutan?

“Kenapa…kenapa Hyun Hoon-ah??”

Ini adalah kali pertama Hyun Hoon menolaknya. Dan bagi Yesung penolakan itu seperti sebuah batu karang raksasa yang terlempar tepat mengenai jantungnya.

“Karena aku merasa tidak ada hak lagi menerima perlakuanmu, oppa. Tolong…lepaskan tanganmu…” Guman Hyun Hoon lirih.

Perlahan tangan Yesung terlepas sempurna. Dan tanpa mengatakan apapun lagi Hyun Hoon kini berjalan meninggalkan Yesung, kembali menenteng paper bag ditangan kanannya.

“Maafkan aku…”

Langkah gadis cantik itu terhenti…

“Maafkan aku, baby…”

Hyun Hoon hanya diam, sesaat kemudian tubuhnya kembali berhadapan dengan Yesung.

“Kau tahu Yesung-sshi…saat melihatmu berciuman dengan Young Ah, aku berharap saat itu Tuhan mencabut pendengaran dan pengelihatanku. Aku tidak bisa sekalipun menghilangkan ingatan mengerikan itu. Setiap detik, setiap hari bayangan menjijikan kalian berdua berputar diotakku, dan itu membuatku hampir gila!!”

Hyun Hoon mengerang, ia mengusap kasar buliran bening yang menggenang dipelupuk matanya.

“Kau telah menguak luka dalam dihatiku, hingga membuat luka itu sepertinya akan sulit disembuhkan.”

Itulah kata terakhir yang diucapkan Hyun Hoon sebelum ia melangkah meninggalkan Yesung yang kini luruh dilantai.

“Maaf…maafkan aku…”




***


Anemia…penyakit yang membuat Hyun Hoon sedikit kesulitan memulai aktivitasnya. Terkadang gadis itu kesal, kenapa disaat kegiatannya yang menyita waktu, penyakit terkutuk itu mengganggunya. Mempersempit celah dirinya untuk bisa beraktivitas seperti biasanya.

Hyun Hoon masih terkulai lemas ditempat tidur, dan sesekali ia memejamkan kelopak mata almondnya. Berharap jika penyakit sialan ini bisa sembuh dengan sendirinya. Rasanya tubuh Hyun Hoon begitu lemas dan sakit kepala yang menyerangnya pun tak kunjung hilang sejak semalam.

Kriet~

Seseorang membuka pintu kamarnya yang memang tidak terkunci. Ia dapat mencium bau wangi dari masakan yang menguar didalam ruang kamarnya. Seseorang berjalan perlahan mendekatinya. Dan Hyun Hoon pun dapat merasakan jika seseorang dengan farfum vanilla itu kini duduk ditepian tempat tidurnya. Mengusap lembut surai hitamnya. Ia tahu siapa pemilik tangan halus itu.

Young Ah.

Perlahan kelopak mata Hyun Hoon terbuka sempurna. Hampir satu minggu ini ia tidak melihat sosok sahabatnya itu. Hampir satu minggu ini Hyun Hoon memang menghindar untuk bertemu dengan Young Ah.

“Kudengar dari Ji Joon kau sakit, Hoon-ah?”

Hyun Hoon merubah posisi tidurnya. Ia bersandar ditepian tempat tidur dengan beberapa bantal yang menyangga kepalanya.

“Anemiaku kambuh.”

Hening…kedua gadis itu nampak terlihat gugup. Apalagi setelah kejadian itu Hyun Hoon seperti menutup diri dari siapapun, terlebih pada Young Ah sendiri.

“Ini aku buatkan bubur ayam kesukaanmu, dan ada obat untuk meredakan sakit kepalamu.”

Young Ah memberikan nampan berisi bubur pada Hyun Hoon. “Terima kasih banyak, Young Ah.” Hanya itu yang diucapkan Hyun Hoon dan tentunya tak lupa ia pun memasang senyuman tulus dari bibirnya.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk Hyun Hoon menyelesaikan sarapannya pagi itu. Ia kemudian meletakan kembali nampan tanpa isi diatas nakas kecil disamping tempat tidurnya.

“Apa hari ini tidak ada jadwal kuliah, Young Ah?”

“Jadwal kuliahku dimulai jam 11 siang nanti, dan aku masih mempunyai waktu 2 jam lagi untuk menemanimu disini, Hyun Hoon.”

“Eumm…”

“Hyun Hoon…maafkan aku…”

Itulah kalimat yang berhasil membuat Hyun Hoon melupakan kembali senyumannya. Gadis itu hanya menggeleng lembut. “Tidak ada yang perlu dimaafkan.”

“Tapi aku jahat, merebut kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikmu.”

Hyun Hoon kini duduk bersila, tangannya berusaha menggapai surai hitam gadis dihadapannya.

“Mengapa kau tidak membenciku saja, atau bila perlu pukul aku dan jika kau belum puas bunuhlah aku, Hyun Hoon…”

Pukk~

Satu bantal berbentuk kepala sapi mendarat diwajah Young Ah. Siapa lagi pelakunya jika bukan Hyun Hoon. Bibir pucatnya masih bisa melengkungkan segaris senyum pahit.

“Apa kau mencintai Yesung, Young Ah?” Young Ah terperangah. Mata gadis itu membulat sempurna.

“Hyun Hoon, aku…maksudku…eummm…” Gadis itu nampak meracau tidak jelas.

“Tenanglah Young Ah…”

Hening menyeruak, suara perputaran jarum jam terdengar jelas menggema menghentak jantung…nafas Young Ah terengah, isi kepalanya seakan masih kacau sehingga ia mengunci mulutnya rapat.

“Ada apa denganmu, Young Ah?” Ucap Hyun Hoon tenang.

Hyun Hoon menghela nafas pelan, melihat Young Ah yang begitu rapuh dan terkekang rasa bersalah…benar, bukan hanya dirinya yang menderita. Ia kemudian mendekati Young Ah dan menepuk kedua pundaknya mantap.

“Young Ah, jawab pertanyaanku!” Ucapnya tegas dengan menatap lekat, langsung kepada sepasang mata bulat dihadapannya.

“Apa kau mencintai Yesung?”

Young Ah sedikit tertegun, ia masih mengunci rapat mulutnya…namun raut wajah tegas Hyun Hoon dan cengkramannya yang kuat, membuat Young Ah tanpa sadar mengangguk pelan.

Oh, begitukah…Hyun Hoon fikir.

“Baiklah kalau begitu.” Ujar Hyun Hoon seraya tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.




***



Malam itu, ke 5 pasangan tengah berkumpul bersama diasrama para gadis. Mereka tengah menikmati makan malam bersama. Makan malam berlangsung tak jauh berbeda dari biasanya. Hyun Kyo, Hye Yoo selalu ribut berebut makanan, Sung Min hanya tersenyum senang melihat betapa hebohnya kedua gadis itu, sementara Kyu Hyun sibuk mengurut pelipisnya frustasi, ia paling tidak tahan dengan kebisingan sebenarnya, karena itulah merupakan hal yang aneh ia dapat memiliki kekasih seperti Hyun Kyo yang luar biasa tidak bisa diam.

Young Ah tetap yang paling banyak memasak hidangan, Ji Joon hanya membantu dengan mencuci bahan atau mengambil ini-itu yang diperintahkan sang koki.

Semua terlihat biasa saja sampai ketika Hyun Hoon meletakan sumpitnya dan berdiri.

“Yesung oppa, Young Ah…bisakah kita berbicara?”

Hening seketika menyelimuti acara makan malam kali ini. Dua gadis yang sedari tadi berisik pun kini diam. Semua diam, tidak ada satupun yang angkat bicara. Hingga suara decitan kursi membuyarkan lamunan mereka semua. Sung Min, Kyu Hyun, Hye Yoo, Hyun Kyo, Ji Joon, Eun Hyuk, dan Dong Hae hanya bisa menatap punggung ketiga sahabatnya itu pergi menjauh dari ruang makan.
˚

˚

˚

˚

˚
Disinilah mereka berada, di rooftop asrama ketiganya berdiri berhadapan. Hanya Hyun Hoon yang mampu menatap keduanya, sementara Yesung dan Young Ah lebih memilih menundukkan wajah mereka.

Yesung saat ini tidak percaya jika dirinya akan berhadapan dengan situasi seperti ini. Bensin yang ia tuangkan kedalam kobaran api sepertinya secara perlahan melahap habis tubuhnya. Ia pun seperti dihujami beribu-ribu paku, dijatuhkan jutaan batu…bahkan Yesung merasa jika posisinya saat ini seperti ia tengah didakwa dan siap divonis hukuman mati oleh sang hakim.  Tinggal menunggu vonis itu dijatuhkan, maka matilah dirinya.

Yesung pun merasa jika ia tengah berada diantara alam sadar dan halusinasinya.

Ia bingung apakah ia masih berada dibumi ataukah dineraka.

“Maafkan aku…”

Satu kalimat yang membuat Yesung semakin bungkam. Satu kalimat yang dengan susah payah digumankan Hyun Hoon dari bibirnya.

“Mulai saat ini, kuputuskan untuk melepasmu, oppa.”

Suara lembut itu membuat telinga Yesung pengang hingga mengucurkan darah kental. Suara lembut itu biasanya hanya menggumankan kalimat kasih dan cinta…namun kini, pemilik suara lembut itu lebih memilih untuk menghentikan semuanya. Perjalanan cinta mereka, manisnya kisah dan kasih mereka selama ini.

“Dan maafkan aku, Yesung oppa…Young Ah-ya…maaf…” Ucap Hyun Hoon lirih. Gadis itu hanya menundukan wajahnya, berusaha menekan kuat rasa sakit di ulu hatinya.

“Tuhan-Ku mengapa harus dirinya yang meminta maaf dan memohon sebelum bibir ini mampu berucap kata maaf terlebih dulu padanya…” Batin Yesung.

“Hyun Hoon-ah, bicara apa kau?? Jangan seperti ini, kumohon…” Young Ah terus mengguncangkan tubuh Hyun Hoon. Berharap jika sahabatnya itu sadar dari alam mimpinya.

Namun sepertinya usaha Young Ah sia-sia, karena Hyun Hoon saat ini tidak sedang bermimpi…ini ada kenyataan yang sebenarnya.

Hyun Hoon melepaskan cengkaraman tangan Young Ah dengan sangat hati-hati dari bahunya. Gadis itu tersenyum dan membelai lembut pipi sahabatnya.

“Maafkan aku jika inilah pilihan yang harus aku pilih. Kau mungkin berfikir jika aku pengecut, dan lebih memilih mengakhiri semuanya dengan cara seperti ini ‘kan? Tapi aku tidak sanggup lagi, rasanya seperti hampir gila. Aku merasa seolah dunia ini pun sudah terbalik, bumi diatas dan langit dibawah. Aku hampir gila, atau mungkin aku memang sudah gila.”

Young Ah diam…Hyun Hoon begitu merendahkan diri dihadapannya dan Yesung. Seolah gadis cantik dihadapannya tengah meminta keadilan untuk seorang terdakwa dimeja pesakitan.

Sejak tadi Hyun Hoon tak melepaskan kepelan tangannya, hingga buku-buku jarinya pun terlihat memucat. Entah seberapa besar rasa sakit dan penderitaan yang tengah dialami gadis itu sekarang.  Dan entah seberapa keras pula usahanya untuk menahan tangis hingga suara gadis itu terdengar begitu lirih dan menyedihkan untuk didengar.

“Berada diantara kalian yang saling mencintai satu sama lain, rasanya seperti dineraka. Maka aku lebih memilih menyingkir dan memberikan jalan untuk bahagia kedepannya.”

Hyun Hoon sangat mencintai Yesung.
Namun luka dalam yang menganga itu sepertinya akan lama untuk disembuhkan. Menghancurkan dinding kepercayaan dihatinya hingga menjadi kepingan-kepingan kecil yang mungkin akan sulit untuk disatukan.

Hyun Hoon sangat mencintai Yesung…hingga ia memutuskan lebih memilih melepaskan Yesung, agar pria yang begitu dicintainya itu bisa memilih jalannya sendiri.

Hyun Hoon pasti merasa sangat hancur, sakit bahkan sedih…hingga gadis itu sepertinya tidak memiliki tenaga lagi untuk marah, meluapkan rasa sakit dalam hatinya. Bahkan untuk meneriakan keadilan untuk dirinya sendiri pun rasanya gadis itu sudah tak sanggup.

“Terakhir yang ingin aku ucapkan…berbahagialah setelah ini, dan jangan pernah menyakiti siapapun setelah ini.”

Kini Hyun Hoon memilih untuk pergi meninggalkan kedua manusia dihadapannya, namun sebelum ia berhasil melangkah, Young Ah kembali menarik lengannya dan membuat langkah gontainya itu terhenti.

Kedua mata bulat bak boneka itu kini digenangi air suci, bulir bening itu berhasil menguar hingga membasahi sepasang pipi tirus Young Ah. “Tidak Hyun Hoon, kumohon jangan bersikap seperti ini. Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf.”

Kalimat terakhir yang hanya dijawab oleh gelengan kecil dari Hyun Hoon. Kali ini hati dan otaknya benar-benar bekerjasama dengan baik, permohonan Young Ah rupanya tak bisa menggoyahkan keputusan bulat Hyun Hoon.

Dan Hyun Hoon pun kembali berlalu pergi terdorong oleh hembusan angin malam yang membawa langkahnya menjauh dari hadapan kedua manusia dihadapannya.

Setelah kepergian Hyun Hoon, Yesung menjatuhkan dirinya. Tubuhnya luruh dilantai.

“Yesung oppa, kau baik-baik saja?!” Young Ah berlari menghampirinya.

Yesung hanya mematung, pria tampan itu seperti mayat hidup sekarang…kedua matanya terbuka lebar, tetapi pandangannya melayang entah kemana. Yesung masih bernafas namun sama sekali tak bergerak, pria tampan itu seperti lumpuh, bahkan untuk menggerakan bibirnya saja sepertinya ia tak sanggup.

Yesung tak mampu mengeluarkan suara, ia bahkan seakan ingin bunuh diri saja.

Bukan Hyun Hoon yang melepasnya, namun ia sendirilah yang melepas gadis itu lebih dulu.

“Tuhan-Ku…mengapa bibir ini seakan kelu. Tuhan-Ku…sanggupkah setelah ini aku masih bisa menatap manic mata indahnya tersenyum? Sanggupkah setelah ini aku berbahagia diatas kesakitan yang diderita olehnya? Tuhan-Ku…mengapa diri ini menjadi pria paling pengecut?? Ingin rasanya aku mengutuk diriku sendiri, atau bila perlu Engkau langsung kirim saja aku kedasar neraka paling menyakitkan, agar bisa menebus kesalahan ini padanya.” Batin Yesung.





***



Hyun Hoon menuruni anak tangga, dengan langkah tertunduk setelah meninggalkan Yesung dan Young Ah.

Ia masih bertahan untuk tidak menjatuhkan bulir bening nan suci dari kedua matanya. Langkahnya kini semakin lunglai, hingga ia perlu sedikit berpegangan pada tepian tangga.

“Hoonie…”

Suara Ji Joon berhasil membuat Hyun Hoon mengangkat wajahnya. Tatapan gadis itu begitu menyedihkan sekarang. Hyun Hoon segera mengusap kasar bulir bening yang menggenang dipelupuk matanya, tak lama kemudian seulas senyum tipis menghiasi wajah rapuhnya. Sungguh senyuman paling jelek yang pernah ia tunjukan pada para sahabatnya itu.

“Cinta pertamaku sudah berakhir, Joonie.”

Ji Joon segera mengambil langkah dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan pelukan hangatnya. Hyun Hoon hanya diam dengan bibir yang menempel dibahu Ji Joon. Ia bisa melihat jika semua saudaranya, sahabatnya yang lain. Dong Hae, Sung Min, Eun Hyuk, Kyu Hyun, Hyun Kyo dan Hye Yoo…semua tersenyum padanya. Seolah mereka berkata jika Hyun Hoon masih punya mereka.

“Setelah ini, kumohon jangan pernah membenci Young Ah, Hoonie.”

Hyun Hoon menggeleng…tentu saja ia tidak akan setega itu membenci salah satu keluarganya. Pintu maaf, bahkan sebelum Young Ah menyadari kesalahannya, Hyun Hoon sudah memaafkan kesalahan gadis yang sangat di cintai oleh Dong Hae.

“Setelah ini, kumohon jangan pernah membenci Yesung, Hoonie.”

Itu Sung Min yang meminta.

Tentu saja…Hyun Hoon bahkan tidak sanggup menggumankan kata benci itu untuk pria yang dicintainya. Sekalipun Yesung menyakitinya, sekalipun luka dalam hatinya tak akan pernah tersembuhkan dengan apapun…tapi cinta lah yang memaafkan semua kesalahan pria yang dicintainya itu.

Sampai kapanpun…
Hyun Hoon masih tetap mencintai Yesung…




-Fin-

Kekekekek….jeder…jeder…*tebar petasan
Akhirnya selesai juga, maafkan saya terkhusus untuk sahabat saya tercinta Rafika Diah Ayumi…maafkan saya sayangku, menjadikan dirimu kekasih simpanan Yesungku..hihihihii
Dan terima kasih banyak untuk uri Sagari Nilamsari yang selalu menjadi editor untuk FF2 selama ini…makasih chagiya :*
Rederdeul…oy…RCL yuk ah, tinggalkan jejak yang manis untuk sang author cantik ini XD *readernya muntah berjamaah.
Saya kagak minta kado, kagak minta duit kok, hanya meminta sedikit kritik dan saran aja…hehehehehe
Yang ngejek, yang ngehina, yang mencaci silahkan pergi jauh-jauh dan jangan mampir dimari ye… *gaknyante
Terima kasih banyak sudah membaca FF absurd ini…*ciummesra :*


No comments:

Post a Comment